Selasa, 16 Oktober 2018

Belajar menjadi manusia seutuhnya



Hanya untuk menjadi manusia, seseorang harus belajar, berlatih dan bekerjasama dengan orang lain. Karena kesempurnaan diri adalah saat bisa membangun hubungan dengan orang lain.
"Jangan bekerja lebih keras,  tetapi bekerjalah lebih cerdas, agar engkau cukup waktu dan tenaga untuk membaca kitab suci, dan bersilaturahmi serta menolong orang lain.
"Tenaga dan umur hidupmu terbatas. Tetapi bagaimana menggunakan yang terbatas untuk menghasilkan yang tidak terbatas. Itulah amal sholih", oangnya sudah meninggal, tetapi amalnya mengilhami dan memberi manfaat pada orang orang sesudahnya dari jaman ke jaman itulah amal soleh
"Kecerdasan intelektual memahami apa dan bagaimana sesuatu terjadi, dan itu hanya menjelaskan"  apa yang terjadi dan bagaimana menindaklanjutinya" "kecerdasan spiritual membantumu memaknai arti yang kau lakukan dan juga apa manfaat perubahan bagi orang dan alam di sekiitar kita
KEJAWEN itu bukanlah agama. Tetapi perilaku yang dituntun oleh BUDI PEKERTI dalam tindakan kehidupan nyata sehari-hari. Didalam KEJAWEN yang dibahas BUKAN TATA CARA ritualisme keagamaan, tetapi adalah bagaimana memahami TUHAN itu sendiri dan menerapkannya dalam perilaku nyata sebagai wujud penghormatan kepada sang pencipta dan seluruh alam semestanya.
Saya ambil contoh dalam pemahaman agama HINDU, ijinkan saya mencontohkan sesuai pemahaman yang ada. Kalau anda sempat membaca karya sastra gubahan Nusantara yang bernafaskan agama HINDU semisal : Mahabarata, Bhagawat Gita, Arjuna Wiwaha dan banyak lagi .... disana muncul banyak tokoh yang TIDAK PERNAH ADA DALAM PAKEM CERITA ASLINYA DARI INDIA. Semisal Punokawan (Semar, Togog dan lainnya) ataupun para anak Pendawa. Melalui tokoh rekaan KEJAWEN tersebut telah disampaikan sudut pemaknaan baru tentang ajaran agama yang terselip didalam cerita, mereka seakan-akan menjadi penterjemah bahasa agama yang rumit menjadi bahasa lokal yang cair dan mudah dimengerti. Tidak lupa mereka memberikan contoh pelaksanaan suatu perilaku yang baik menurut agama dan ADAT (disinilah dominan pendidikan moral, kesopanan dan kesantunan di tekankan). Dengan adanya beberapa tambahan pemaknaan baru tersebut, maka diharapkan umat lebih memahami cara praktek keagamaan dengan lebih santun dan khusuk. Belum lagi banyak juga struktur KEDEWAAN yang muncul dalam struktur KEJAWEN dan tidak pernah ada bila dilihat pada struktur agama HINDU maupun sastra INDIA (misal : Dewi SRI adalah dewi pertanian, Dewa MARUTA adalah penguasa angin, Hyang ANANTA BOGA dan seabrek lainnya).
Hal yang sama terjadi ketika agama ISLAM melakukan asimilasi budaya dengan KEJAWEN, maka ada pakem baru dimunculkan Sunan KALIJAGA dengan menciptakan cerita JAMUS KALIMASADA (Jimat yang berupa Kalimat Syahadat), yang jelas2 sulit dirunut secara logika hubungan cerita antara keluarga PANDAWA dengan ISLAM, tetapi itu mungkin dilakukan di JAWA ini setelah para filsuf adat dan ulama keagamaan berhasil menemukan sudut pandang yang sama atas arti sebuah lelaku pemujaan kepada TUHAN YANG MAHA ESA. Itulah KEJAWEN : Perilaku BUDI PEKERTI YANG LUHUR yang ditujukan kepada TUHAN dan ALAM SEMESTA beserta isinya.
Seseorang yang lebih muda akan membungkukan badan ketika melewati yang lebih tua, berbicara lirih tanpa memandang mata lawan bicaranya yang lebih tua, senantiasa melakukan tirakat adat dan keagamaan bagi anak keturunan sekalipun mereka belum dilahirkan, mampu bekerjasama dengan semua mahluk di alam semesta berdasarkan kesantunan dan banyak lagi. Dalam SERAT SABDO PALON, sempat diplintir banyak pihak. Ketika sang SABDO PALON berkata bahwa suatu saat akan membangunkan kembali agama BUDI ..... ada yang menterjemahkan itu HINDU, itu BUDHA dan sebagainya. Padahal yang dimaksud adalah JIWA KEJAWEN ini yang berupa BUDI PEKERTI LUHUR. Sedangkan agama yang sudah anda peluk yakinilah dengan sempurna, sebab KEJAWEN bukanlah agama tetapi roh atau jiwa dari perilaku hidup yang ditempa lewat perilaku adat dan sehari2. Sedangkan yang dimaksud SABDO PALON dan NOYO GENGGONG tentang rusaknya agama adalah suatu kondisi ketika umat LEBIH TAKUT KEPADA PERILAKU AGAMA sehingga justru melupakan TUHAN itu sendiri yang seharusnya menjadi tujuan utama yang melahirkan keberadaan agama. Maka di saat itulah perlu revitalisasi moral besar2an dilingkungan agama, untuk kembali menomor satukan pemujaan kepada TUHAN dan bukannya pada lambang2 agama atau golongan.
Rahayu....

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...