Minggu, 27 Mei 2018

Sepotong pengetahuan



Banyak orang belajar dari buku hapal berbagai macam istilah / kosa-kata seperti : ego, persepsi, pikiran, perasaan, kesadaran, intuisi, insting, ilham, wahyu, pencerahan, kejernihan, wajah Allah, kerajaan Allah, rumah Tuhan, iman, kesalehan, sakinah, dsb dsb....tapi tidak tahu apa yang sebenar-benarnya dimaksudkan.
Herannya, yang begituan dikembang-biakkan melalui institusi2 sekolah formil bahkan mendapat gelar S1, S2, bahkan doktoral di bidang Theologia / Kalam. Lalu digaji untuk memberikan ceramah-ceramah di depan mimbar ratusan bahkan ribuan orang. Dan hasilnya sebuah masyarakat yang retak.
Sungguh heran!
Mengenai istilah2 itu dan pengertian mendalam meluasnya,   semestinya dimengerti sendiri melalui pengalaman. Saya juga bukan ngambil definisi* dari buku.
Dari pengalaman kita bisa tahu apa itu apa...langsung ke "barang yang dimaksud dalam sebuah kata".
Tanpa suatu laku praktek, proses belajar dan penyelidikan yang terus-menerus, maka kita tidak akan memahami hal ihwalnya. Apalagi istilah-istilah spiritualial itu semua untuk hal-hal yang abstrak yang tidak bisa dilihat 'barang'nya...lantas kalau tidak melalui laku praktek sendiri memeditasikan mengobservasi langsung, bagaimana mungkin ngerti 'mana yang mana' nya?
Mungkin sebagian intelektualis merasa jumawa bahwa hal2 tersebut bisa dianalisa atau dipikir2 / tafsir / hermeneutics, dsb. Tapi ingat! Bila persoalan spiritual itu berkaitan upaya untuk menunjukkan batasan2 pikiran dan kegagalan pikiran dalam mencerap 'what-is-beyond' (apa yang ada disebalik itu), lantas apakah mungkin mencoba menggunakan pikiran untuk mengantar realisasi?
Paling-paling  kita cuman bisa menggunakan metode-pikiran (analytical method) untuk menunjukkan batas-batas pikiran dan selanjutnya hanyalah to INTUIT (mengintuisi) apa yg ada di seberang (what is beyond that). Mengintuisi jelas tidak sama dengan pencerapan langsung terhadap hal-nya. Disitu terdapat gap (jurang) yg tak terseberangi dengan akal pikiran. Tapi tidak mau menggunakan akal pikiran untuk menghantar sampai junction yang tepat, ya lebih buta lagi. Bukan lompat jurang tapi lompat rumah tetangga orang. Hasilnya bukan kelegaan penyeberangan, tapi konflik.
Pelajarannya : Partial knowledge is dangerous.
Pengetahuan yang setengah-setengah adalah berbahaya.
Kalau segala sesuatu tidak dipahami secara benar sebagaimana apa adanya, maka akan membawa musibah.
Coba renungkan : apabila anda mengalami sakit keras hingga organ dalam anda harus dioperasi. Maukah dioperasi oleh dokter bedah yang kuliahnya setengah jalan lalu D.O. (Drop Out)?
Ya, ya, saya ngerti...tapi tolong abaikan jawaban dari orang yang nyawanya murahan. :p
Rahayu!
Catatan :
* Jadi mohon dimaklumi bila ada definisi2 yg kurang akurat krn saya buat on-the-spot tanpa waktu yang cukup lama utk merumuskan secara akurat. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah selama kita memposisikan diri KITA sebagai yang terus menerus membuka diri untuk belajar dan menyempurnakan pemahaman. Dan memang itulah tujuan dari hidup yg sebenarnya : untuk belajar, bukan klaim sudah mencapai.
                           ******

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...