Jumat, 09 Februari 2018

MOTIVASI MENGENAL TUHAN YME

Sejak kecil, dan barang kali tepatnya sejak kami menduduki sekolah TK, kita sudah mulai diperkenalkan tentang adanya Tuhan pencipta yang memiliki berbagai sifat kesempurnaan; Mahakuasa, Mengetahui, memiliki surga dan neraka dan lain sebagainya.
Motivasi merupakan penggerak utama bagi seseorang untuk melakukan hal-hal yang sejalan dengan moto aslinya. Karena upaya untuk mengetahui dan mengenal Tuhan Pencipta alam semesta ini tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya motivasi dan dorongan yang bersemayam di dalam jiwanya.  Tiga faktor utama yang mendorong seseorang untuk mengenal Tuhan:Motivasi Akal,  Motivasi Fitri dan Motivasi Kasih.   

 1.Motivasi Akal
    Tidak seorang pun yang tidak mencintai kesempurnaan. Setiap insan pasti mencintai kesempurnaan dirinya, karena cinta kepada kesempurnaan merupakan bagian dari naluri setiap insan. Hanya saja, setiap orang berbeda-beda dalam memandang dan menilai kesempurnaan dirinya. Yang jelas, pada umumnya dan kebanyakan manusia memandang kesempurnaan diri terletak pada hal-hal yang bersifat material dan fisikal, seperti berbadan sehat dan bugar, memiliki harta kekayaan yang cukup, menduduki jabatan yang terhormat, keamanannya terjamin dan lain sebagainya. Motivasi semacam ini disebut sebagai “naluri mencari keuntungan dan menghindari kerugian”. Berdasarkan pandangan ini, manusia melihat bahwa dirinya memiliki tugas untuk menyikapi secara serius hubungannya dengan segala hal yang bertalian dengan nasibnya di masa kini dan mendatang.
     Pada umumnya, cinta kepada kesempurnaan, cenderung kepada keuntungan, baik yang bersifat material maupun spiritual, dan upaya menghindari segala bentuk bahaya dan kerugian, akan mendorong seseorang untuk mengadakan penelitian. Dorongan tersebut bersumber dari akalnya. Dengan kata lain bahwa akal pikirannya akan mendorongnya untuk mengadakan penelitian dan perhitungan; sejauh mana kemungkinan keuntungan itu dapat diraih, atau bahaya dan kerugian itu dapat menimpa dirinya. Semakin tinggi adanya kemungkinan untuk memperoleh keuntungan, atau menerima bahaya dan kerugian, maka penelitian atas persoalan tersebut semakin dianggap penting.
     Tidak logis, jika seseorang merasa yakin terhadap adanya kemungkinan tentang suatu persoalan penting yang sangat menentukan nasibnya di masa mendatang, sementara ia tidak merasa tertarik untuk meneliti dan mengadakan analisa atas perkara tersebut.
    Misalnya, ketika orang-orang yang tinggal di bawah kaki gunung merapi mendengar informasi dari sebagian orang yang tinggal di kota yang jauh dari gunung tersebut, bahwa gunung merapi yang bertengger di atas kepala mereka, kemungkinan besar -beberapa bulan lagi-  akan memuntahkan api dan meletupkan lahar panasnya.
      Mendengar informasi yang mengancam jiwa raga dan harta ini, mereka yang akal pikirannya sehat, dapat dipastikan akan bertanya-tanya, meneliti dan melakukan analisa; dari mana sumber informasi tersebut? Siapa yang membawa berita itu? Sejauh mana kebenaran berita yang disampaikannya? Selama sekian tahun ini, sudah berapa kali gunung merapi itu meletus? Dan seterusnya. Apabila ternyata informasi tersebut meyakinkan, dan kemungkinan besar akan terjadi letusan yang dahsyat dari gunung tersebut, maka dapat dipastikan mereka akan bergegas dan segera meninggalkan tempat tersebut demi menyelamatkan diri, keluarga dan harta benda mereka.  
     Misal lainnya adalah, seperti orang-orang yang tinggal di tepi pantai laut, seperti orang Jkt pinggiran sungai Ciliwung, Ketika mereka menerima informasi dari orang-orang akan terjadi bencana alam, seperti pasangnya air laut dan bahaya banjir di musim hujan, pasti mereka akan meneliti kebenaran informasi tersebut. Dan ketika mereka percaya dengan berita tersebut, pasti mereka semua akan segera pindah mengungsi ke tempat yang lebih aman demi menyelamatkan diri dan anak-isteri mereka dari bencana yang dimungkinkan akan segera menimpanya. Hanya orang-orang dungu dan kurang waras akalnya yang tidak merasa tertarik untuk meneliti, menganalisa dan bergerak lari dari ancaman bencana tersebut.
    Begitu juga orang yang tinggal di desa ketika menerima informasi tentang adanya pekerjaan dengan gajih yang besar, atau perdagangan yang menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda di sebuah kota. Secara logis, mereka pasti merasa tertarik  dan kemudain mengadakan penelitian sejauh mana kebenaran informasi tersebut, sebelum mereka pergi ke kota untuk tujuan memperoleh keuntungan demi masa depan yang menjanjikan.
        Ketika para utusan Tuhan, Nabi, muballig, Ulama, Pendeta, dan Brahmana, menyampaikan dakwah mereka kepada umat manusia tentang adanya balasan surga bagi orang-orang yang beriman, saleh dan taat menjalankan agamanya, juga ancaman  neraka bagi mereka yang berbuat jahat dan mengingkarinya, maka akal sehat akan mendorong mereka untuk meneliti dan mengkaji kebenaran dakwah tersebut.  Jika dakwah dan seruan itu benar, maka akal sehat pun akan mendorong mereka untuk menerima dan mentaatinya.  Lebih dari itu, karena iman kepada Tuhan Pencipta dan pengkajian agama, merupakan perkara yang niscaya. Sebab, teks-teks Alkitab, Kitab-kitab suci agama dengan jelas memuat persoalan-persoalan yang berhubungan dengan nasib baik-buruk perilaku manusia yang berhubungan erat dengan iman.
      Untuk menjelaskan masalah ini, Misalnya ketika seseorang berada di persimpangan dua jalan. Di sini dia menghadapi tiga pilihan: tetap berdiri selamanya di tempat itu, berjalan menuju ke arah A atau ke arah B.
     Ketika tetap berdiri di tempat itu bukan saja tidak ada manfaatnya, tetapi malah akan membahayakan dirinya, sementara salah satu dari dua jalan yang ada di hadapannya itupun mengancam keselamatan jiwanya dan yang satunya lagi menjanjikan kebahagiaan dan keuntungan yang abadi. 
Maka pada kondisi seperti itu, dituntut untuk meneliti dua jalan tersebut dan berusaha mencari indikasi-indikasi dan bukti-bukti untuk keduanya. Karena mengabaikan kedua-duanya adalah bertentangan dengan akal sehatnya. Apabila hasil penelitian dan analisa akal sehatnya menyimpulkan bahwa tetap berdiri di tempat itu dan memilih jalan ke arah A tidak membawanya kepada kebahagiaan dan keselamatan, sementara jalan B menjanjikan keselamatan dan kebahagiaan yang sejati, maka pasti akal sehatnya segera mendorongnya untuk melangkah dan meniti jalan B.
Meskipun jalan B yang ia tempuh itu -berdasarkan hasil penelitiannya- masih bersifat kemungkinan besar, belum sampai kepada tingkat yakin. Hal ini sesuai dengan kaidah akal: “menghindari kerugian yang dimungkinkan” merupakan turunan dari motivasi akal. Tentu saja, kaidah logika ini tidak ditujukan kepada mereka yang enggan menggunakan argumentasi logis. Sebab, apabila kaidah ini ditujukan  kepada orang-orang yang keras kepala, pongah dan fanatik, pasti tidak bermanfaat dan tidak ada gunanya untuk mereka.
   
2. Motivasi Kasih
     : “Manusia adalah hamba kebaikan”,atau “Dengan perbuatan baik, hati akan tertaklukkan”. Ungkapan lainnya yang hampir senada dengan itu, sebagai sebuah nasihat yang cukup berharga: “Lakukan kebaikan kepada siapa saja, niscaya engkau menjadi tuannya.
      Apabila kita renungkan dengan seksama pesan-pesan semacam itu dan yang semisalnya, dapat kita pahami bahwa sebenarnya pesan-pesan tersebut sejalan dengan akal pikiran yang sehat dan naluri setiap insan. Karena secara logis setiap hati orang pasti akan takluk kepada siapa saja yang telah berbuat baik kepadanya dan akan murka kepada siapa saja yang berlaku buruk kepadanya
     Perbuatan baik dan berkhidmat kepada orang lain, pasti si penerima kebaikan itu akan memiliki kecendrungan untuk mengenal pelakunya dan berterima kasih kepadanya. Bahkan lebih dari itu, ia akan berpikir dan berusaha untuk melakukan balas jasa atas kebaikan tersbut. Semakin tinggi nilai sebuah kebaikan, maka akan semakin takluk hati si penerimanya dan semakin tinggi pula keinginannya untuk mengenal pemberi kebaikan tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwakonsep berterimaksaih kepada pemberi kebaikan, terlebih dahulu diakui oleh rasa kasih, sebelum dibenarkan oleh mahkamah akal sehat.
     Coba mrenungkan beberapa pertanyaan dan ungkapan berikut ini, karena dengan cara itu, akan lebih dapat merasakan. Tahukah sobat berapa harganya diri kita yang tersusun dari dua unsur; unsur materi dan ruhani?  Pernahkah Sobat bertanya kepada dokter spesialis mata; berapakah harga kedua biji mata itu?  Bersediakah kita menukar kedua bola mata itu dengan sebuah istana yang megah lengkap dengan isinya, tetapi menjadi buta? Jika kita mencoba menghitung dan menjumlah -secara materi-  nilai dan harga seluruh anggota dan organ-organ tubuh, kemudian kita diminta oleh si pemberinya untuk mambayarnya seluruhnya, berapakah harga yang layak untuk diberikan kepadanya? Mampukah kita memberikan semua itu?  Hingga saat ini, pernahkah kita ditagih dan dimintakan uang untuk membayar sewa atau pajak dari penggunaan semua anggota tersebut?
       Apabila telah di pahami dan ketahui betapa tinggi nilai diri kita dan berbagai kenikmatan yang diberikan kepada kita selama hayat ini, logiskah jika kita merasa enggan atau tidak peduli untuk mengetahui dan mengenal siapa yang memberikan semua kenikmatan itu kepada kita?.....  jika si pemberi berbagai kenikmatan tersebut akan meminta pertanggung jawaban dari kita atas penggunaan yang kita lakukan selama hayat di kandung badan?   Apabila kita diberi hadiah sebesar seratus juta dolar -misalnya- oleh seseorang, bagaimana cara kita berterimakasih kepadanya?  Setiap orang yang mendapatkan hadiah sebesar itu, pasti akan berusaha mengenal siapa pemberinya, dan berpikir bagaimana caranya berterimakasih kepadanya.  
     Apabila hal itu telah kita pahami dengan baik,, bahwa selayaknya bahkan seharusnya manusia yang telah menerima berbagai kenikmatan ini berusaha mengenal si pemberinya dan penciptanya. Dialah Tuhan YME pencipta alam semesta ini.
 
3. Motivasi Fitri
      Manusia, di samping memiliki sarana akal dan pikiran untuk menjalani bahtera kehidupan di muka bumi ini, juga dibekali dengan berbagai perasaan hati.  Terkadang manusia -berbeda dengan binatang- melalui perasaan hatinya yang dalam dapat mengerti dan memahami wujud dan hakikat sesuatu. Artinya, tanpa melalui studi, pengkajian, bimbingan atau pemikiran rasional, dapat memahami atau menilai sesuatu. Perasan insan di dalam lubuk hatinya yang dalam itulah disebut fitrah insani. Pengetahuan secara fitrah artinya pemahaman dan pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui perasaan lubuk hatinya yang dalam dan tanpa melalui proses belajar, mengkaji dan berpikir.  Misalnya secara fitrah setiap manusia mencintai keindahan, suka perdamaian dan membenci kezaliman. 
       Ketika kita melihat sebuah pemandangan yang indah, atau sekuntum bunga yang semerbak mewangi dengan warnanya yang mempesona, pada saat itu kita merasa tertarik dengannya. Rasa tertarik dan cinta kepada keindahan tersebut timbul dari lubuk hati kita yang dalam. Apakah kita perlu belajar atau berpikir untuk tertarik dan mencintai keindahan tersebut? Jawabnya tentu saja tidak. Karena cinta keindahan merupakan persoalan fitri dan merupakan salah satu dari sekian banyak kecendrungan transendental jiwa manusia.
     Upaya untuk mengenal Tuhan Pencipta alam semesta ini, bukan hanya merupakan perasaan esensial yang ada di dalam hati setiap manusia, lebih dari itu ia merupakan dorongan fitrah yang paling kuat yang bersemayam di dalam relung jiwa setiap insan.   
    Oleh karena itu, umat manusia sejak masa purba hingga sekarang dan juga pada masa akan datang, senantiasa berupaya untuk mengenal dan mengetahui Tuhan Pencipta yang telah mewujudkan diri mereka dan alam semesta ini. Munculnya rasa keberagamaan dan mencari sembahan sejati, sejalan dengan fitrah insani tersebut.
      Setiap orang yang membaca dan mengkaji dengan cermat perjalanan dakwah para utusan Tuhan, dapat memahami dengan baik bahwa dasar risalah mereka adalah memerangi kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala-berhala buta, dan mereka tidak mengedepankan pembuktian wujud Tuhan Pencipta. Mengapa demikian? Jawabnya, karena masalah wujud Tuhan Pencipta telah tertanam di dalam lubuk hati setiap manusia sebagai persoalan fitri. Dengan kata lain, bahwa manusia tidak menuntut pembuktian wujud Tuhan Pencipta untuk ditanamkan pada lubuk hati mereka. Karena persoalan wujud Tuhan Pencipta merupakan hal fitri setiap insan.  Oleh karena itu, para utusan Tuhan tersebut lebih banyak mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk membunuh hama dan belukar yang acapkali membuat kering dan layu pokok keyakinan fitri tersebut, lalu menyiraminya dengan air budi pekerti yang luhur dan terpuji.
     Di samping rasa tertarik dan cinta kepada keindahan, rasa ingin tahu dan cinta kepada pengetahuan pun merupakan persoalan fitri bagi setiap manusia. Rasa ingin tahu inipun merupakan pendorong yang kuat bagi setiap insan untuk mengenal Tuhan Pencipta alam raya ini.
      Apakah seseorang yang menyaksikan sistem yang  menakjubkan di dalam dirinya dan di alam semesta yang luas ini, tetapi ia tidak merasa tertarik untuk mengenal pencipta sistem tersebut?
Akal setiap insan menuntut dan menuntun mereka untuk mengenal dan mengetahui Tuhan Pencipta alam semesta ini. Rasa kasih akan menarik mereka kepada keinginan tersebut  dan fitrah insaniakan mendorong mereka untuk bergerak ke arah-Nya. Dengan jelas, telah di uraikan mengenai berbagai motivasi yang mendorong manusia untuk mengenal Tuhan Pencipta.  Karena kebahagiaan dan perdamaian yang sejati dan hakiki akan terwujud dengan jalan tersebut.
Sekian dan terima kasih semoga bermanfaat
Amin....

Kamis, 08 Februari 2018

Rohani



Di dunia ini manusia dapat menemui banyak macam agama, aliran dan berbagai macam jenis spiritualitas. Itu semua diperkenankan untuk mengada karena Tuhan adalah Tuhan yang Maha Pengasih-Penyayang sekaligus Maha Tahu. Tahu bahwa karakter tiap manusia tidaklah sama. Tahu bahwa kapasitas, kemampuan, bakat, ketertarikan, budaya dan cara mengada tiap-tiap manusia tidaklah sama. Tidak sama bukan karena kecelakaan rohani, tetapi justru adalah karena KehendakNya. Ada yang mau membantah ini? Silakan.
Mengapa perbedaan diciptakanNya?
Tiada lain tiada bukan adalah agar proses penempaan rohani itu dapat berlangsung di atas muka bumi ini. Bila semuanya sama dan hanya karena keterpaksaan, maka jiwa manusia tidak akan dapat tumbuh alami berseri secara sejati apa adanya. Bagai batu-batu alam yang baru ditambang, semuanya hanyalah bongkahan kasar yang berdebu, tetapi karena digosok secara telaten dan lama, berubahlah jadi batu permata yang bernilai tinggi. Begitulah pula manusia, perbedaan diadakan olehNya agar terjadi proses gosok-menggosok yang mendewasakan jiwa manusia. Tidak hanya mendewasakan, tetapi juga mentranmutasi bahan baku itu terangkat menjadi suatu yang secara substansial lebih luhur.
Perbedaan itu terjadi, karena tiap-tiap jiwa diberikan alur perjalanan hidup yang berbeda-beda melalui banyak kehidupan sebelumnya. Jiwa-jiwa yang dulunya tertindas akan cenderung menuntut Keadilan. Jiwa-jiwa yang terkoyak perang dalam kehidupan masa lalunya akan cenderung menjadi anti-perang atau bisa juga salah kedaden sebaliknya muncul nafsu yang besar untuk berperang (membalas dendam). Jiwa-jiwa yang dulunya makmur berkelimpahan, maka impuls utama batinnya lebih cenderung pada ajaran-ajaran yang bersifatkan Kasih dan Memberi.
Semua tumpukan karma masing-masing inilah yang dilihat oleh beberapa cenayang sebagai roh-roh di alam baka yang memanggul beban bekalnya masing-masing. Ada yang membawa bungkusan besar, ada juga yang hanya menenteng kecil. Ada yang terlihat kaya raya, ada yang seperti roh gelandangan.
Ketika mereka kembali turun ke bumi, maka life-quest dan kemampuannya (kapasitasnya) pun berbeda-beda. Ada yang mudah menerima ajaran kebijaksanaan, ada yang tidak mudhengan. Tapi bukan berarti lebih buruk, barangkali jiwa-jiwa yang sederhana itu justru lebih kuat memanggul pelajaran melalui laku-praktek bhavana (meditasi, puasa, tarak, dsb) atau melalui pelayanan2 sosial kepada masyarakat (voluntir, sukarelawan, pekerja sosial, dsb), ada juga yang melalui bhakti kepada negeri / bangsa, dll.
Masing-masing sesuai karakter bawaannya. Karakter jiwanya itu akan menimbulkan rasa cocok atau tidaknya dengan sesuatu. Mereka yang cocoknya di Jnana Yoga (jalur analitikal intelektual) akan merasa cepat bosan dan akhirnya quit bila dipaksa hanya menerima cekokan2 hapalan "pokoknya begini". Tapi sebaliknya mereka yang cocoknya di Bhakti Yoga (jalur pengabdian) maka akan merasa sangat berat untuk diajak berpikir mendalam.
Itu baru dari segi jenis karakternya. Dari segi kapasitasnya juga bisa bermacam-macam.
Mereka yang berkapasitas "small" merasa cukup dengan asal patuh dan menjalankan apa yang sudah diperintahkannya. Tetapi mereka yang berkapasitas "medium" mungkin butuh sesuatu yang lebih besar. Mereka tidak cukup hanya terima perintah dan patuh, tapi menuntut untuk paham mengapa harus melakukan ini dan itu. Sementara mereka dengan kapasitas "Big" tidak cukup hanya berhenti sampai pada tahap paham saja, tetapi juga mendobrak keluar untuk mencari terobosan baru melebihi dari apa yang sudah ada menemukan yang paling inti : satu anak kunci yang dapat membuka semua pintu.
Masih banyak lagi parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk cara memandang perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam spektrum realitas kejiwaan dan budaya manusia di atas muka bumi ini. Tetapi semua itu hanyalah ILUSI. Ya betul, saya katakan ilusi karena perbedaan itu sejatinya bukanlah sesuatu yang nyata. Dirasakan "nyata" hanyalah karena faktor kejatuhan (fallen-ness) manusia ke dalam individualitasnya masing-masing. Bila bisa keluar dari kungkungan individualitas itu, maka perbedaan-perbedaan itu mencair. Apa yang tadinya ia begitu yakin lihat benar2 "ada" disitu, sekarang disadarinya hanyalah sebagai sebuah momen transien (kesementaraan) dari faktor-faktor pengkondisi yang membentuk  ke-ada-an itu.
Untuk menjelaskan di atas, saya beri sebuah alegori kisah sbb:
Seorang Raja mengirim anaknya untuk dibesarkan jauh diluar istana. Suatu ketika menjelang saatnya, maka ia perlu mengundang putranya kembali ke istana. Tetapi karena banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai putranya, maka ia perlu menguji manakalah yang asli putra  terkasihnya.
Oleh karena itu ia mengumumkan pada rakyat bahwa siapa saja yg merasa putra sah hendaknya dapat datang menemuinya di istana. Untuk itu ia menciptakan ilusi-optik di taman istananya. Lalu ia menginstruksikan para pengawalnya untuk mengantar setiap orang yang datang untuk berjalan melewati taman-ilusi itu.
Yang pertama dan kedua datang bersamaan masuk melalui taman itu dan dengan segera melihat adanya dayang-dayang kraton yang cantik-cantik muda imut sedang bermain-main bercanda ria dengan tanktop. Orang yang pertama segera ia tergiur dan berpikir, "Ahh inilah surga yg sebenarnya, ternyata tidak jauh2 amat".  Temannya yang disampingnya tidak tertarik dengan itu, ia meneruskan langkahnya masuk semakin ke dalam taman. Tiba-tiba ia melihat pundi-pundi perak berkilau. Ia terkejut melihat itu dan segera hatinya berbunga2 timbul serakah dengan segera mengumpulkan kepingan2 perak itu untuk dibawa pulang. "Bertemu dengan Raja belum tentu berhasil, lebih baik ambil ini saja sudah cukup".
Orang  yang ketiga datang melewati ilusi dayang dan perak itu, hatinya tetap tak bergeming. Tetapi ketika berjalan lebih ke dalam lagi , ia melihat adanya kepngan2 emas yang menumpuk tinggi. Dengan segera matanya jadi "hijau" dan ia mulai sibuk mengumpulkan itu untuk dibawanya pulang, sembari bergumam,  "Mungkin sang raja hendak mengundang saya hendak memberi ini". ...
Orang yang keempat terhenti ketika dalam perjalanannya di taman-ilusi ditawari sebagai pejabat istana. Ilusi kekuasaan. Orang yang kelima terhenti ketika melihat cahaya pengetahuan  berpendar2 berputar abstrak sedemikian indahnya diiringi musik indah dan gemericik air jernih,...perhentian pengetahuan...perhentian ketenangan... dan seterusnya.
Hingga terakhir giliran putranya sejati yang melewati taman-ilusi itu. Tapi karena kecintaannya yang sejati, maka ia tidak peduli dengan semua "intermediate-gain" (perolehan di-antara) itu, dan terus melaju berjalan untuk menemui ayahandanya di istana. Tiada hal lain yang lebih besar daripada kerinduannya pada Ayahandanya.
Demikianlah pula dunia in adalah Taman Ilusi tersebut. Berbagai agama, aliran dan jenis-jenis spiritual mengajak jalan pulang tetapi perhentiannya tidak sama. Semua memang mengklaim membicarakan "Yang Akhir", tetapi dalam praktek senyatanya tujuan-tujuan intermediate itu seringkali yang menjadi motif utamanya. Itulah yang menyebabkan adanya orang yang tuntas pada masa kehidupan kali ini, tapi jauh lebih banyak yang harus melanjutkan pelajaran di kehidupan selanjutnya manakala telah 'naik-kelas' (kapasitasnya jadi lebih besar).
Rahayu!

Rabu, 07 Februari 2018

SATU ALLOH TIGA AGAMA

Abrahamik sering pula disebut sebagai agama Samawi. Agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno bersama dan yang ditelusuri oleh para pemeluknya kepada Abraham atau Ibrahim (“Bapak/Pemimpin banyak orang” Bahasa Ibrani אַבְרָהָם (“Avraham”) Bahasa Arab ابراهيم (“Ibrahim”), seorang leluhur yang kisah hidupnya diceritakan di dalam Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama, dan sebagai seorang nabi di dalam Al Qur’an dan juga disebut nabi dalam Kitab Kejadian 20:7.

Agama ini merupakan kelompok besar dari agama-agama monoteistik, termasuk Yudaisme, Kristen, Islam, Druze, Ahmadiyah, Bahá’í, Mormonisme dan mungkin termasuk pula Sikh. Agama-agama Abrahamik mewakili lebih dari setengah dari seluruh pemeluk agama di dunia. Namun demikian, banyak dari para pemeluk agama ini yang menolak pengelompokan agama atau kepercayaan mereka seperti ini dengan alasan bahwa agama mereka pada intinya dan dasarnya mengandung gagasan-gagasan yang berbeda atau bahkan berlawanan dengan gagasan-gagasan agama yang lainnya mengenai Abraham dan Tuhan atau Allah.

Menurut tradisi Yahudi, Abraham adalah orang pertama dari masa pasca air bah yang menolak penyembahan berhala melalui analisis yang rasional (Sem dan Eber melanjutkan tradisi dari Nuh), dan karena itu ia secara simbolis muncul sebagai tokoh fundamental untuk agama monoteistik. Dalam pengertian ini, agama Abrahamik dapat disebut secara sederhana sebagai agama monoteistik, tetapi tidak semua agama monoteistik tergolong agama Abrahamik. Dalam Islam ia dianggap sebagai pemeluk monoteis yang pertama di dunia, ketika monoteisme telah lenyap (Abraham adalah nabi yang berada dalam rangkaian nabi-nabi, mulai dari Adam) dan karenanya sering dirujuk sebagai Ibrahim al-Hanif atau Abraham sang Monoteis.

Istilah monoteisme padang pasir kadang-kadang digunakan untuk maksud perbandingan serupa dalam konteks historis, tetapi bukan untuk agama-agama modern, dan sekarang istilah ini dianggap menghina.

Saat ini di dunia diperkirakan ada sekitar 3,7 milyar orang pemeluk agama Abrahamik.

Agama samawi atau disebut juga agama langit, adalah agama yang dipercaya oleh para pengikutnya dibangun berdasarkan wahyu Allah.

Beberapa pendapat menyimpulkan bahwa suatu agama disebut agama Samawi jika:

* Mempunyai definisi Tuhan yang jelas
* Mempunyai penyampai risalah (Nabi/Rasul)
* Mempunyai kumpulan wahyu dari Tuhan yang diwujudkan dalam Kitab Suci

Di dunia ini agama-agama besar yang dianggap agama samawi diantaranya Yahudi, Kristen, Islam. Kebalikan dari agama samawi adalah Agama Ardhi.

Di dalam Torah dan Al Qur’an, Abraham digambarkan sebagai seorang leluhur yang diberkati oleh Allah (orang-orang Yahudi menyebutnya “Bapa kami Abraham”), dan dijanjikan banyak hal yang besar. Orang Yahudi, Kristen, dan Islam menganggapnya sebagai bapak bangsa Israel melalui anaknya Ishak; Orang Muslim juga menganggapnya sebagai bapak bangsa Arab melalui anaknya Ismail. Dalam keyakinan Kristen, Abraham adalah teladan bagi iman, dan niatnya untuk taat kepada Allah dengan mempersembahkan Ishak dipandang sebagai pendahulu atau baying-bayang dari persembahan oleh Allah sendiri atas Anak-Nya, Yesus. Dalam Islam, yang meyakini bahwa Ismail dan bukan Ishak yang dipersembahkan, Ibrahim taat kepada Allah dengan mempersembahkan Ismail dan dianggap sebagai salah satu nabi terpenting yang diutus oleh Allah. Dalam Al-Qur’an, Ibrahim disebutkan bukan penganut Yudaisme dan bukan pula seorang penganut Nasrani, tetapi dia memiliki kepercayaan terhadap Allah yang disebut Millah Ibrahim. Dalam Al-Qur’an, disebutkan Nabi Ibrahim memiliki lembaran-lembaran suci tetapi tidak disebut sebagai Kitab Suci.

Semua agama Abrahamik berkaitan (atau bahkan berasal dari) Yudaisme sebagaimana yang dipraktikkan di kerajaan Israel dan Yehuda kuno sebelum pembuangan ke Babel, pada awal milennium pertama SM. Banyak orang percaya bahwa Yudaisme di Israel kuno pada zaman Alkitab diperbarui pada abad ke-6 SM oleh Ezra dan oleh para imam lainnya yang kembali ke Israel dari pembuangan.

Meskipun menerima orang-orang yang pindah menjadi pemeluknya, Yudaisme tidak menganjurkannya, dan karena itu tidak mempunyai misionaris. Yudaisme menyatakan bahwa orang-orang non-Yahudi dapat hidup benar dengan mengikuti Hukum Nuh, yaitu tujuh perintah universal yang diharapkan diikuti oleh orang-orang non-Yahudi. Dalam konteks ini Rambam (Rabi Moses Maimonides, salah seorang guru Yahudi penting) berkomentar, “Mengutip dari para bijak kita, orang-orang yang benar dari bangsa-bangsa lain mempunyai tempat di dunia yang akan datang, bila mereka telah menemukan apa yang seharusnya mereka pelajari tentang Sang Pencipta.” Karena perintah-perintah yang dapat diterapkan kepada orang-orang Yahudi jauh lebih terinci dan berat daripada hokum-hukum Nuh, para sarjana Yahudi biasanya mengatakan bahwa lebih baik menjadi seorang non-Yahudi yang baik daripada seorang Yahudi yang tidak baik, karenanya mereka tidak menganjurkan perpindahan agama. Yang umumnya terjadi, orang-orang yang berpindah ke Yudaisme adalah mereka yang menikah dengan orang Yahudi; di Amerika Serikat, jumlah orang-orang ini diperkirakan mencapai 10.000-15.000 setiap tahunnya. Lihat pula Perpindahan ke Yudaisme.

Agama Baha’i memberikan tekanan khusus untuk tidak melakukan proselitisme. Malah hal ini dilarang. Orang-orang Baha’i memang menerima orang-orang yang pindah dari latar belakang segala agama dan etnis dan secara aktif mendukung orang-orang yang secara pribadi melakukan penelaahan tentang kepercayaan ini. Umat Baha’i mempunyai “perintis-perintis” dan “guru-guru keliling” khusus yang pindah ke wilayah-wilayah yang komunitas Baha’inya kecil untuk menolong memperkuat dan memperluasnya.. Para pemeluk agama lain sangat dihormati dan dalam banyak hal dipandang sebagai orang-orang yang secara spiritual atau rohani sejajar. Sementara umat Baha’is memandang hukum-hukum dan wahyu Baha’i unik, mereka tidak menghalangi para pemeluk agama lain dalam upaya spiritual mereka. Mereka juga menjadi pemimpin dalam berbagai upaya antar-iman.

Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata : “ Dan saya mohon juga dari keturunanku”. Allah berfirman : “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.(Al Qur’an Surah 2:124)

Sumber : Wikipedia

Kita perlu sadar bahwa ketiga agama Semitik/Samawi menyembah El/Allah yang sama yang disembah Abraham/Ibrahim yang sama pula. Yang membedakan adalah pengajaran/aqidah mengenai Allah yang sama itu berbeda. Agama Yahudi mempercayai Allah Abraham yang memberikan perjanjian melalui Abraham, Ishak dan Yakub (sesuai kitab suci Tenakh/Perjanjian Lama). Agama Kristen mempercayai hal itu namun juga penggenapannya dalam Tuhan Yesus Kristus (Perjanjian Lama & Baru), ini diragukan keotentikannya oleh agama Yahudi. Agama Islam secara implisit beriman pada kitab-kitab Yahudi & Kristen (QS 2:136) namun secara eksplisit meragukan keotentikannya, dan beriman pada Allah Ibrahim namun juga wahyu yang dipercayai diterima oleh Nabi Muhammad. Wahyu ini diragukan keontentikannya oleh agama Yahudi maupun Kristen.

Memang benar bahwa nama ‘Allah’ pada masa jahiliah pernah merosot ditujukan kepada dewa berhala kafir, namun Islam ingin mengembalikan pengertian itu pada ‘Allah’ kaum Hanif yang menganut ajaran Ibrahim. Demikian juga dalam sejarah Yahudi, nama ‘Elohim’ dan ‘Yahweh’ juga pernah merosot ditujukan kepada berhala Anak Lembu (Keluaran 32:1-6 & 1Raja 12:2Cool namun Musa ingin mengembalikan pengertian itu kembali kepada ‘Yahweh, Elohim Israel.’ (Keluaran 32:26-27).

Perlu disadari bahwa bahasa Arab sebagai salah satu dialek Semitik, dan nama Allah dalam bahasa Arab terutama lisan sebelum ada budaya tulis, sudah lama ada sebelum agama Islam hadir, maka sekalipun Islam sekarang menjadi agama mayoritas yang dianut orang Arab, tentu tidak bisa mengklaim bahwa nama itu adalah nama eksklusif milik agama tertentu, padahal nabi Muhammad dalam Al-Quran dan orang Arab sendiri mengakuinya sebagai milik bersama para penganut agama Semitik/Samawi (yang notabena diturunkan dari bahasa Semitik dan Aram itu).

Nama Allah dalam bahasa Arab sudah masuk menjadi kosakata bahasa Indonesia, dan Alkitab bahasa Indonesia sudah menggunakan nama itu seperti saudara/i Kristen di tanah Arab selama 4 abad dan tidak ada masalah selama itu dan andaikan ada konflik antar agama isu nama Allah tidak pernah menjadi penyebab. Karena itu kalau sekarang timbul anggapan bahwa masalah nama sesembahan itu dijadikan isu seakan-akan mengganggu kerukunan beragama, tentu patut disayangkan sebab di Malaysia sendiri sudah tidak dipermasalahkan lagi, bahkan di negara-negara berbahasa Arab sendiri tidak pernah dipersoalkan. Baru ketika kelompok Kristen yang terpengaruh Yudaisme dan yang kurang mengerti sejarah Arab dan bahasanya mempersoalkannya isu ini naik kepermukaan.

Sekalipun berbeda dalam ajaran/aqidah, kesamaan Allah semitik/samawi yang disembah ketiga agama semitik/samawi itu seharusnya bisa menjadi perekat kesatuan bangsa Indonesia yang selama ini berdampingan secara damai. Seharusnya kita sadar bahwa gerakan fanatisme Yudaisme melalui orang-orang tertentu yang mau meresahkan hubungan dengan disatu sisi meremehkan sesembahan tertentu dan disisi lain menyalahkan penganut tertentu, bisa kita hadapi dengan hati-hati dan panjang hati. Dengan demikian kerukunan beragama menjadi nyata dan kesatuan bangsa Indonesia tercapai tanpa kita harus menghilangkan identitas pengajaran/aqidah agama masing-masing.

Sehubungan dengan artikel ‘Satu Allah Tiga Agama’ dan sebagai kelanjutan Diskusi-diskusi sebelumnya mengenai judul ‘Satu Allah’, berikut ada diskusi tentang tanggapan seorang dosen Kimia dari Yogyakarta.

(Tanggapan-1) Bukankah terlalu gegabah jika berkesimpulan bahwa umat Yahudi dan Yesus menggunakan Septuaginta. PL Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi Septuaginta (LXX) di lakukan di Aleksandria suatu kota di Mesir di mana terdapat perkampungan Yahudi yang memang lebih fasih berbahasa Yunani, dan untuk keperluan mereka inilah terjemahan dilakukan (baca Atlas Alkitab). Jelas bahwa Septuaginta bukanlah konsumsi masyarakat Yahudi di Israel pada umumnya. Dugaan bahwa umat Yahudi dan Yesus menggunakan septuaginta disebabkan oleh pandangan bahwa (1) PB Yunani merupakan satu-satunya sumber otentik untuk PB, bahkan (2) percakapan Yesus berlangsung dengan bahasa Yunani; peninggalan Dead Sea Scroll, Coin, Surat Ba-Kobha, Kesaksian Sejahrawan Yosephus membuktikan bahwa pada zaman Yesus bahasa Ibrani merupakan bahasa popular. Tambahan pula Septuaginta sebelum tahun 200-an, nama YHWH tidak diterjemahkan melainkan muncul dalam huruf Paleo-Hebrew. Baru setelahnya YHWH diterjemahkan Kurios. Peristiwa Pentakosta disampaikan oleh rasul Yahudi (Petrus) pastilah dalam bahasa Ibrani, namun terdengar secara ajaib menurut bahasanya masing-masing pendengar!

(Jawab-1) Perlu disadari bahwa bahasa Yunani sudah dibudayakan dengan gencar sejak abad-4 sM ketika Alexander menguasai daerah yang luas di Timur Tengah, dari Yunani di Eropah sampai Mesir dan memasuki India di Timur. Dan setelah Alexander maka wangsa Yunani Ptolomeus di Mesir dan Seleuceus di Syria melanjutkan peng’yunanian’ itu dimana Palestina terjepit di antaranya. Bahasa Yunani sudah menjadi bahasa rakyat bersama bahasa Aram sebagai bahasa ibu selama berabad-abad dan sekalipun sejak abad-1sM Romawi berkuasa, bahasa Yunani tetap menjadi bahasa umum (koine) sampai dilibas bahasa Arab setelah Islam lahir. Sekalipun kita menjunjung tinggi bahasa Ibrani, kita perlu terbuka akan fakta bahwa bahasa Ibrani sudah mati sebagai bahasa percakapan jauh sampai ke masa Ezra dan hanya dijadikan bahasa tulisan kitab suci agama. Perlu disadari bahwa Yesus, Para Rasul dan Sinagoga umumnya menggunakan Septuaginta karena naskah itulah yang komunikatip dan ketika Yesus membaca kitab suci di sinagoga (Luk.4) Ia membaca naskah Septuaginta. 80% kutipan PL dalam PB dikutip dari Septuaginta, sisanya dari fragmen lain. Kalau dalam Alkitab disebut ‘bahasa Ibrani’ itu bahasa aslinya ‘hebraisti’ (lidah Ibrani) atau ‘hebraidi dialekto’ (dialek Ibrani) yang maksudnya bahasa Aram. Yosephus sendiri menulis karyanya ‘Perang Yahudi’ dalam bahasa Aram (hebraisti). Petrus di hari Pentakosta kemungkinan besar berkotbah dalam bahasa campuran Aram dan Yunani karena keduanya dikenal umum kecuali orang-orang asing yang hadir, yang jelas ia tidak berbicara bahasa Ibrani yang saat itu tidak digunakan dalam percakapan dan hanya terdiri dari konsonan itu dan sudah tidak dikenal umum sejak zaman Ezra (Neh.8:9).

Gambar-gambar bukti mengenai Septuaginta yang menulis tetragramaton dalam bahasa Ibrani biasanya dikutip dari literatur Saksi-Saksi Yehuwa (a.l. brosur ‘NAMA ILAHI Yang Akan Kekal Selama-lamanya’ dan ‘Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru’). Kalau kita mengamati dengan teliti, kita dapat melihat bahwa kata ‘tetragramaton’ disitu dicanggokan ke dalam kalimat oleh pemuja nama Yahweh, karena terlihat jelas perbedaan besaran font, kepekatan tinta, gaya tulisan dibandingkan kalimatnya. Perlu diingat bahwa bahasa Yunani ditulis dari kiri ke kanan dan bahasa Ibrani dari kanan ke kiri. Kalau penulis Septuaginta mau menulis tetragramaton, tentunya bukan HeWahHeYod (dengan huruf Ibrani dari kiri ke kanan), melainkan ‘Iaoue’ dengan huruf Yunani. Kata Ibrani Heleluyah (Mzm.111:1) yang masih dipertahankan dalam Septuaginta tidak ditulis ‘AlleluHeYod’ melainkan ‘Alleluea.’

—–

(T-2) Apa maksudnya pernyataan ‘kelompok Pemuja Nama Yahweh memaksakan kehendak’? Fatwa mati jelas melanggar HAM. Cara-cara kelompok”mapan” menanggapi “perubahan-perbedaan” dengan menganggap fanatisme sempit sesungguhnya mirip dengan sikap Gereja Katolik ketika menghadapi Martin Luther dengan sekitar 300 thesisnya yang ditempel-tempelkan di dinding-dinding Gereja sebagai protes ketidak-setujuannya yang kemudian mengganggapnya sebagai anti-christ bagi para Lutheran.

(J-2) ‘Memaksakan Kehendak’ bisa dilihat dari fakta ucapan menghakimi yang biasa keluar dari pemuja nama Yahweh, memaksakan tafsiran sendiri yang masih mentah, memaksa LAI untuk mengganti semua nama ‘Allah’ dan ‘TUHAN’ dari Alkitab, dan ketika ditolak karena kurang kuat dasarnya, menjiplak begitu saja karya LAI dan memaksa mengganti semua kata ‘Allah’ dan ‘TUHAN’ tanpa izin. Soal ‘fatwa mati’ memang tidak dibenarkan namun melihat peristiwanya bisa dimaklumi karena ucapan-ucapan Suradi dalam kaset dan tulisannya memang sarkastis sekali dan memaksakan diri. Umat Kristen tidak keberatan kalau digunakan nama ‘Yahweh’ tetapi jangan dengan memaksa orang lain untuk menggantinya. Adalah terhormat kalau pemuja nama ‘Yahweh’ (yang sering menyatakan diri sebagai ahli bahasa Ibrani dan Yunani) menerjemahkan sendiri naskah Alkitab dari bahasa aslinya daripada memaksa terjemahan orang lain dan mengganti sendiri. Soal Martin Luther, coba belajar lagi, karena jumlah thesis Martin Luther Cuma ‘95′ bukan ‘300.’

—–

(T-3) Ditinjau dari kronologi yang tercatat Alkitab berikut: YHWH disebut namaNya sejak pada zaman Enos (Kej. 4:26), Leluhur bs Israel berkomunikasi dengan Elohim dengan melibatkan nama YHWH. Nuh berkomunikasi dengan YHWH dan mebangun mezbah YHWH (Kej.8:20), dan memuji YHWH (Kej 9:26). Abraham juga berkomunikasi dengan YHWH, dan mendirikan mezbah YHWH (Kej. 12:7) dan kemudian memanggil namaNya (ay8). Abraham bersumpah demi YHWH, Elohim yang Maha Tinggi, Pencipta langit dan bumi (Kej 14:22). Abraham menjawab, “Ya Adonai YHWH, ….” (Kej. 15:2, Cool Yakub bertempur melawan YHWH dan kemudian mendirikan Betel (Kej.28:19-22). Jadi aneh jika Yahweh dianggap sebagai Tuhannya khas orang Israel. Yahweh memang kemudian diakui secara nasional sebagai Nama Tuhan mereka mulai eksodus. (Barangkali justru betul jika Allah itu apa Tuhannya bs Arab?). Sebutan Elohim mendominasi Kej.1, YHWH-Elohim (tepatnya Elohim YHWH) secara bersamaan (20 kali) mendominasi Kej 2 -3; Selanjutnya Kej. 4 – Maleakkhi, nama YHWH (totalnya sekitar 68000 kali) jauh mendominasi ketimbang sebutan El, Elowah, Elohim (total ketiganya kurang dari 3000 kali).

(J-3) Perlu disadari bahwa Kitab Pentateuch ditulis Musa setelah ia diperkenalkan dengan nama ‘Yahweh.’ Bila kita mempelajari sifat-sifat Tuhan ‘El’ dan ‘Yahweh’, sekalipun keduanya memiliki teologi sama, dapat dilihat bahwa ada sifat baru yang ditunjukkan nama ‘Yahweh,’ yaitu sebagai Tuhan yang menyelamatkan/membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir yang dikenal dimasa Keluaran, ini menunjukkan bahwa nama itu baru dikenal bangsa Israel melalui Musa. Tuhan ‘Yahweh’ adalah khas Israel, Tuhan yang dinamis, yang memberikan keteguhan iman bagi Israel dan yang menyatukan mereka menghadapi penindasan perbudakan di Mesir. Tuhan yang menyatakan diri dengan nama baru khas padang gurun ‘Sinai’ itu bisa kita lihat petunjuknya di banyak kitab lain dalam Tenakh yang tidak bergantung satu dengan lainnya (a.l. Hos.2;13:4; Yes.43:3; Yer.2:1 dst; Yeh.20; Am.2:10 dst; 5:25; dan yang juga dinyatakan penyair kuno Israel yang menyanyikan nyanyian kemenangan seperti nyanyian Debora (Hak.5) dan Mzm.68:8 dst.).

Dalam proses penulisan dan penyalinan ada intervensi teologis kaum Yahwis untuk memasukkan nama yang baru dikenal itu dalam sumber kitab Kejadian, dimana kemudian nama ‘Yahweh’ tidak sekedar disebut secara eksklusif sebagai ‘Tuhan Israel’ tetapi diperpanjang sampai ke ayat Kejadian dan disebut bahwa “Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN” (Kej.4:26. Enos artinya manusia) untuk menunjukkan bahwa Yahweh juga Tuhan umat manusia. Bahkan keberadaan nama ‘Yahweh’ itu kemudian dikaitkan dengan “Penciptaan langit dan bumi” (Kej.2:4-7), dan kemudian menghiasi banyak halaman kitab Kejadian.

“Yahwis mempunyai pandangan lain. Menurutnya, Yahweh adalah Allah seluruh umat manusia sejak awal kejadian dunia, dan ‘ibadat kepada Yahweh’ didirikan oleh Enos, sebagai wakil umat manusia pada zaman awal sekali (Kej.4:26). Pandangan yang demikian tidak sesuai dengan kepercayaan bahwa Yahweh baru bertemu dengan israel di padang gurun. Tampaknya, pandangan Yahwis itu merupakan pandangan teologis dan bukan ingatan historis. Pandangan teologis ini sesuai dengan cara pemikirannya, yaitu bahwa penyataan yahweh bersifat universal dan berlaku untuk seluruh dunia.” (Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, h.125).

Petunjuk lain bahwa Tuhan dengan nama ‘Yahweh’ belum dikenal di kitab Kejadian bisa dilihat dari fakta bahwa selama berada di Kanaan, para leluhur dengan Tuhan mereka yang bernama ‘El’ rukun-rukun saja berdampingan dengan ilah-ilah Kanani (Baal), padahal sesudah Keluaran generasi Israel secara tegas dengan pimpinan Tuhan ‘Yahweh’ membumi-hanguskan orang-orang Kanani tanpa ampun. Bahwa Abraham juga belum mengenal nama ‘Yahweh’ bisa dilihat dari fakta bahwa ia memberi nama kepada anaknya dengan nama ‘El’ bukan ‘Yah’, Ismael (El telah melihat. Kej.16:11) mengandung nama ‘El.’ Absennya nama yang mengandung nama ‘Yah’ dalam kitab Kejadian (Abi’yah’, Eli’yah’, Yesa’yah’), tetapi hanya nama-nama yang mengandung nama ‘El’ seperti a.l. Bab ‘El’ (gerbang El), Mehuya’el’ & Metusa’el’ (Kej.4:1Cool, dan Isra’el’ (El yang bergumul. Kej.32:2Cool, menunjukkan bahwa di masa kitab Kejadian kenyataannya hanya dikenal ‘El elohe Yisrael’ (Kej.33:20) dan Ialah ‘El Beth ‘El” (Kej.35:7). Yahweh adalah El yang kasih dan adil, tetapi rupanya fanatisme Yahwis menjadikan mereka militan.

—–

(T-4) Mengapa pengenalan nama Yahweh atau paling tidak Elohim dari Abraham-Hagar-Ismail tidak bisa berlanjut pada bangsa Arab yang bahkan menetapkan “Allah” sebagai ganti nama”ilah” (Tuhan); cukup aneh bs Arab tidak mengenal nama Yahweh.

(J-4) Ujian iman Abraham (yang dirayakan Islam sebagai ‘Idul Adha’) dan bahwa nama ‘Yahweh’ tidak dikenal dalam jalur bangsa Arab keturunan ‘Ismael’ menunjukkan bukti tambahan bahwa memang nama ‘Yahweh’ belum dikenal Abraham, bahkan Hagar menamai Tuhannya ‘El Roi’ (El yang melihat), dan anaknya tidak diberi nama Isma’yah’ oleh Abraham melainkan Isma’el’. Ini memperkuat bukti bahwa nama ‘Yahweh’ belum dikenal pada saat Abraham dan baru sesudah Musa keturunan Ishak-Yakub-lah nama ‘Yahweh’ dikenal dalam jalur bangsa Israel. Kenyataan ini menunjukkan indikasi bahwa nama Tuhan semula adalah ‘El’ (Allah dalam dialek Arab) dan baru dalam masa Keluaran dinyatakan nama kedua ‘Yahweh,’ namun sekalipun demikian nama ‘El’ masih terus digunakan sebagai sinonim Yahweh sesudah Keluaran (Bil.23:4,8,19,22-23;Mzm.85:8-9;Yes.42:5). Demi menguduskan nama Yahweh, Yahweh sering digantikan nama ‘Adonai’ yang bisa berarti ‘Yahweh’, ‘Tuhan’ atau ‘Tuan.’ Yesus diberi dua nama yang mengandung kedua nama itu, yaitu ‘Imanuel’ (El menyertai kita. Mat.1:23) dan ‘Yesus’ (Yahweh adalah keselamatan. Mat.1:21).

—–

(T-5) Mengapa LAI menerjemahkan Hebrew-OT dan Greek-NT lebih mengacu pada pemakaian vocabulary Arab ketimbang Ibrani. Jika memang “Allah” (Arab) itu mempunyai equal meaning dengan Elohim (El, Eloah) kenapa tidak dibiarkan begitu saja yakni tetap Elohim? Rasanya setiap insan yang mengaku muslim di seluruh dunia ini pasti mengenal “Allah”sebagai “Allah” yang tidak akan diterjemahkan.

(J-5) Perlu disadari bahwa penerjemahan Alkitab Indonesia tidak dimulai dari nol melainkan ada proses sejarah dibelakangnya. Sejak zaman Ezra Taurat sudah diterjemahkan dan pada abad-3sM Tenakh diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (Spetuaginta) oleh para utusan imam besar Eliezer di Yerusalem. Tidak ada bukti Allah Bapa melarang penggunaan terjemahan nama’Nya’ bahkan Yesus dan para Rasul menggunakan terjemahan Septuaginta, dan Roh Kudus sendiri membimbing penerjemahan ‘lidah’ para Rasul ke bahasa-bahasa asing termasuk ‘Arab.’ Ketika Cornelius Ruyl (1629) pertama kali menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu dan menggunakan nama’Allah’ tentu ia tidak asal menggunakan nama itu. Sebagai orang Eropah ia sudah paham benar bahwa nama ‘Allah’ sudah digunakan orang-orang Kristen di negara-negara berbahasa Arab jauh sebelum masa Jahiliah/Islam, dan di Indonesia setidaknya Islam sudah empat abad sebelumnya menyebar di Nusantara sekaligus menjadikan bahasa Arab menjadi bahasa lokal termasuk kata Allah, karena itu penerjemahan ‘Theos’ menjadi Allah justru paling tepat dibandingkan misalnya diterjemahkan dengan ‘theos,’ ‘el/elohim/eloah,’ atau ‘god’. Kita juga jangan berpandangan sempit seakan-akan orang Islam hanya menggunakan nama ‘Allah’ sebab dalam terjemahan Al-Quran dalam bahasa Eropah mereka juga menggunakan istilah ‘God,’ ‘Deux’, dll.

Umat Arab beragama Yahudi dan Kristen sudah lama menggunakan nama ‘Allah’ sebelum lahir agama Islam di abad-7. Pada abad-6 ditulis inskripsi Ummul Jimmal oleh orang kristen yang dimulai dengan kalimat ‘Allah gafran’ (Allah mengampuni), dan di tahun 1881, ditemukan inskripsi Zabad (512) yang ditulis penganut Kristen yang dimulai dengan ucapan ‘Bism al-Ilah’ (Dengan nama Allah), bahkan pada saat Konsili Efesus (431) sudah ada uskup Arab Harits yang bernama ‘Abd Allah’ (Hamba Allah). Ini menunjukkan bahwa kata ‘Allah’ dan ‘Bism al-Ilah’ bukan kata-kata Islam tetapi kata-kata bahasa Arab dan sudah digunakan oleh orang Kristen Arab lebih dahulu sebelum Islam lahir, karena itu di Alquran dan Muhammad sendiri menyebut nama ‘Allah’ dipakai bersama oleh orang ‘Yahudi, Nasrani, Kristen, dan Islam’ (QS.2:136;22:40), itulah sebabnya pula di dunia Arab sekarang sebutan Allah oleh orang Kristen dan Islam tidak menjadi masalah. Ulil Absar Abdala dalam seminarnya di LAI menyebut bahwa sekitar 70% isi Al-Quran berasal dari tradisi agama Yahudi dan Kristen (termasuk kitab sucinya).

Gejala purifikasi nama ‘Allah’ adalah gejala baru di kalangan Islam tertentu, namun gejala purifikasi nama ‘Yahweh’ memang sudah lama di kalangan pemuja nama Yahweh dan baru dalam beberapa tahun terakhir ini muncul di Indonesia.
Sekian terimakasih
Semoga bermanfaat

Sembahyang


اَللهُ اَ كْبَرُ
Bacaan Do'a Iftitah

اَللهُ اَكْبَرْكَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ للهِ بُكْرَةً وَاَ صِيْلَ

اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ حَنِيْفًامٌسْلِمًاوَمَ اَنَامِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ

اِنَّ صَلَا تِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَا تِيْ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْ تُ وَاَنَامِنَ 

                                                                                                اْلمُسْلِمِيْنَ
"Allah Maha Besar lagi Sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyirikin. Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin."

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنَ الْخَطَايَا 

             كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
"Ya Allah, jauhkanlah aku daripada kesalahan dan dosa sejauh antara jarak timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala kesalahan dan dosa bagaikan bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku dengan air, dan air salju yang sejuk."

                                                                              بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ, مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ, اِهْدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيْمَ, صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيهِمْ, غَيْرِ المَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ. آمِيْنَ
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam
Yang Pengasih dan Penyayang
Yang menguasai hari kemudian
Pada-Mulah aku mengabdi dan kepada-Mulah aku meminta pertolongan
Tunjukilah kami ke jalan yang lurus
Bagaikan jalan mereka yang telah Engkau beri nikmat
Bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai, atau jalannya orang-orang yang sesat.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ, مَلِكِ النَّاسِ, إِلهِ النَّاسِ, مِنْ شَرِّ الْوَسْواسِ الْخَنَّاسِ, الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ, مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. "Katakanlah (hai Muhammad)! Aku mohon perlindungan pada Tuhannya manusia. Yang menguasai manusia (yang menjadi) Tuhan manusia.

Mohon Perlindungan daripada kejahatan was-was (pengganggu hati) yang menggoda. Ialah hati yang menggoncangkan hati manusia. Baik dari jenis jin dan manusia.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ ٱللهُ أَحَدٌ, ٱللهُ ٱلصَّمَدُ, لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ, وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
"Katakanlah (hai Muhammad)! Allah itu Esa.
Allah tempat meminta.
Tiada Ia beranak dan tiada pula Ia dilahirkan.
Dan tak ada bagi-Nya seorang pun yang menyerupai-Nya."
Dan tak ada bagi-Nya seorang pun yang menyerupai-Nya."
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
"Maha Suci Tuhan Yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya."
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
"Allah mendengar orang yang memuji-Nya."

رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ مِلْءُالسَّمَوَاتِ وَمِلْءُاْلاَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِعْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
"Ya Allah tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang Kau kehendaki sesudah itu."

سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
"Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya."

رَبِّ اغْفِرْلِى وَارْحَمْنِىْ وَاجْبُرْنِىْ وَارْفَعْنِى وَارْزُقْنِىْ وَاهْدِ نِىْ وَعَا فِنِىْ وَاعْفُ عَنِّىْ
"Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekuranganku dan angkatlah derajatku dan berilah rezeki kepadaku, dan berilah aku petunjuk da berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku."

آلتَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُالطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ
"Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah.
Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad).
Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.
Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Ya Allah! Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad.

وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ
"Ya Allah! Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad."

كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيِدِ نَآ إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَّيِدِ نَآ إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِِكْ عَلَى سيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيِّدِ نَا إبْرَاهِيَْمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِ نَاإِبْرَاهِيْمَ فى اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
"Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Di seluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia.

اَلسَّلَا مُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُ

Selasa, 06 Februari 2018

APA ITU SHOLAT

Beberapa kata dan tindakan yang dimulai dengan takbir, diakhiri dengan salam dan dengan demikian kita menyembah Tuhan, sesuai dengan syarat yang telah ditentukan. " 
Definisi doa dari pandangan Ariffbillah adalah "doa adalah hubungan penghubung antara hati dengan Tuhan. Tujuannya untuk MENYATAKANTuhan. " 
Ada tiga kata penting yang perlu diperhatikan: 
1. Hubungan
2. hati
3. Tuhan 
Uraian interpretasi solat dari pandangan Ariffbillah: 
solat itu suatu PERHUBUNGAN. 
Apa yang harus disambung?
Menghubungkan Hati dengan Tuhan. 
Apa yang Anda maksud dengan hati?
Jantungnya adalah Qalbu / Roh. Jadi apa yang harus dihubungkan adalah Roh dengan Tuhannya. 
Siapa yang terhubung?
Tuhan sendiri melalui Roh. Tuhan memanifestasikan diriNya melalui Roh. Roh memanifestasikan dirinya melalui makhluk (manusia). Manusia mengekspresikan diri melalui tubuh. Tubuh menyatakan dirinya melalui sel. Sel menyatakan dirinya melalui nukleus. Inti mengekspresikan dirinya melalui atom dan atom lagi mengungkapkan dirinya kepada Tuhan. (Tujuh Dignity: Mulailah dengan Tuhan dan akhiri dengan Tuhan)
Hubungan itu bisa berarti menonton, bertemu, berkomunikasi atau berinteraksi. Komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah. Apa arti komunikasi jika hanya satu pihak yang berkomunikasi? Apa arti pertemuan jika tidak bertemu? Apa arti interaksi jika hanya satu pihak yang bereaksi? Apakah saksi, jika bukan saksi dan tidak pernah menyaksikan saksi? 
Ketika sampai pada komunikasi, saat berinteraksi, ketika harus bertemu dengan Roh dengan Tuhan, maka Kesaksian akan menjadi nyata. Kesaksian yang realistis berarti bahwa Tuhan itu nyata. Jika Tuhan itu nyata, maka tidak ada apa-apa selain Dia. 
Apa tugas seorang manusia?
Menyembah Tuhan 
Apa itu ibadah
Menghina, menumbangkan dan melenyapkan makhluk itu sehingga tidak tampak seperti apa pun, tidak lain kecuali Tuhan. 
Bagaimana merendahkan diri?
Hapus semua itu makhluk. Saat kematian makhluk itu, maka sifat Tuhan. Bila Tuhan itu nyata, maka berhubunganlah. 
Bagaimana cara menghubungi?
Lakukan sholat. 
Apa itu doa
Sebuah hubungan yang menghubungkan antara hati dan tuhan. Tujuannya adalah untuk menyatakan Tuhan. 
Bagaimana berdoa (dalam hubungan)?
Bunuh diri dari segalanya Hapus semua makhluk. Hapus nama yang diberi nama. Hapus ciri-ciri yang bersifat karakteristik, Hapus tindakan yang berhasil. Hapus zat bergizi. Bila semuanya telah dibuang, kembalikan properti itu kembali ke pemiliknya (Tuhan). Tuhan adalah Nama (Asma ') untuk semua yang diberi nama. Tuhan adalah sifat dari segala sesuatu yang ada di alam. Tuhanlah yang melakukan segala hal (Af'al). Tuhan adalah substansi segala sesuatu yang memiliki substansi. Itulah mengapa ketika sampai pada "haiya alaasolah" kita menjawab "laa hau lawala quwwata illa billah ..." Hubungan 
makna doa syarak dan doa makrifat
Dalam pengertian syarak, ini menggambarkan lebih banyak tentang metode atau metode sholat dari pikiran ke pikiran, sedangkan perasaan ariffbillah lebih terfokus pada hubungan batin dengan pribadi batin, namun keduanya mengarah pada tujuan yang sama yaitu Allah.
Bahwa syariah atau syariah berarti peraturan, undang-undang atau undang-undang. Aturannya adalah untuk manusia yang berada di alam ini. Oleh karena itu penafsiran syariat lebih menyentuh tentang hakikat kemanusiaan. Sesuatu yang tidak terlihat tidak dapat direalisasikan kecuali ada pikiran batin. Hal-hal batin tidak dapat dijelaskan oleh berbagai hal. Hanya pikiran yang bisa menggambarkan masalah batin. Oleh karena itu istilah syari'ah mengandung banyak kias dan perumpamaan yang membutuhkan pengetahuan untuk dipahami. Doa dalam definisi Islam ada sedikit kia. 
Intinya adalah soal zahir (beberapa ucapan dan beberapa tindakan yang dimulai dengan takbir, berakhir dengan salam) bisa bersama dengan hal-hal dalam (menyembah tuhan)?
Hanya masalah batin yang bisa dengan materi batin. Hanya batin pikiran.
Bagaimana Anda tahu orang dalam?
Hal-hal yang terlihat. Hal-hal batin tak terlihat. Bagaimana Anda melihat hal-hal yang tidak Anda lihat? 
Misalnya: 
Dengan kesadaran dan perawatan, coba bayangkan buah manggis matang. Sekarang, ayo kita coba tangan kita dan coba ambil buah manggis imajiner dengan tangan. Bisa kamu Nescaya tidak bisa! Tangan adalah masalah yang mana, mungkin untuk mendapatkan manggis yang hanya ada dalam bayang-bayang atau mantra.
Sekarang, mari kita mencoba menempatkan diri di gelombang Alpha atau Theta (fantasi atau mimpi). Di jerami, cobalah untuk mengambil manggis, lalu kita mengupas kulitnya, kita makan isinya dan kita merasa enak. Jika kita memiliki mimpi atau mimpi, maka kita bisa merasakan bahwa kita benar-benar mengambil, mengupas dan memakan buah manggis. Padahal, rasa manggisnya, seakan rasanya terasa di tenggorokan. 
Contoh ini menyatakan bahwa, dalam hal ini masalah batin dapat dirasakan oleh masalah ini. Hanya batin yang bisa tahu. Buah manggis di jerami atau mimpi hanya bisa dirasakan oleh orang yang sedang trance atau bermimpi. Dimana orang yang sadar bisa menemukan manggis yang ada di hay atau mimpi?
Jika dibawa ke soal solat, definisi ariffbillah (makrifat), lebih mirip dengan materi dalam dan definisi syarak (syariat), lebih mirip dengan masalah. Tapi keduanya menuju tujuan yang sama, yaitu untuk Tuhan! Tapi satu-satunya cara berbeda. 
Ingatlah, meski tujuan jalan Syariah dan jalan kebenarannya sama, namun banyak pengikut syariah dan massa pengikut juga "tragis" di jalan setapak. Mengapa? karena mereka, kurang pengetahuan, hanya penuh dengan informasi!
Bagaimana kita tahu kita tersesat? Kita tahu kita tersesat, saat kita berpikir kita masih belum tahu dan tidak dapat menemukan apa yang kita cari. Kita tahu kita tersesat saat kita berpikir kita tidak pergi ke tempat tujuan. Bila kita masih belum tahu apa yang tulus. Jika kita tidak pernah merasa dan masih mencari tahu apa itu tweaking. Jika kita masih mengakuinya, ini milik saya, itulah yang saya lakukan. Kita tahu kita tersesat saat kita berpikir bahwa kita "mampu" untuk bersyukur kepada Tuhan! 
Jadi, ketika kita tahu bahwa kita telah tersesat di ujung jalan, maka, mari kita kembali ke markas. Kembali ke dasar jalan, kembali ke rumah, dimana perjalanan kita dimulai ...
Bagaimana kita bisa tersesat? Kita tersesat karena kita tidak tahu jalannya. Tidak tahu jalannya karena kita tidak tahu jalannya. Tidak tahu mencari jalan karena kita tidak mengerti sepengetahuan. Sebagian besar dari kita menganggap informasi sebagai pengetahuan. Informasi tidak akan bisa dikenali dan tidak akan mencapai tujuan (Allah). Agar informasi menjadi pengetahuan, kita perlu mengetahui teknologi pengolahan sains. Bila kita memahami ilmu teknologinya, maka kita bisa mengolah informasi menjadi pengetahuan. Ketika sampai pada mengetahui bagaimana mengolah informasi, maka makna atau tujuan dihasilkan. Bila maknanya dihasilkan, maka kita mendapatkannya. Ketika sampai pada pemahaman, baru mengenal jalannya. Bila Anda tahu jalannya, itu tidak hilang sama sekali. Jika Anda tidak tersesat, maka sampai ke tempat tujuan. Jadi mempelajarinya! Carilah pengetahuan bahkan sampai ke China.
Apakah Doa Itu Sasaran? 
Doa bukanlah tujuan. Tujuannya adalah Tuhan, tapi sholatnya adalah COMPULSORY dan tidak mungkin berangkat karena sholat adalah "hubungan" yang harus dilakukan untuk menyatakan Tuhan. Tuhan memanifestasikan dirinya melalui roh dan roh memanifestasikan dirinya melalui mediasi tubuh tubuh manusia. Tubuh tubuh manusia hanyalah refleksi (refleksi) roh dan roh juga berasal dari Tuhan. Jadi jika kita tidak berdoa, bagaimana kita bisa menyatakan Tuhan? Kemudian berdoa. Jangan tinggalkan shalat. Berdoa baik dalam doa atau doa di luar. Berdoalah baik shalat dalam definisi shari'ah atau sholat dalam definisi ariffbillah (makrifat).
Jika Tuhan itu nyata, maka bunuh diri, rendahlah harga diri, hancurkan dirimu sendiri. Yang Tinggi dan Satu-satunya Tuhan. Ini adalah ibadah! Ini adalah doa. Doa yang tidak pernah putus. Inilah Solusi Daim (Hubungan Tak Terputus). Ini adalah doa tak berujung dari fajar, fajar, istirahat ke zohor, zohor, rekonsiliasi, reses, maghrib, rekonsiliasi, dan jam istirahat fajar, namun tidak terbatas!
Hanya dengan keinginan untuk menyatakan Tuhan, kita perlu tahu bagaimana berkomunikasi. Perlu memahami setiap definisi syariah. Perlu diketahui dan paham juga definisi alam dan alam. Itu sebabnya kita membutuhkan banyak guru. Itu sebabnya kami membutuhkan banyak buku. Guru mengenal Tuhan, belum tentu guru agama. Buku untuk mengetahui Tuhan juga bukan buku religius. Guru mengenal Tuhan tidak lantas fasih berbahasa Arab.
Solat secara bahasa (etimologi) bererti doa, manakala dari segi istilah / Syari 'ah (Terminologi), solat adalah ibadat yang terdiri daripada perkataan dan perbuatan tertentu / khusus yang dibuka / dimulai dengan takbir Allahu Akbar (takbiratul ihram) diakhiri / ditutup dengan salam (Assalamualaikum).
Makna Shalawat
SHALAWAT bentuk jamak dari kata salla atau salat yang berarti: doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah.
2. Dalam bahasa mudah, maksud solat itu boleh wujud dalam segala bentuk penyesuaian ayat dan hanya khusus untuk ibadah umat Islam.
3. Kita ambil contoh;
Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)
Shalawat yang jamaknya dari perkataan salla/salat/solat boleh bermaksud memuliakan, meraikan, memartabatkan dan mustahil bermaksud doa sepertimana maksud solat itu sendiri.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat (memuliakan/memartabatkan/memuji) untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah (muliakanlah/martabtkanlah/memujilah) kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)
Jika dalam konteks ayat tersebut, shalawat bermaksud doa, maka mustahil Allah S.W.T mendoakan Nabi S.A.W kerana Allah S.W.T sendirinya adalah tuhan yang esa dan tidak sepatutnya ada doa kepada sesuatu yang lain.
Contoh yang lain;
Sebagaimana firman Allah :
Ø®ُØ°ْ Ù…ِÙ†ْ Ø£َÙ…ْÙˆَالِÙ‡ِÙ…ْ صَدَÙ‚َØ©ً تُØ·َÙ‡ِّرُÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَتُزَÙƒِّيهِÙ… بِÙ‡َا ÙˆَصَÙ„ِّ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ Ø¥ِÙ†َّ صَلاَتَÙƒَ سَÙƒَÙ†ٌ Ù„َّÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَاللّÙ‡ُ سَÙ…ِيعٌ عَÙ„ِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (at-Taubah : 103).[1]
Dalam Firman Allah S.W.T di atas memberikan maksud Solat sebagai doa oleh kerana perintah Allah S.W.T supaya Nabi S.A.W berdoa kepadaNya berkaitan hal orang-orang yang berzakat. Nabi S.A.W adalah hamba dan boleh melakukan perbuatan berdoa kepada Allah S.W.T.
4. Banyak contoh-contoh lain yang boleh disandarkan tentang maksud solat dan bergantung kepada kesesuaian ayat dalam berbahasa.
5. Bagi saya maksud solat adalah solat dan maksud doa adalah doa. 
Solat yang saya fahami adalah 'segala perbuatan yang ditetapkan oleh Allah S.W.T kepada kita menggunakan bahasa Allah S.W.T di dalam Al-Quran, sepertimana aturan atau rukun dalam solat'. Kita tidak boleh menambah atau mengurangi segala aturan semasa melakukan solat (masih ada khilaf berkaitan doa iftitah, doa qunut). Namun perbuatan membaca Al-Fatihah, surah Al-Quran, pujian kepada Allah dalam penukaran rukun solat masih berlandaskan Al-Quran. 
Doa pula adalah perbuatan 'meminta sesuatu' kepada Allah S.W.T atas dasar percaya, yakin dan beriman, makanya diharapkan doa itu termakbul. Kita tidak boleh berdoa kepada selain Allah S.W.T.
Jika ada sebarang pencanggahan pendapat dengan saya, saya raikan sebagai perbezaan pandangan dan tidak perlu didebatkan.
Wallahu Aklam Bissawaf

Senin, 05 Februari 2018

Do'a dan terkabulnya keinginan

    
Salammungalaikum ..... selamat pagi selamat menunaikan rutinitas pagi penuh berkah. Yuuppp... Langsung aja kita bahas apa sih.. Hak manusia terhadap Tuhannya.
“Ketika menciptakan Adam as, Allah swt berfirman, ‘Aku memiliki hak, kamu memiliki hak, dan antara Aku dan kamu ada hak. Adapun yang menjadi hak-Ku adalah engkau menyembah-Ku dan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu pun. Adapun yang menjadi hakmu adalah amalan yang engkau lakukan akan Aku balas dan Aku ampuni karena Aku adalah Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Adapun hak antara Aku dan kamu adalah kamu berhak meminta dan berdoa, sedangkan Aku mengabulkan dan memberi.” (Imam Ahmad bin Hanbal, Kitab al-Zuhd, hal. 79)
Riwayat di atas menunjukkan tiga jenis hak, yakni hak Tuhan terhadap hamba, hak hamba terhadap Tuhan, dan hak antara Tuhan dan hamba.
Pertama, Hak Tuhan terhadap hamba adalah disembah dan tidak dipersekutukan. Hak ini terdapat dalam ayat yang selalu kita ulang-ulang, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan” (Q.S. al-Fatihah : 5). Begitu pula dalam Q.S. al-Anbiya : 25 Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah aku.” Pengesaan dan penyembahan adalah hal yang sangat prinsip di dalam ajaran Islam, sehingga adakalanya kalimat tauhid laa ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah) berarti laa ma’bud illa Allah, tidak ada yang patut disembah kecuali Allah. Bahkan, hal ini merupakan ajaran seluruh agama-agama, “Katakanlah, ‘Hai ahli kitab, marilah kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah, dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu apa pun…” (Q.S. Ali Imran: 64).
Karena itulah, penyembahan adalah tujuan penciptaan manusia sebagaimana disebutkan Alquran, “Dan tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku” (Q.S. al-Dzariyat: 56). Karena merupakan tujuan penciptan, maka tentu saja penyembahan itu merupakan suatu hal yang selaras dengan fitrah manusia. Maksudnya, penyembahan merupakan satu-satunya jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan meraih kesempurnaan insani. Karena itu, Penyembahan kepada selain Allah adalah pelanggaran atas fitrah manusia, kehinaan, serta merupakan dosa dan kezaliman yang besar.
Kedua, Hak hamba terhadap Tuhan adalah mendapatkan ganjaran dan pegampunan.Tentu saja, istilah hak di sini tidak bisa disamakan dengan poin pertama. Sebab, tentu saja istilah “hak” di sini tidak bisa dilawankan dengan kewajiban syar’i, yag berarti Tuhan “berdosa” jika tidak melaksanakannya. Tetapi hal ini lebih pada prinsip keadilan, yang mana Allah swt dengan keadilan-Nya akan memberikan ganjaran kepada  siapa yang beramal saleh dan menghukum siapa yang berbuat maksiat.
Begitu pula, secara hakiki kita tak memiliki hak di hadapan Tuhan. Sebab pada dasarnya ibadah yang diperintahkan Allah swt tak lain merupakan sarana untuk menyempurnakan manusia. Secara fitrah setiap manusia menginginkan kesempurnaan bagi dirinya, dan mengejar kesempurnaan itu sesuai dengan potensi dan kemampuannya masing-masing. Dalam Islam, kesempurnaan manusia terletak pada kedekatanya di sisi Allah swt, yakni ketakwaan, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa”. Untuk meraih itu tentu harus dengan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya. Di sinilah, Allah dengan keadilan dan kebijaksanaan-Nya mengirim para Nabi untuk mengajarkan kepada manusia cara beribadah dan melaksanakan hukum-hukum ilahi. Jadi, peribadatan dan hukum-hukum agama adalah pertologan ilahi kepada manusia untuk mengantarkan manusia pada kesempurnaannya secara benar. Lalu, layakkah kita menuntut lagi balasan atas ibadah-ibadah kita, padahal seluruh ibadah itu semuanya adalah bantuan Tuhan kepada kita?
Ketiga, hak antara Tuhan dan hambaadalah doa dan pegabulannya.Hak jenis ketiga ini adalah hak timbal balik. Manusia berdoa, Tuhan mengabulkan. Namun, adakalanya manusia kecewa karena menganggap doanya tidak dikabulkan Tuhan. Apakah ini berarti Tuhan ingkar janji? Tentu tidak! Mustahil Tuhan mengingkari janji yang dibuat-Nya. Tetapi yag terjadilah adalah, setiap pengabulan doa memiliki syarat dan ketentuan atau prosedurnya sendiri. Seseorang bertanya kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib, bukankah  Allah berfirman ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Q.S. al-Mukmin: 60), lalu mengapa ketika kami berdoa, tetapi tidak dikabulkan? Sayidina Ali menjawab, “Sebab hati kamu keliru dalam delapan hal: (1). Engkau mengenal Allah, tetapi tidak memenuhi hak-Nya; (2). Engkau beriman kepada Rasul-Nya, tetapi menentang sunnahnya; (3). Engkau membaca kitab-Nya, tetapi tidak beramal dengannya; (4). Engkau takut kepada neraka, tetapi selalu berbuat dosa yang mendekatkanmu kepadanya; (5). Engkau ingin masuk surga, tetapi banyak berbuat maksiat yang menjauhkanmu darinya; (6). Engkau makan rezeki-Nya, tetapi tidak mensyukurinya; (7). Engkau menyatakan memusuhi setan, tetapi menjadi temannya; (8). Engkau melihat kesalahan orang lain, dan melupakan dosamu sendiri. Maka bagaimana mungkin Allah mengabulkan doamu, sementara engkau sendiri menutup pintu pegabulannya. Karenanya, berkatakwalah kepada Allah dan tingkatkan amal ibadah, sucikan niat dan laksanakan amar ma’ruf nahi munkar, barulah Allah mengabulkan doa-doa kita.
Jadi, kalau mau doa kita dikabulkan, perhatikanlah kedelapan hal tersbut.
Sekian dan terima kasih

Hilafah

Anda kenal Sistem Khilafah?
Mulai dari mereka yang benar-benar melakukan gerakan nyata mewujudkannya seperti DI/TII, JI, NII, Hizbut Tahrir atau yang secara tidak langsung mendukungnya seperti FPI, FUI, MUI dan PKS.

Bagi mereka, hukum Islam yang datang dari Allah dan ditegakkan dalam negara Khilafah adalah superior diatas semua hukum manusia. Jadi bila Indonesia menerapkan sistem khilafah, pasti semua permasalahan di negeri ini akan teratasi. Detilnya bagaimana? tidak jelas..

Sudahlah, saya tidak membahas lebih lanjut tentang detil negara khilafah dan bagaimana bisa diterapkan di Indonesia. Saya akan menuliskan bagaimana Negara Khilafah dalam catatan sejarah dunia.

Khilafah di Masa Rasulullah

Negara Islam secara efektif berdiri setelah Nabi berhijrah dan membentuk pemerintahan di kota Madinah.

Bagaimana struktur pemerintahannya?

Nabi tinggal di samping masjid, salah satu kegiatan rutin beliau adalah memberi pengajian di masjid dengan audience-nya adalah jamaah muslim yang ada. Bila ada masalah kenegaraan, Nabi dan para sahabat membahasnya ditempat itu juga dengan audience yang sama. Nabi menerima laporan dan memberikan perintah negara di masjid beliau.

Menjadi kepala negara sepertinya adalah pekerjaan sambilan Nabi. Nabi tidak memusatkan perhatiannya untuk membangun institusi kenegaraan yang mengurus negara. Tidak ada pos-pos kementrian, tidak ada organisasi militer, tidak ada tentara dan aparat yang digaji negara.

Pengurusan negara dilakukan seperti sebuah kepanitiaan. Jika ada suatu proyek negara, misalnya perang, pengumpulan zakat dan lain-lain, nabi menunjuk seorang sahabat untuk memimpinnya, sedangkan sahabat yang lain akan membantunya dalam struktur yang lepas. Semuanya dilakukan secara sukarela, tidak ada gaji, tetapi bila ada keuntungan (misalnya pampasan perang) mereka akan mendapat bagiannya.

Pusat pemerintahan adalah Nabi, beliau memegang kekuasaan eksekutif, yudikatif dan legislatif. Jika Nabi telah memutuskan, maka “sami’na wa ato’na” – dengarkan dan laksanakan. Tidak ada lembaga kontrol. Jika Nabi salah, Allah sendiri yang akan menegur melalui wahyunya atau malaikat. Kontrol dari Allah.

Sebelum mengambil keputusan, beliau kadang meminta pendapat para sahabat. Akan tetapi keputusan terakhir mutlak ditangan Nabi, beliau tidak terikat dengan masukan dari sahabat. Bisa jadi keputusan Nabi berbeda dengan masukan sahabat, tetapi setelah nabi menetapkan, wajib bagi umat Islam untuk taat kepada keputusan Nabi.

Pemerintahan yang berpusat pada Nabi ini kacau saat Nabi wafat. Terjadi kebingungan, kepanikan diantara para sahabat. Nabi tidak pernah menentukan siapa penggantinya, dengan cara bagaimana penggantinya dipilih dan apa saja wewenang penggantinya.

Akibat kebingungan ini, jenazah nabi baru dikuburkan tiga hari setelah Nabi wafat.

Suatu ironi, mengingat semasa hidupnya Nabi selalu memerintahkan penguburan sesegera mungkin umatnya yang meninggal.

Khilafah di Masa Khulafaur Rasyidin (631M – 661M)

Khalifah pertama setelah Nabi adalah Abu Bakar, beliau dipilih dari hasil musyawarah para sahabat.

Suksesi pertama ini adalah terobosan besar umat Islam dalam berpolitik yang belum ada contohnya di berbagai kebudayaan lainnya. Ketika dunia masih memilih seorang Raja/Kaisar karena ia adalah anak dari Raja/Kaisar sebelumnya, umat Islam memilih pemimpin karena kualitas dan kapasitas pribadi pemimpin tersebut.

Prinsip suksesi ini terulang dalam periode Khulafaur Rasyidin ini, walau dengan metode yang berbeda-beda. Berikut ini daftar Khalifah dalam periode ini beserta metode pemilihannya:

Abu Bakar, dipilih dalam musyawarah para sahabat.Umar Bin Khatab, ditunjuk Abu Bakar sebelum beliau meninggal.Usman Bin Affan, dipilih oleh tim formatur yang dibentuk Umar.Ali bin Abi Thalib, dipilih dalam musyawarah para sahabat.

Dalam organisasi pemerintahan, para sahabat mulai membangun struktur pemerintah secara profesional. Mulai dibentuk tentara profesional dan aparat negara yang digaji negara, dibentuk semacam kementrian untuk lebih fokus mengurusi kepentingan negara.

Dalam pengambilan keputusan, mereka meniru apa yang dijalankan Nabi yaitu pemusatan semua kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif ditangan pemimpin tertinggi, yaitu Khalifah.

Tidak ada lembaga kontrol. Jika Khalifah dianggap salah, para sahabat senior akan menegur Khalifah, akan tetapi hal itu tidak mengikat Khalifah. Kekuasaan Khalifah adalah mutlak.

Perbedaan pendapat akan selalu ada di sistem manapun. Dan dimana tidak ada mekanisme kontrol untuk kepala negara, perbedaan pendapat bisa menjadi suatu hal yang berbahaya.

Dari 4 orang Khalifah, 3 orang meninggal dibunuh oleh lawan politiknya. Hanya Abu Bakar yang meninggal wajar. Suatu sistem yang berbahaya atau bisa dikatakan kacau, dimana 75% kepala negaranya dibunuh karena konflik kepentingan.

Pada akhir masa Khulafaur Rasyidin, Negara Islam telah menjelma menjadi imperium raksasa, menelan imperium Romawi dan Persia yang ada sebelumnya.

Kekuatan militer menjadi unsur penentu untuk penguasaan wilayah yang luas tersebut.

Muawiyah yang secara de-facto menguasai sebagian besar militer negara dan berseberangan secara politik dengan Ali, mengambil kesempatan saat Ali tewas dibunuh.

Ia mengangkat diri menjadi Khalifah. Ia mengakhiri tradisi suksesi pada periode Khulafaur Rasyidin, yaitu pemimpin dipilih berdasarkan kapasitas pribadinya.

Ia memulai periode dimana jabatan Khalifah direbut oleh kekuatan militer dan diwariskan secara turun-menurun.

Khilafah di Masa Dinasti Keluarga (661 M – 1924 M)

Pada periode ini negara Islam berkembang pesat dalam penguasaan wilayah dan penguasaan ilmu dan teknologi. Dari banyak wilayah barunya, Islam banyak menyerap banyak pengetahuan yang ada di sana. Tradisi intelektual Yunani, teknologi dan birokrasi Persia dan Romawi diserap dan dikembangkan lebih lanjut dalam bendera Islam.

Dalam masa ini berbagai macam ilmu berkembang pesat. Kemakmuran meningkat. Islam tumbuh menjadi superpower dunia, pusat peradaban dunia. Banyak kitab-kitab hukum, ilmu pengetahuan, kedokteran dan filsafat disusun dan menjadi rujukan utama sepanjang masa bagi umat Islam.

Wilayah Khilafah Islam pada tahun 1683

Dalam sistem pemerintahan, Islam mengadopsi sistem yang terbukti stabil, yaitu sistem kerajaan.

Khalifah adalah Raja/Kaisar versi Islam, ia menjadi Khalifah karena mewarisi jabatan ini dari ayahnya yang Khalifah. Para bangsawan ditempatkan dalam posisi-posisi strategis untuk melanggengkan kepentingan keluarga.

Dalam pemerintahan, Khalifah adalah memegang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Ia mungkin mengangkat beberapa ulama terkemuka sebagai penasehatnya, akan tetapi kekuasaan mutlak ada di tangan Khalifah, is tidak bisa dikontrol oleh apapun.

Dalam sejarah tercatat beberapa Dinasti berkuasa. Ceritanya sama, para pendiri dinasti adalah tokoh kuat yang merebut kekuasaan dari penguasa sebelumnya dan kemudian mewariskan kekuasaan itu ke keturunannya.

Berakhirnya Era Para  Raja, Berakhirnya Khilafah Islam

Api pengetahuan filsafat dan pengetahuan yang dinyalakan Islam, pada saatnya sampai pula di dataran Eropa. Renaissance timbul di Eropa, Eropa yang Kristen mengejar ketertinggalan mereka dari dunia Islam. Berbagai ilmu berkembang pesat.

Armada kapal perang Khilafah Islam saat Perang Dunia I

Salah satu hal penting yang bangkit di Eropa adalah kesadaran bahwa tidak ada hak istimewa kaum bangsawan dalam menguasai negara, bahwa dengan pendidikan, semua orang bisa mempunyai kapasitas yang diperlukan untuk memimpin. Bahwa negara berdiri berdiri untuk mewakili kepentingan warganya dan bukan hanya kepentingan raja dan kelompok bangsawan.

Negara bangsa muncul, revolusi Perancis memulai disingkirkannya hak-hak istimewa Raja dan bangsawan. Berbagai negara bangsa muncul menggantikan kerajaan.

Kerajaan yang tertinggal mulai membatasi hak-hak Raja dengan beralih menjadi Monarki-Konstitusional.

Kekhalifahan Ottoman adalah satu dari segelintir imperium yang bertahan dengan Monarki–Absolut, dimana kekuasaan Raja/Khalifah adalah absolut. Khilafah Islam adalah salah satu benteng terakhir era negara para Raja.

Perang Dunia I mengoyak Eropa, menghancurkan dan menuliskan ulang batas-batas negara.

Perang ini begitu hebat, belum ada skalanya dalam sejarah. 40 juta orang mati, 4 imperium yang mempunyai akar hingga perang salib terhapus: Kekhalifahan Ottoman (Islam), Kekaisaran Jerman (Kristen), Tsar Rusia (Kristen), dan Imperium Austro-Hongarian (Kristen). Belasan negara bangsa baru muncul di bekas imperium tersebut. Tak ada lagi Monarki-Absolut di Eropa yang ada yang tersisa adalah Monarki-Konstitusional.

Khalifah terakhir saat meninggalkan Istana

Benang Merah Sistem Khilafah

Dari tiga era Khilafah Islam ada benang merah yang bisa ditarik sebagai berikut:

Khalifah adalah Muslim dan memerintah berdasarkan hukum yang ditafsirkan dari Qur’an & Hadits. Penafsiran dilakukan oleh ulama yang dianggap menguasai ilmu agama. Kondisi dan aspirasi rakyat dianggap dapat diwakilkan dengan pertimbangan ulama.Warga non muslim diakomodasi dalam negara, akan tetapi tidak mempunyai hak untuk dipilih sebagai pimpinan lembaga yang strategis.Khalifah memegang kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.Khalifah berkuasa seumur hidup dan tidak ada lembaga yang bisa menurunkan Khalifah ditengah masa jabatannya.Tidak ada manusia atau lembaga yang bisa mengontrol Khalifah. Khalifah mungkin membentuk lembaga penasehat atau meminta masukan ulama, akan tetapi keputusan terakhir ada ditangan Khalifah. Diantara para Khalifah, hanya Nabi yang mempunyai kontrol, yaitu Allah yang bisa menegur dan memerintahakan Nabi untuk memperbaiki kesalahannya.Pendapat atau kepentingan rakyat dan siapapun tidak penting, karena sifatnya adalah masukan dan tidak mengikat Khalifah. Rakyat hanya boleh berharap kemurahan hati sang Khalifah.

         Jadi
Apakah layak mengganti sistem demokrasi di Indonesia dengan sistem otoriter yang bernama Khilafah? Anda pilih sendiri jawabannya
Terimakasih wasalam.....

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...