Sabtu, 07 April 2018

TEMU KANGEN BMI BRUNEI

Selamat siang netis pakabar sehat tentunya...
Kali ini Bakul Getuk mencoba ngulas topik anak-anak Rantau IRC (Indonesia Rantau Cilacap) di Brunei

Ok... buat kalian semua yang pernah jauh dari keluarga tentunya paham betul bagaimana susah senengnya menjadi anak rantau betul!...
Ramah Tamah dengan ARC (anak rantau Cilacap) Komunitas Buruh Migran Indonesia di Brunei 
Silaturahmi yang diniatkan untuk kebaikan, insya Allah selalu dimudahkan urusannya. Begitu juga acara tadi yang diprakarsai oleh saudara - saudara dari Cilacap dan sekitarnya. 
 Acaranya santai tapi meriah.. Banyak wajah tersenyum di sana.. artinya, tujuan untuk bersilaturahmi mendapatkan jalan yang mudah…
Acaranya benar-benar santai… dan hanya kumpul-kumpul, kenalan.. atau bagi yang lama tak saling bersua, ya jadi ajang kangen-kangenan… Tentu saja, terlalu muluk kalau kemudian berharap semua yang hadir jadi saling kenal seluruhnya.. Tapi setidaknya, itulah yang tujuan utama acara ramah tamah yang dikomandoi oleh Bunda ketua........ Maaf lupa namanya soalnya baru ini kali pertama Bakul getuk ikutan berpartisipasi. Setidaknya, kita jadi saling tahu dan menyadari bahwa jumlah orang Indonesia di Brunei, ternyata banyak… Itu pun belum semuanya hadir lho… kalo hadir semua, kayaknya lebih seru lagi.. atau malah, jangan-jangan taman Park jadi nggak muat
Sedikit molor dari jadwal, acara dibuka dengan sambutan dari sesepuh ARC. Beliau berharap acara semacam ini bisa diteruskan bahkan dikembangkan menjadi lebih variatif dan merangkul lebih banyak lagi… Lalu dilanjutkan terus. 
Penampilan grup campursari has ngapak dibawah manajer Kang Ary juga menarik perhatian para hadirin. Beberapa lagu dibawakan oleh tim dengan antusias Salah satu yang mendapat sambutan hangat hadirin adalah lagu “ Tali kotang juga Surat Cinta” yang pernah dipopulerkan oleh Vina Panduwinata. Para hadirin ikut menyanyi… saat mikrofon disodorkan oleh Mikha, sang vokalis, ke arah hadirin, para hadirin serta merta menyuarakan potongan lagu tersebut. Interaksi dengan penonton juga terjadi, beberapa orang menari di depan dan hadirin dipersilakan ikutan berjoget. 
Yang tak kalah menarik adalah menu makanan yang disajikan.. nasi, opor, sambal goreng kentang, sate, lontong, es campur hingga baso dan siomay juga sosis plus roti, yang semuanya diserbu pengunjung. Tentunya diserbu, sebab semua makanan itu gratis.tis..tis… Para hadirin hanya diminta untuk mengisi box donasi yang disediakan, sebab memang diperlukan sejumlah dana untuk pengganti sewa sound system, hall maupun modal makanan tersebut. Masakannya lezat, antrean yang lumayan panjang tak menyurutkan para hadirin untuk bolak-balik mengambil makanan yang tersedia. Malah, sate yang dibuat dalam jumlah banyak sempat ditawarkan secara keliling oleh seorang ibu panitia….
Waktu menunjukkan pukul 02.15 PM ketika mbak ketua yang cantik, mengumumkan bahwa acara akan ditutup dengan suguhan tarian khas Poco-Poco itu… Antusiasme hadirin seru juga, 
Semoga saja, acara ini menjadi awal bagi kebersamaan komunitas Indonesia ARC di Brunei. Salut buat semuanya, baik panitia yang memprakarsai acara ini, para pengisi acara maupun para hadirin yang datang… Semua pihak sama pentingnya kan?.... 
 

KALAU ANDA MENGERTI, TIDAK AKAN TERBELENGGU

https://account.ratakan.com/signup/GZlbZV5D0

Agama juga bahasa dan realitas itu berlapis-lapis (layered) memiliki tatanan (order) nya masing-masing untuk tiap layer. Seperti misalnya order pada layer sosial akan berbeda dengan order pada tataran individu, beda pula dengan order pada tataran sel...dst hingga atom dan pertikel sub-atomik. Itu baru dimensi fisik (materi).
Yang ada di dimensi Baqa (supra-mundane, adi-duniawi, alam Ketuhanan) bukanlah seperti yang kita kenali dalam fenomena dan benda-benda yang ada di alam Fana (mundane, duniawi) ini. Maka untuk mengkomunikasikan pengertian tentang hal-hal yang Baqa memerlukan pointers dengan apa yang telah kita kenali dari apa yang berasal dari dunia ini. Tetapi anda harus memegang Hikmat bahwa pointers (alat penunjuk) itu hanyalah --secara kasar-- mewakili pengertian yang hendak disampaikan. Oleh karena itu jangan terjebak dengan kata-kata bahasa yang dari dunia bawah ini.
Mereka yang tidak pernah nglakoni praktek spiritual tidak akan pernah melampaui bahasa. Mereka akan disesatkan oleh bahasa. Sayangnya, tiap-tiap agama memiliki set istilah dan caranya masing-masing untuk membahasakan apa yang ada di realm Ketuhanan. Karena pada masa itu penduduk bumi belum global seperti sekarang yang bisa memahami simbol, gesture, tata-cara, budaya dari penduduk yang berada di daerah lain. Pada saat itu, ilmu pengetahuan pun masih belum berkembang. Maka daya-daya abstrak pada semesta ini mau tidak mau harus dibahasakan dengan sesuatu yang mungkin dapat dimengerti oleh penduduk masa itu.
Saya ambil contoh istilah "Malaikat" (Malach).
Dalam Torah diajarkan bahwa malaikat itu adalah asisten Tuhan, dan ia tidak memiliki kehendak sendiri melainkan 100% patuh pada Tuhan. Ia memiliki tugas mengeksekusi keputusan2 Tuhan. Nah, dari cara-pengungkapan kuno yang anthropomorphis ini artinya apa?
Tidak mungkin orang pada masa itu akan mengerti konsep Force, Daya atau Gaya, atau Energi. Saat itu iptek baru sampai cara bercocok tanam dan beternak atau teknik2 pertukangan yang sifatnya benda mati. Bagaiman penduduk masa itu mungkin memahami bahwa suatu Force itu memiliki dinamika interaktif? Mereka cuman kenal benda-benda mati yang statis dan tidak interaktif. Oleh karena itu, untuk menyampaikan ide digunakan metafor berupa sosok yang hidup seolah seperti manusia, bersayap, bagai cahaya, dsb. Kenapa seperti manusia? Lhaya kalau digambarkan seperti kambing apa nenek-moyang kalian akan muncul respek dan awe (takjub)?
Nah, kalau era sekarang mestinya kalian tahu bahwa yg disebut Malaikat itu adalah Natural-Force atau Daya-daya Alam yang bekerja mengikuti hukum alam (maka itu dikatakan patuh 100% tidak punya kehendak sendiri) melainkan mengikuti Law-of-Nature (Sunnatulloh). Gak ada tow gaya gravitasi pilih-pilih kasih bekerja di negeri tertentu atau pada umat agama tertentu saja? Meskipun dijelaskan dengan nalar seperti ini, tentu saja anda juga jangan sebaliknya jadi meremehkan, merasa tahu. Karena masih banyak daya-daya yg bekerja di alam ini yg belum kita ketahui. Terlebih lagi daya-daya abstrak yang non-fisis (diluar fenomena materi). Itulah mengapa bila seseorang melalui laku praktek bersentuhan, berhubungan dan berinteraksi langsung dengan Force itu maka akan segera memahami dengan melampaui bahasa!
Contoh lain,..singkatnya saja...misalnya kitab suci menggunakan istilah 'wajah Tuhan', 'tangan Tuhan', 'tahta', 'bintang', 'Tuhan menangis', 'Bapa', dsb termasuk penuturan-penuturan dengan menggunakan kisah-cerita yang panjang2. Tentu semua itu jangan dibayangkan seperti yang kita kenali dari-dunia ini, melainkan carilah MAKNA DI BALIK istilah/kisah itu! Istilah-istilah yang berasal dari dunia-bawah-ini digunakan semata karena kita tahunya cuman hal-hal / benda-benda / fenomena dari yang kasat mata-daging kita. Misalnya mengapa Tuhan disebut 'Bapa' karena bagai hubungan emosional yang sangat erat antara bapak dan anaknya, dimana sang anak patuh karena percaya bapaknya itu dapat diandalkan, mendidik walau seringkali keras (sifat laki2). Sementara dalam kesempatan lain hubungan itu digambarkan bagai dengan 'Raja' atau antara 'Tuan dan hambanya', antara 'Ibu dan anaknya' bila ingin mengkomunikasikan aspek kelembutanNya, antara 'Penggembala dengan hewan gembalaannya' bila ingin mengemukakan aspek kawanan (flock order), 'calon pengantin' bila ingin menyampaikan aspek persiapan dan kesetiaan cinta, dst dst. Maka untuk pengenalan terhadap Tuhan kita harus BEBAS dari yang-diketahui (Freedom from the known).
Nah, jadi jelas bahwa hanya melalui laku praktek spiritual yang nyata barulah kita dapat mengenali / memahami apa yang sebenar-benarnya dimaksudkan oleh para tokoh spiritual pendahulu (misal : nabi, avatar, mahasiddha, buddha, dsb).
Perbedaan antara orang yang paham dan yang tidak-paham akan jelas sekali disini. Mengapa? Karena pengalaman adalah suatu pengetahuan (knowledge and understanding) pada level Soul (Roh). Dan Soul itu berada pada order sebelum Pikiran (otak materi).
JADI KALAU SOUL ANDA MENGERTI, MAKA TIDAK AKAN LAGI TERBELENGGU OLEH ISTILAH-ISTILAH BAHASA YANG MERUPAKAN ALAT UNTUK PIKIRAN Bekerja.
Itulah yang dikatakan memiliki Hikmat. Dalam Hikmat itu ada fleksibilitas, kreatifitas, relevansi dengan kekinian, kejutan2 jawaban dan mampu menjawab berbagai problema / issue yang tidak/ belum pernah terjabarkan / tertulis. Penjelasan anda tidak akan terbatasi oleh bahasa / term / istilah / dogma / theologi / ilmu kalam. Semua ini tak mungkin dapat diraih bila seseorang hanya 'mengerti' dalam tataran pikiran (cognitive). Yang mana akan cenderung kaku dan mengandalkan analisa (tafsir, hermeneutika,dsb) yg pada dasarnya adalah pekerjaan-pekerjaan di level analisa bahasa. Maka jangan heran bila bahasanya berbeda  agamanya berbeda lalu bertengkar. Seperti yg saya jelaskan dulu-dulu bahwa apa yang berasal dari pikiran (eg.: analisis) akan selalu menimbulkan fragmentasi (keterpecahan).
Semoga sekarang semua penyimak setia page ini menjadi terbuka matanya dan mulai menetapkan komitmen untuk praktek spiritual guna meningkatkan pengenalan pribadi akan Tuhan. Itulah yang disebut sebagai Berketuhanan Yang Maha Esa.
Rahayu!
=================
      DISKUSI
DISKUSI 1
®××××××× : Lagi lagi dan lagi ...just now. Masih anget.
(Capture hilang)
444 = the key, the lock, code of God, mesiah, omega, occult, gospel, preacher, parable, jewish, redeemer, ruler, the king, yeshua, kingdom, branch, damaskus : "a city so fruitful and fair as to be often called Paradise"
65 = supreme Lord; The Lord (divinity). (G D 6+5=11: the formula of completion of the Great Work); mezusah, Adonai.
Terserah mau dipercaya atau tidak. Sekedar referensi daripada saya tahu tapi disimpen sendiri. Lha wong saya juga tidak tahu dan baru tahu.
Ada yang mau bersaksi bahwa angkanya tidak saya buat2 dan baru saja terjadi belum 1 menit yg lalu?
©×××××××× : Wah aku nggak nyampe Pak De
®××××××× : Kok gak nyampe? Coba lihat di TS ini saat sekarang ada berapa like dan berapa share?
©××××××× : Pak Da....... ; iya, maksudnya sampai sedalam itu Pak Danz menyibak dengan kode kunci 444
©×××××××× : Saya jadi ingat TS Pak De tentang code Phi yg full numbers dan alhasil blank gak nyambung blas Pak De. Ora tekan!!!
®×××××××× : "The formula of completion" gimana ngerasa relevan gak pak dengan TS ini? Bukan kebetulan toh angka itu muncul sebagai sign dariNya? :D
©××××××: Lah, saya itu meyakini bahwa di kehidupan dunia ini TIDAK ADA YANG KEBETULAN. Sedangkan revealasi itu pun ibarat kata hanya sekian mikron dari air di samodra. Justru dibalik revealasi itu sebenarnya yg mesti ditembus "pengajarannya" dan saya nggak bisa atau blm diijinkan
®×××××××: Tapi jangan besar kepala dulu.....
Seperti saya copy paste dari web gematria mengatakan "the FORMULA of completion". Seperti misalnya anda bersekolah dan dapat PR matematika lalu diberi formula oleh guru anda di kelas. Apakah berarti anda sudah selesai??
YA BELUM !!! anda baru dapat formulanya tapi sama sekali belum mengerjakan PR nya....hahaha :D
Lebih parah lagi, ini baru diberi formula...anda belum ngeh (tembus) secara realisasi langsung. Saat realisasi langsung itu barulah disebut BARU MULAI masuk PATH. Jadi baru AWAL mulai berjalan. Sementara sebelum2nya (teori2, dogma2, ritual2 dan segala macam remeh temeh itu) sama sekali BELUM berada di Jalan ! nothing more just a business of thoughts dan religious-pride!~ So kalau kalian berdoa  Al Fatehah atau HaPatchah..."tunjukkanlah kami Jalan yang Lurus". ..itu baru sampai ditunjukin ke Path-nya. Anda belum berjalan di Path. ~~
Parah kan?? :v
The real "chemistry" baru mulai bekerja pada SOUL anda ketika sudah mengijak Path. :)
Baru nanti terakhir FRUITION (buahnya) bila sudah tercerahkan. Tentu stage by stage.
Itulah yang disebut PENGANGKATAN. :)
©××××× : Ya... ya...ya... betul. Itu pun baru minta ditunjukkan jalan yg lurus. Lihat jalan yang lurus pun belum, apalagi jalan di jalan yg lurus. 
®×××××× : Sebenarnya simpel ya?...lhawong hidup kelak-kelok ala orang mabok ndangdut , ngomong muter2, tipu sana tipu sini, janji sering ingkar, omongan gak bisa dipegang, lain luar lain dalam, dalam berpolitik licinnya ngelebih-lebihin belut, dsb .... mana ada belut jalannya lurus?? hahahaha.....
gitu kok ya yakin kalau dirinya sudah lurus? Halaahhh....  ULAR jadi tepat sekali. Saya rasa memang karena semua ini maka pengarang Alkitab menggunakan idiom ular :
- berjalan melata di tempat rendah dengan perutnya (perut = makan = nafkah yg jadi alat geraknya bukan kaki yg bebas)
- gigitannya berbisa mematikan
- lidahnya bercabang dua (standar ganda, dusta)
- berada di tempat rendah
- mengendap2 bersembunyi dalam semak2 siap menggigit kalau terinjak atau terganggu.
- bisa ganti kulit
- jalannya berkelak-kelok
- cara hidupnya di pohon dengan cara melilit bergantung (dependent on others : morotin, hidup dari pemberian, memeras, dsb)
- sanggup memangsa yang jauh lebih besar dari mulutnya.
- anak2nya begitu menetas dari telur sudah berbisa
- menjijikkan dan membuat takut (orang geli / takut)
- tinggalnya di lobang (terobsesi lobang)...huahahaha
©×××××× : Dan diperlengkapi dengan senjata FAKE MIRROR, Painted Mirror ,Crazy Mirror dan Spion Mundur
       DISKUSI 2
©×××××××: /JADI KALAU SOUL ANDA MENGERTI, MAKA TIDAK AKAN TERBELENGGU OLEH ISTILAH-ISTILAH BAHASA (agama) YANG MERUPAKAN ALAT UNTUK PIKIRAN BEKERJA/ matur nuwun Pak De atas babaran "kaweruh" nya yg super sekali.
Dalam pandangan saya ada "BAHASA" lain yg berfungsi pada suatu KEPUTUSAN atas dualisme. Ambil contoh begini ; bahwa ketika seseorang dalam KEGELAPAN (kesesatan,kejahatatan, dosa dsb) naturenya itu ada SIGNAL yg membahasakan ke hidup jiwanya. Disatu sisi bahasa itu berbunyi STOP dan di sisi lain bunyi UDAH LANJUT AJA. Bukankah itu sebenarnya juga signal bekerjanya SOUL?
®×××××××: Tahukah anda raw experience itu apa?
Saat sendirian malam hari di tempat sepi tiba2 pundak anda ditepuk, apakah anda berpikir "ini tangan cewe atau tangan cowo"?
Kalau terjadi demikian pasti anda njudhil (kaget), tooo....
Waktu kaget apa berpikir itu tangan laki atau perempuan?
Tentu TIDAK.
Setelah sepersekian detik kemudian anda tengok kiri kanan belakang ternyata tidak orang, barulah tiba2 anda merasa TAKUT karena PIKIRAN anda menyimpulkan itu HANTU..
Setelah lari terbirit-birit terkencing-kencing ditolong oleh seorang penduduk situ, barulah anda tahu cerita konon nya.
- kalau diceritain disitu dulu ada perempuan hamil bunuh diri, maka lalu PIKIRAN anda menyimpulkan bahwa itu tangan hantu-cewe.orang
- kalau diceritakan disitu dulu bekas tempat perang kemerdekaan, maka lalu PIKIRAN anda menyimpulkan bahwa itu tangan hantu-cowo.
PERHATIKAN bagaimana PIKIRAN membuat penilaian SETELAH proses refleksi dan penilaian-terhadap-hal-hal-lain atas pengalaman-mentah yang terjadi.
TAPI, mau bagaimana kesimpulan-pikiran anda...apakah itu tangan hantu cowo atau cewe atau tangan malaikat bahkan tangan tuhan, atau itu mimpi atau ada yg ngerjain, dsb terkandung bagaimana pikiran anda dikondisikan lingkungan setempat  (contemporary conditioning).
Nah, spiritual itu adalah bagaikan pengalaman-langsung terhadap Raw-Experience itu.
Setelah proses refleksi dan konseptualisasi sesuai kultur dan keterkondisian setempat (dan database / memory yang tersimpan di otak anda) barulah itu jadi sebuah teori Bila teori itu disambung2kan antara satu dengan yg lain jadi sebuah sistem-kepercayaan yang diorganisasikan dan di-enforcement dengan kekuatan politik, maka disebut AGAMA.
Jadi tidak betul pernyataan anda itu bahwa SOUL akan menilai berdasar ukuran2 konseptual hasil dari proses refleksi sekunder dan reflektif tersier (yang terjadi jauh hari dari detik pengalaman langsung itu).
Yang sekunder dan tersier itu anda sudah menilainya dari PERSEPSI, INGATAN dan BERPIKIR. Jadi adalah output hasil keterkondisian OTAK FISIK, bukan lagi pengalaman numinous dari SOUL (Moment of Truth of touching with Reality).
Di saat itulah ada celah untuk menjadi 'tuhan' bagi orang lain , alias playing God. Oleh karena itu dikatakan KEJI karena berasal dari 3 akar racun (termasuk kegelapan batin) yang manipulatif, exploitatif (memperalat orang2 awam yg lugu).
®×××××: Cobalah sekarang PRAKTEK meditasi mengobservasi ke dalam. Lihat ke dalam batin anda sendiri pak, 'lihat' bagaimana pikiran anda sendiri berceloteh...menanggapi ini itu...ke masa lalu...ke masa depan....sadari saja secara pasif tanpa menolak tanpa menerima...cuman sadar mengamati.
Tidak menganalisa, tidak berusaha menghentikan, tidak juga terhanyut... lihat...lihat....
Setiap pikiran muncul catat dalam batin "pikiran muncul....pikiran muncul..."
Pada saat berpikir catat, "berpikir...berpikir..."
Pada saat ingat sesuatu catat dalam batin , "mengingat...mengingat...mengingat".. dst dst. Setiap fenomena dicatat dalam batin (ini tahap awal utk melatih agar anda sadar / mindful terhadap apa yg terjadi dalam batin anda).
Perhatikan bagaimana celoteh pikiran itu memberi konsep ini itu , ingat dogma ini itu, ingat pengalaman ini itu, muncul penilaian ini itu....dst dst dsb.... itulah akar masalahnya!
Itulah celoteh konsep2 yg diketahui / dihapal / diingat selalu berceloteh terus menerus (inner chatter) tanpa henti...bikin marah, bikin gelisah, bikin sedih..dst. Itulah yang kalau di Buddhism disebut sebagai CONCEPTUAL-OBSCURATION (pengotoran konseptual; Skt. jñeyavaraṇa; Tib.
ཤེས་བྱའི་སྒྲིབ་པ་, ཤེས་སྒྲིབ་, shé drip; Wyl. shes sgrib ).
Teruskanlah latihan itu sesering mungkin (kalau bisa intens di retret lebih baik)...sampai tembus dari awan-awan konseptual itu!
Sampai melihat "matahari di tengah langit biru yang maha luas" (ini idiom ya) !
Sudah paham sekarang mengapa dikatakan sebagai kaum langit-langit / magog (atap rumah = gog) vs kaum langit (atas awan)? :

DISKUSI 3
---
DISKUSI 4
---
DISKUSI 5
---
DISKUSI 6
---
DISKUSI 7

Kamis, 05 April 2018

masa kritis pada abad ke-21

Schadenfreude terjadi karena rasa harga diri (self-esteem) yang rendah. Seringkali orang melakukan itu untuk memboosting rasa harga dirinya.
Sayangnya banyak orang2 yg menjadikan itu hanya sebagai jargon pendongkrak self-esteem padahal senyatanya sedang kehausan.
Inilah alasan mengapa orang mengejar kesuksesan, mendewakan uang, tahta, kuasa, wanita. Semua dalam rangka untuk membooster harga-dirinya. Masyarakat yang sakit turut menciptakan mentalitas ini. Senyatanya yang dituhankan adalah materi dan kesuksesan, tapi mana mau mengakui bahwa bukan Tuhan yang sebenarnya mereka muliakan???
Tapi karena ilusi ego yang sangat licik, maka sungguh sulit untuk menyadari kenyataan sederhana seperti ini.
Ddefinisinya: perasaan puas / gembira bila melihat orang lain dalam kesusahan, kondisi yg tidak menguntungkan, atau berada dalam posisi lebih rendah darinya. Kata lain yang hampir mirip adalah Gloating, yaitu : bernyaman dalam kesuksesan dirinya di atas ketidak beruntungan orang lain.  Merasakan diri sebagai 'baik' atau 'pahlawan' sementara kenyataannya banyak orang semakin kesusahan karena 'pertolongan'nya.
Mungkin anda baru pertama kali ini mendengar istilah ini. Tapi hal inilah yang membuat orang baik melakukan kekerasan / kejahatan tanpa disadarinya. Sistim cultural, pendidikan dan pandangan kehidupan yang dangkal (tidak realistis) menyebabkan orang berlomba-lomba menjadi baik secara superficial (kulit permukaan), dan untuk menuju perasaan harga diri (self-esteem) nya tersebut, ia merepresi agresifitasnya yang kemudian muncul secara subliminal dalam tindakan-tindakan “politically correct” atau "religiously correct" yang menikam dan merusak pihak lain.
Ini hanya mungkin terjadi apabila manusia mengalami pendangakalan jiwa sehingga antara apa yang ada dalam kesadarannya (consciousnessnya) berbeda berbeda, terpecah bahkan bertolak-belakang dengan apa yang ada pada bawah sadarnya (sub-consciousness). Peran agama-agama politis dalam proses pendangkalan ini tidak dapat dipungkiri. Hal inilah yang menyebabkan kekerasan demi kekerasan selama abad terakhir ini. Dimana manusia berusaha memperbaiki system kehidupannya melalui budaya, system politis dan sains/teknologi, tetapi selalu hanya sedalam apa yang tampak / kasat mata belaka. Apa yang tidak tampak (tersembunyi di dalam) tetap busuk , agresif dan jahat.
Usaha-usaha menutupi kebusukan, keagresifan dan kejahatan itu dengan bungkusan yang baik dan indah, itulah per definisi adalah motif dari penciptaan Simulacra. Dimana tujuan akhirnya adalah penguasaan penuh dan eksploitasi bagi manusia satu di atas yang lainnya melalui system yang “dipermuliakan” sedemikian rupa untuk dipuja-puja, sehingga yang melanggarnya dianggap secara social maupun politis layak untuk dihakimi dan dihukum. Segala sesuatu yang real di’bunuh’ untuk digantikan dengan jargon-jargon indah atas nama moral/akhlak, ketertiban, keadilan, efisiensi, efektifitas, disiplin, hukum bahkan atas nama Tuhan! Inilah yang menjadi penyebab kanker kehidupan dunia yang mencapai masa kritis pada abad ke-21 ini. Manusia tidak bisa menghindar lagi, atau punah melalui suatu cara yang sangat mengerikan.
Bila kitab-kitab kuno agama menuliskan deskripsi akhir jaman, inilah persoalannya. Hanya saja mereka menyebut kejahatan itu dengan istilah ‘iblis’ atau ‘syaiton’ padahal sebenarnya adalah bawah-sadar manusia yang egois dan semakin membusuk dalam segala kepalsuannya. Tidak heran bila lingkup efeknya meluas dan mendalam ke segala aspek kehidupan. Lihat saja dari persoalan ketimpangan system moneter hingga persoalan LGBT yg meruak akhir-akhir ini. Semua persoalan dan ‘penyakit sosial’ itu bukan muncul tiba-tiba dari langit, tetapi merupakan akibat dari proses pembusukan kesadaran manusia selama ribuan tahun : diluar terlihat baik, tapi jahat di dalamnya;
dari luar tampak mengulurkan pertolongan, tapi menghisap diam-diam;
tangan kanan membelai-belai, tapi tangan kiri menikam dari belakang;
Lidah ular bercabang dua; madu tapi racun.
Inilah yang selama berabad-abad dicoba untuk diutarakan kepada public oleh tokoh-tokoh seperti J.Krishnamurti, Ki Ageng Surya Mataram, dsb. Mereka pada dasarnya menggugat kemajuan peradaban yg dialami manusia : bahwa dibalik apa yang disebut perbaikan / kemajuan sebetulnya secara psikologis kejiwaan manusia tetap biadab, agresif, manipulative, eksploitative, dsb. Tidak lain adalah dikarenakan Schadenfreude / Gloating seperti disinggung diatas : manusia berlomba-lomba berbuat ‘kebaikan’ dengan cara menindas yang lainnya; berebut berbuat ‘pahala’ dengan cara saling menjatuhkan. Karena melalui 'kebaikan' ia mendapat keuntungan status dalam persaingan sosial; tapi bagaimana kalau sistem sosial itu adalah sistem sosial yang korup (manipulatif)?
Oleh karena itu sudah sangat jelas, mengapa agama-agama politis itu begitu menentang kedalaman spiritual, penyelidikan batin dan hal-hal yang berbau meditative. Karena melalui penyibakan hal-hal yang disembunyikan di dalam batin manusia itu akan dapat ditemukan berbagai macam kebusukan yang merupakan akar dari semua ‘kebajikan’ yang menindas umat manusia selama ribuan tahun.
Mengapa bisa demikian?
Tidak lain tidak bukan karena manusia dididik hanya melalui dogma-dogma dan serangkaian permainan antara iming-iming (harapan) dan ancaman (penakut-nakutan). Dalam agama-agama tertentu, neurosis (kecemasan) manusia terhadap kehidupan dan kematian tidaklah diselesaikan, tetapi justru dipakai untuk memperalat dan mengikat umatnya sendiri. Tentu saja neurosis itu tidak ditampakan di permukaan karena tidak menguntungkan secara marketing, tetapi neurosis yang terepresi ke dalam bawah sadar itu menjadi sebuah daya besar yang sungguh jahat merembes keluar melalui ‘kebaikan-kebaikan’ dan segala macam alasan yang politically-correct atau religiously-correct.
Kalau diatas sudah saya katakan bahwa Schadenfreude / Gloating ini adalah merasakan diri sebagai 'baik' atau 'pahlawan' sementara kenyataannya banyak orang semakin kesusahan, sebenarnya inilah esensi dari apa yang disebut NWO (New World Order), yaitu : melalui lengan2 gurita kekuasaannya kaum elite penguasa dunia hendak "mengatur" dunia untuk menuju "ketertiban" versi dirinya dengan menggunakan segala macam perangkat sistem, keorganisasian maupun teknologi sehingga 'mengatur' dan 'mengawasi' setiap langkah gerak-gerik manusia dalam sistem komputerisasi-biometric. Ini namanya adalah pembunuhan hak asasi dan kebebasan manusia.
Perhatikan bahwa Tuhan memberikan ruang gerak yang lapang kepada manusia untuk berproses dan memahami hidup melalui kesalahan-kesalahannya; tetapi rupanya manusia ingin 'playing GOD' dimana tidak memberi ruang kepada sesamanya untuk mengeksplorasi kehidupan menurut panggilan hidupnya sendiri.
Bukankah disini mereka hendak mengikat tangan dan kaki manusia melalui sistem/hukum. Sekalipun dengan technological-tyranny mungkin hasilnya adalah ketertiban secara fisik yg tampak dikulit permukaan, tetapi apakah cara ini akan mendewasakan dan memerdekakan jiwa manusia?
Oleh karena itu saudara……kalau ada yang mengatakan bahwa ini adalah akhir jaman, saya percaya bahwa memang ini adalah akhir dari sebuah jaman. Mudah-mudahan tidak sampai kebablasan bumi ini hancur lebur karena ulah manusia sendiri, tetapi berakhirnya kekerasan di dalam bawah sadarnya. Inilah yang –semenjak dulu – saya artikan sebagai kedatangan Messiah/imam mahdi. Yang mana bukanlah sesuatu yang secara karikatural digambarkan sebagai tokoh hero yang turun dari langit, melainkan turunnya Kesadaran (Awareness) untuk mentransformasi bawah-sadar-yang-jahat itu menjadi baik sejati. Tentu untuk menuju kesana, tidak bisa tidak manusia harus mulai menyelidiki batinnya. Dan itu artinya adalah melalui pengembangan suatu sikap kontemplatif / meditative.
Menurut saya, kedatangan Sang Juru Selamat / Messiah / Imam Mahdi, dsb pada dasarnya adalah suatu harapan manusia akan kedatangan suatu Kesadaran Baru yang mampu mengalahkan kejahatan yang selama ini bekerja menjungkir-balikan dunia secara subversif (tersembunyi) dalam bawah-sadar manusia. Manusia akan menemukan kedatanganNya bila mencari dan melihat ke dalam ruang batinnya sendiri yang terdalam.
Dan apabila setiap insan manusia berhasil menyambutNya di dalam ruang batinnya yang terdalam, maka sebetulnya manusia akan kembali menjadi satu tubuh. Karena Dia ada dimana-mana. Dia adalah akar / pokok anggur itu. Dengan demikian, maka dunia akan menjadi tertib tanpa harus diternakkan oleh suatu sistem monolateral yang tiran. Itulah yang disebut Higher Order (ketertiban luhur) atau New Jerusalem dimana dikatakan oleh Nabi Yesaya dimana singa akan berbaring bersama anak domba dst (ada yg tahu apa arti Jeru-salem. Jerusalem bermakna Wholeness / eksistensi yang utuh. Bukan nama kota fisik di atas bumi ini, tapi " kota" rohaniah yang datang dari "atas" kesadaran).
Rahayu!

Rabu, 04 April 2018

Melihat sorga

Melihat sorga terbuka
sesungguhnya, ada seekor kuda putih
Ia yang menungganginya bernama "Yang Setia dan Yang Benar
Ia menghakimi dan berperang dengan adil.
Mata-Nya bagaikan nyala api
Di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota
Ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri.
Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Alloh
Semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih.
Dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa.
Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Alloh Yang Mahakuasa.
Pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan."
Lalu aku melihat seorang malaikat berdiri di dalam matahari, ia berseru dengan suara nyaring kepada semua burung yang terbang di tengah langit, "Marilah ke sini dan berkumpullah untuk turut dalam perjamuan Allah, perjamuan yang besar,

-------********--------

Senin, 02 April 2018

Sebuah pertengkaran cinta

Berdiskusi masalah pernikahan dengan beberapa sahabat, iseng-iseng menanyakan sesuatu pertanyaan imajiner yang dulu pernah ditanyakan oleh seseorang kepada saya,
" Kalau kita diberi kesempatan mengulang kehidupan dari awal, apakah kita akan tetap memilih untuk menikah dengan pasangan kita yang sekarang?" 

Semua sahabat terdiam beberapa saat sambil tersenyum-senyum tak jelas. Mungkin pertanyaan itu telah menggelitik hati mereka, atau mungkin membuat mereka bingung untuk menjawabnya. Suasana pun menjadi henting sesaat, tiba-tiba salah satu dari mereka menjawab dengan tegas, "Tidak!"....
Teman-teman lain menyambutnya dengan gelak tawa yang keras. "Hahahah........
Entah menertawakan kepolosannya atau jangan-jangan, malah membenarkan jawaban itu.
Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Apalagi kalau sedang diperhadapkan dengan lika-liku pernikahan yang mungkin tidak seindah yang dibayangkan ketika masih pacaran dulu.
Tidak ada yang berani mengatakan bahwa perjalanan berumahtangga pastilah 100% mulus. Rasanya tidak ada pasangan yang tidak pernah mengalami pertengkaran dalam kehidupannya. Kata orang tua zaman dulu,  “Pertengkaran adalah bumbu dari pernikahan”, memang ada benarnya. Tapi ibarat sebuah masakan, kalau bumbunya terlalu banyak maka rasanya pun juga jadi tidak enak, betul!!??...
Kita tidak dapat menghindari pertengkaran dengan pasangan kita. Kecil maupun besar, singkat maupun panjang, saling berbantahan atau diam-diaman, tetap saja namanya pertengkaran pasti akan melelahkan, menyedihkan hati, bahkan melukai perasaan. Yang pasti, mengganggu pikiran dan hubungan. 

Dalam kehidupan:
1. Aku bukanlah manusia sempurna, tapi aku ingin berusaha setiap hari makin sempurna
Justru karena kita bukan manusia yang sempurna, kita membutuhkan pasangan hidup yang akan membantu menyempurnakan hidup kita. Itulah mengapa Sang Pencipta memberikan tugas mulia kepada manusia untuk membentuk keluarga. Bermula dari pernikahan, seorang laki-laki dan seorang perempuan - keduanya tidak sempurna, disatukan menjadi suami dan istri, sehingga dapat saling menolong, saling mengisi dan saling melengkapi di dunia ini.
Namun demikian, sebagai manusia kadang kita lupa bahwa kita bukanlah manusia yang sempurna, sehingga kita juga seringkali menuntut orang lain bersikap dan bertindak sempurna. Demikian juga dalam relasi kita dengan pasangan, sebuah kesalahan kecil saja mungkin sudah dapat membuat kita kesal dan marah. Padahal pasangan kita bukan manusia yang sempurna, yang sudah pasti bisa melakukan kesalahan.
Ketidaksempurnaan ini kadang menimbulkan satu pemikiran lain dalam menyikapi
Maafkan diri kita dan pasangan kita untuk semua kesalahpahaman yang pernah terjadi. Pertengkaran dalam pernikahan memang tidak akan mungkin dapat kita hindari. Kita dan pasangan kita adalah manusia yang tidak sempurna, kita dan pasangan kita adalah pribadi yang berbeda, dan kita punya banyak keinginan dan harapan untuk pasangan kita. Namun dari pengalaman saya, pertengkaran dapat diubah menjadi kesempatan yang indah untuk lebih mengenal siapa diri kita dan siapa pasangan kita , dan saling pengertian dengan pasangan kita, akan semakin memperkuat pernikahan kita.

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...