Minggu, 03 Juni 2018

Spiritualitas_vs_supranatural


Spiritualitas berasal dari kata ‘spirit’ yang berarti jiwa. Spiritualitas adalah pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna, tujuan dan moralitas.
Sebuah pencarian personal untuk menjadi berarti, transenden, menyadari keseluruhan jiwa, mencari tujuan, dan memahami spirit sebagai yang menghidupkan esensi pada hidup.
Suatu prinsip hidup seseorang untuk menemukan makna dan tujuan hidup serta hubungan dan rasa keterikatan dengan sesuatu yang misteri, maha tinggi, Tuhan, atau sesuatu yang universal.
Dimensi dan hasil dari spiritual adalah :
adalah sebagai berikut :
Dimensi transenden
Orang spiritual memiliki kepercayaan/belief berdasarkan eksperensial bahwa ada dimensi transenden dalam hidup. Kepercayaan/belief disini dapat berupa perspektif tradisional/agama mengenai Tuhan sampai perspektif psikologis bahwa dimensi transenden adalah eksistensi alamiah dari kesadaran diri dari wilayah ketidaksadaran atau greater self. Orang spiritual memiliki pengalaman transenden atau dalam istilah Maslow “peak experience”. Individu melihat apa yang dilihat tidak hanya apa yang terlihat secara kasat mata, tetapi juga dunia yang tidak dapat terlihat.
Dimensi Makna dan Tujuan hidup.
Orang spiritual akan memiliki makna hidup dan tujuan hidup yang timbul dari keyakinan bahwa hidup itu penuh makna dan orang akan memiliki eksistensi jika memiliki tujuan hidup. Secara aktual, makna dan tujuan hidup setiap orang berbeda‐beda atau bervariasi, tetapi secara umum mereka mampu mengisi “exixtential vacuum” dengan authentic sense bahwa hidup itu penuh makna dan tujuan.
Dimensi Misi Hidup.
Orang spiritual merasa bahwa dirinya harus bertanggung jawab terhadap hidup. Orang spiritual termotivasi oleh metamotivasi, yang berarti mereka dapat memecah misi hidupnya dalam target-target konkrit dan tergerak untuk memenuhi misi tersebut.
Dimensi Kesucian Hidup.
Orang spiritual percaya bahwa hidup diinfus oleh kesucian dan sering mengalami perasaan khidmad, takzim, dan kagum meskipun dalam setting nonreligius. Dia tidak melakukan dikotomi dalam hidup (suci dan sekuler; akhirat dan duniawi), tetapi percaya bahwa seluruh kehidupannya adalah akhirat dan bahwa kesucian adalah sebuah keharusan. Orang spiritual dapat sacralize atau religionize dalam seluruh kehidupannya.
Dimensi nilai-nilai material/material values.
Orang spiritual dapat mengapresiasi material good seperti uang dan kedudukan, tetapi tidak melihat kepuasan tertinggi terletak pada uang atau jabatan dan tidak mengunakan uang dan jabatan untuk menggantikan kebutuhan spiritual. Orang spiritual tidak akan menemukan kepuasan dalam materi tetapi kepuasan diperoleh dari spiritual.
Dimensi Altruisme.
Orang spiritual memahami bahwa semua orang bersaudara dan tersentuh oleh penderitaan orang lain. Dia memiliki perasaan/sense kuat mengenai keadilan sosial dan komitmen terhadap cinta dan perilaku altrusitik.
Dimensi Idealisme.
Orang spiritual adalah orang yang visioner, memiliki komitmen untuk membuat dunia menjadi lebih baik lagi. Mereka berkomitmen pada idealisme yang tinggi dan mengaktualisasikan potensinya untuk seluruh aspek kehidupan.
Dimensi Kesadaran Akan Adanya Penderitaan.
Orang spiritual benar‐benar menyadari adanya penderitaan dan kematian. Kesadaran ini membuat dirinya serius terhadap kehidupan karena penderitaan dianggap sebagai ujian. Meskipun demikian, kesadaran ini meningkatkan kegembiraan, apresiasi dan penilaian individu terhadap hidup.
Hasil dari spiritualitas
Spiritualitas yang dimiliki oleh seseorang akan mewarnai kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan berdampak pada hubungan individu dengan dirinya sendiri, orang lain, alam, kehidupan dan apapun yang menurut individu akan membawa pada Ultimate.
Rangkuman 9 aspek dimensi diatas dpt disingkat dlm 4 (empat) aspek sebagaimana berikut:
1. Merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna. Hal ini mencakup rasa memiliki misi dalam hidup.
2. Memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini mencakup kesadaran bahwa nilai-nilai spiritual menawarkan kepuasan yang lebih besar dibandingkan nilai-nilai material, serta spiritualitas memiliki hubungan integral dengan seseorang, diri sendiri, dan semua orang.
3. Menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan. Hal ini mencakup kesadaran akan musibah dalam kehidupan dan tersentuh oleh penderitaan orang lain.
4. Meyakini bahwa berhubungan dengan dimensi transendensi adalah menguntungkan. Hal ini mencakup perasaan bahwa segala hal dalam hidup adalah suci.
Demikian uraian yg dapat diterangkan, utk memahami dan sbg wawasan kita, itulah kenapa kita patut bersyukur atas warisan budaya Nusantara dalam kearifan lokal termuat intisari pengalaman spiritual tsb.
Sedang pengertian paranormal atau praktek perdukunan bukanlah spiritual itu sendiri, melainkan predikat yg muncul dr kemampuan rekadaya yg bersumber dr spiritualitas td, dia hanyalah mns yg berorientasi kpd praktek supranatural...karena dalam spiritual meskipun dapat terhubung ke alam gaib...tp esensinya bukanlah ego diri melainkan menuju kpd kesadaran kesemestaan.. Sedang supranatural atau perdukunan pasti selalu terhubung melalui media gaib... Ini jg yg banyak salah diartikan oleh para indigo ataupun praktek paranormal dan perdukunan, misal sebutan sbg guru spiritual yg senyatanya sbg paranormal dll... Bahkan ketidakpahaman (kesadaran) ditutupi dgn delusi dan halusinasi, hingga mimpi pun bisa diartikan sbg kasunyatan... Walaupun sebuah mimpi dpt menjadi sasmita, tp banyak yg tercipta dr bawah sadar karena kondisi psikologi mns..dan itu bukanlah sasmita apalagi kasunyatan...
Karena sejatinya spiritualitas itu lepas dari sangkar jiwa dan memerdekakan diri pada kesadaran diri dan Semesta, lepas dari sekat tembok dan dinding2 perbedaan dalam dualitas, spiritualitas tdk membentuk struktur organisasi dan bendera2 agama, dia mengarungi kemahaluasan dalam kesendirian yang damai dan bahagia...karena bait Allah atau Altar dan kiblat yg menuju kepada Gusti Pangeran adalah dlm kedalaman jiwa manusia itu sendiri, terlepas dari propaganda serta batasan ruang dan waktu....itulah hakikat spiritualitas yg sejati...
Semoga semakin tercerahkan...
Rahayu..
Rahayu...
Rahayu...
  

Tobat

LULUHNYA DINDING BATU PEMISAH

Ketika dalam penyelidikan fenomena dharma
kita dalam keterbukaan hati menemukan kesalahan-kesalahan diri kita sendiri
melihat betapa kejinya kita menempatkan prasangka pada orang yang kita benci
Maka tiada hal lain yang lebih indah
daripada dimampukanNya untuk  dengan kerendahan hati mengakui kesalahan-kesalahan diri sendiri dengan telanjang  dihadapan Tuhan.
Suatu penyesalan sejati pasti diikuti oleh pertobatan,
yaitu suatu komitmen otomatis tanpa keinginan
untuk berusaha dengan segenap kemampuan untuk menjaga diri tidak mengulangi kesalahan2 itu lagi.
Apalagi manakala kita dimampukan untuk  melihat orang yang kita curigai itu
dalam segala kewajarannya yang polos
dan  kerapuhannya dihadapanNya
tanpa sadar hati terdalam menjadi lembab karena isak penyesalan
tangis kedosaan kita
berbisik mendoakan demi keselamatannya
maka dari Langit yang tiba-tiba terbuka
Tuhan mencurahkan Air Kehidupan yang menghapus kemarau hati berkepanjangan yang tandus gersang.
Momen langka yang menjadi tonggak penjuru kehidupan ini
Untuk memahami bahwa tanpa Welas Asih maka tiada secuilpun kebahagiaan yg dapat dirasakan , baik untuk orang lain maupun dirimu sendiri.
Sebaliknya, bila dengan welas asih, maka sekalipun awalnya penuh perjuangan isak tangis, namun pada akhirnya selalu membawa keindahan yang lembut bagi semuanya.
Rahayu!

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...