Minggu, 24 Juni 2018

Terjadinya perselingkuhan


Hubungan itu terjadi karena dua sejoli saling mencintai satu sama lainnya
Tapi tau engga, sahabat Bakul getuk. Banyak hal yang terjadi terhadap hubungan, itu dan bahkan kita rasakan pada sebuah hubungan yang kita jalani,
pada kenyataannya hubungan terebut banyak sekali cobaannya.
Dari mulai tidak bertanggung jawab, perselingkuhan, keharmonisan, ekonimi dan bahkan gangguan dari pihak ketiga.
"Tak ada orang yang memulai hubungan dengan niat selingkuh, apalagi diselingkuhi. Bagaimanapun, afair masih saja terjadi."
Perselingkuhan adalah topik yang kurang menyenangkan. Akan tetapi, emosi seharusnya tidak membebani kemampuan seseorang untuk menelaahnya dengan pikiran kritis dan analitis.
Itulah yang dilakukan para ilmuwan Israel lewat riset. Mereka mengungkap kapan perselingkuhan--terutama oleh perempuan yang sudah menikah--biasanya terjadi.
Penelitian yang dipublikasikan dalam  The Journal of Sex Research  tersebut menemukan bahwa perselingkuhan cenderung berbanding lurus dengan usia suatu hubungan. Selain itu, laki-laki lah yang punya kecenderungan selingkuh dalam pernikahan daripada perempuan.
Akan tetapi, bukan berarti perempuan tak mungkin selingkuh.
Peneliti menemukan bahwa perempuan cenderung selingkuh mana kala hubungan sudah menginjak tahun ke enam hingga 10. Sementara laki-laki cenderung melakukannya setelah usia hubungan lewat dari 11 tahun, temuan ini sejalan dengan teori seven-year itch. Istilah psikologis terkenal yang menunjukkan bahwa hubungan biasanya mulai goyah setelah tujuh tahun.
Ini adalah tren yang secara historis didukung oleh statistik perceraian di barat, yang menunjukkan bahwa banyak pasangan berpisah pada sekitar periode waktu ini.
Kesimpulan soal kapan perselingkuhan dalam hubungan dimulai ini dicapai para peneliti setelah menganalisis riset terhadap 423 peserta.
Dari 29 alasan untuk menolak perselingkuhan yang disodorkan peneliti, para peserta diminta memberi peringkat berdasarkan ukuran penting atau tidak, serta kemungkinan mereka akan mencoba selingkuh jika diberi kesempatan.
Hasilnya riset mengidentifikasi bahwa perempuan yang lebih religius, dan belum lama menikah adalah orang yang paling menentang perselingkuhan.
Keputusan untuk tidak berselingkuh lebih dimotivasi oleh faktor internal daripada faktor eksternal. Rasa takut akan sendirian dan keinginan besar untuk mematuhi standar moral ternyata lebih berpengaruh dalam mencegah orang berselingkuh, daripada kekhawatiran akan dampak afair pada diri sendiri dan anak-anak atau pasangannya.
Temuan periode rawan perselingkuhan ini dirilis hanya beberapa bulan setelah sebuah studi lain mengungkap bahwa perempuan dengan profesi tertentu cenderung lebih tidak setia.
Menurut studi tersebut, perempuan yang berstatus ibu rumah tangga lah yang punya kecenderungan selingkuh. Pasalnya mereka lebih kesepian dan diam-diam merasa tidak puas akan kehidupannya.
Laki-laki juga tak luput dari pengamatan ilmuwan. Menurut temuan mereka, laki-laki yang tinggi, cerdas, dan kaya punya kecenderungan untuk berselingkuh. Alasannya dipicu karena ego, dan nafsu.
Walau dalam riset terbaru peneliti menemukan periode tertentu di mana perempuan cenderung berselingkuh, banyak sekali studi yang menunjukkan bahwa lebih banyak laki-laki yang berselingkuh daripada perempuan. Ini karena perempuan dikondisikan secara sosial untuk tidak selingkuh.
Seperti dituturkan Michele Binswanger, penulis Cheating: A Handbook for Women,"  Perempuan diketahui lebih peka terhadap tekanan sosial daripada laki-laki, dan selalu ada tekanan bahwa perempuan harus memiliki perilaku seksual yang sesuai," jelas Binswanger.
Bukan cuma itu, secara tradisional perempuan juga punya lebih sedikit kemungkinan untuk selingkuh karena kebanyakan mereka lebih sering tinggal di rumah mengurus anak.
Kalau sampai seorang perempuan selingkuh, menurut Binswanger, kemungkinan besar karena mereka merasa frustrasi, bukan hanya dengan hubungan tapi juga hidup secara umum. "Banyak yang merasa tak diinginkan, tidak didengar, atau tidak bahagia. Jadi mereka mulai mencari cara lain untuk bahagia," imbuh Binswanger.
meskipun penting untuk menunjukkan bahwa penelitian periode rawan selingkuh ini didasarkan pada peserta yang mengisi kuesioner--bukan hasil pengamatan kehidupan nyata, temuan ini juga memberi wawasan tentang kapan tepatnya hubungan berada pada masa paling rawan.
Informasi ini semestinya dapat membantu mengingatkan pasangan agar tidak membiarkan hubungan mereka kedaluwarsa seiring berjalannya waktu.
Gimana setelah melihat riset diatas, sahabat bakul getuk...
Masih sayang sama pasangan kan?.... Makanya jangan sampe kejadian tersebut terjadi akibat kelakuan sobat sendiri...
Ibarat kata nasi udah menjadi bubur, kalo kejadian udah terjadi udah engga bisa lagi dibalikin cuyyy...
Sayangilah apa yang seharusnya sudah menjadi takdir untuk kamu sayangi, jika memang tidak cinta ya jangan bilang cinta dan berbohong terhadap diri sendiri, yang akhirnya menyakitkan pada akhirnya
JANGAN MAU ENAKNYA AJE YEE!!!
INGET DOSA......
Quote:
Semoga bermanfaat bagi semua sahabat bakul getuk
Sekian dan trimakasih



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-7007461453436580",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-7007461453436580",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-7007461453436580",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-7007461453436580",
    enable_page_level_ads: true
  });

</script>

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...