Sabtu, 03 Maret 2018

PMI atau BMI

  Selamat siang netis jumpa lagi sama  Bakul getuk. Kali Bakul getuk mencoba mengulas sebutan Buruh Migran Indonesia (BMI) dan Pekerja Migran Indonesia (PMI), menurutmu lebih bermartabat yang mana?"

Pada dasarnya pengertian kata Buruh, Pekerja dan Karyawan menurut KBBI adalah sama, yaitu orang-orang yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada pemberi kerja (pengusaha atau majikan).

Tetapi sampai dengan hari ini untuk masyarakat Indonesia masih menganggap sebutan 'buruh' berkonotasi negatif dan identik sebagai sebutan untuk pekerja rendahan, kasar dan sebagainya. Maka untuk buruh yang bergaji atau bepangkat lebih tinggi, yang cenderung dianggap lebih menggunakan kemampuan otak dibandingkan otot dalam melakukan kerja, masyarakat lebih suka membedakannya dengan menggunakan sebutan "pekerja dan karyawan".

Sedangkan untuk di lingkup dunia Internasional sendiri, sebenarnya yang lebih populer justru sebutan 'buruh', bukan pekerja atau karyawan. Hal ini bisa ditengarai dari nama-nama partai politik. Contohnya saja di Australia ada Partai Buruh (tapi tidak ada Partai Karyawan), demikian juga untuk Organisasi Buruh se-Dunia yang berada dalam naungan PBB, namanya ILO (International Labour Organization) bukan IWO (International Worker Organization).

Menilik sejarah penggunaan kata buruh untuk di Indonesia telah dikenal dan mulai sering digunakan pada masa Orde Lama yaitu pada tahun proklamasi kemerdekaan hingga sekitar tahun 1967-an. Namun ketika pergantian rezim, dari Orde Lama ke Orde Baru, penggunaan kata buruh mulai berusaha dihilangkan karena dianggap berbau paham ke kiri-kirian dan lebih cenderung bermakna progressive. Sebagai gantinya pemerintahan Orde Baru mulai lebih mempopulerkan kata karyawan dan pekerja. Bahkan Serikat Buruh Indonesia yang berdiri pada masa orde lama, di masa Orde Baru harus ikut berganti nama menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.

Selanjutnya setelah rezim Order Baru digantikan rezim Orde Reformasi, kata 'buruh' mulai muncul dan digunakan kembali seperti halnya kata pekerja dan karyawan. Hal ini bisa ditandai dengan munculnya serikat pekerja yang bernama SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia) dan SARBUMUSI (Sarikat Buruh Muslimin Indonesia).

Bahkan dalam Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003 pasal 1 ayat 3 istilah 'buruh' pun ada dan disebutkan: "Pekerja/Buruh adalah Setiap Orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain". Dari sini bisa kita simpulkan jika sebutan 'buruh' sudah tidak lagi menjadi istilah yang tabu untuk digunakan baik oleh masyarakat umum maupun pemerintah.

Tentang asal muasal sebutan BMI, bisa jadi sebagaimana lika-liku penggunaan kata 'buruh' di Indonesia dari orde lama ke orde baru kemudian sampai ke orde reformasi yang terus berganti-ganti seiring keinginan dan kenyamanan kolektif masyarakat. Mungkin begitu pulalah munculnya sebutan Buruh Migran Indonesia (BMI), yang dipopulerkan oleh para pekerja migran Indonesia di kawasan Asia, untuk menggantikan sebutan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tercatat sebagai istilah yang dipopulerkan di jaman Orde Baru.

Bermacam sebutan untuk orang Indonesia yang bekerja di luar negeri dari TKI, TKW, Nakerwan, PRTA, Sahabat Perantau, BMI, dan lain-lain sampai dengan sebutan terbaru PMI yang mulai digulirkan oleh salah satu media lokal berbahasa Indonesia di Hongkong. Apapun sebutan yang muncul dan berasal dari pihak manapun yang menggulirkannya, baik yang bisa diterima, kurang disukai ataupun ditolak secara kolektif, saya yakin kemunculan sebutan itu sendiri pasti diiringi akan harapan besar pada penggunaan istilah/sebutan baru tersebut agar bisa membawa perbaikan dan kebaikan untuk kepentingan bersama. Meski mirisnya di Indonesia sendiri, sebutan-sebutan atau istilah-istilah tersebut di atas belum familiar sama sekali, apalagi sampai bisa mengalahkan harga mati untuk sebutan TKW yang identik dengan konotasi negatif 'Babu di Luar Negeri'.

Dalam opini saya ini, saya tidak berminat untuk memperdebatkan bermacam sebutan yang ada atau istilah yang baru digulirkan. Karena kalau ingin membahas lebih jauh dan mendalam mengenai istilah dan penggunaannya tentunya harus ada seminar atau lokakarya khusus dengan menghadirkan nara sumber ahli bahasa.

Kembali kepada ketertarikan saya pada pertanyaan yang saya sebutkan di awal tulisan, tentang sebutan apa yang lebih bermartabat (baca; menjunjung harga diri dan rasa kemanusian) bagi saya dan teman-teman saya di luar negeri. Menurut saya pribadi pertanyaan ini tidak penting untuk dijawab, sebab apalah arti sebuah sebutan yang disematkan kalau pada kenyataannya orang-orang yang mendapatkan sebutan tersebut tetap berada pada kondisi yang sama.

Pergantian sebutan atau istilah apapun untuk warga negara Indonesia yang sedang mencari nafkah di luar negeri jika tidak dibarengi dengan pergantian sudut pandang, sikap dan cara perlakuan pada umumnya sama saja dengan omdo. Artinya, untuk apa membuat sebutan baru dan meributkannya atau sengaja memancing opini, jika sebutan atau istilah baru itu sendiri hanya dimaksudkan untuk membedakan/ menggantikan sebutan yang sudah ada atau agar dianggap lebih kekinian dari orang lain.

Jika kita mau jujur berdasarkan fakta yang ada, sebutan atau istilah pahlawan devisa dari pemerintah sekalipun, sama sekali bukan jaminan untuk adanya bentuk perlakuan yang lebih baik atau lebih bermartabat bagi para buruh /pekerja migran.

Bahkan perlakuan buruk yang dialami oleh para pekerja Indonesia tidak jarang terjadi karena orang-orang Indonesia sendiri yang tidak bisa atau tidak mau memperlakukan para buruh/pekerja migran dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kasus yang terjadi pada proses pra keberangkatan di PJTKI, di negeri penempatan hingga di bandara kepulangan.

Jadi apa pentingnya memikirkan dan mempertanyakan sebutan atau istilah yang lebih bermartabat untuk orang-orang yang sedang mencari nafkah di luar negeri? Jika sebutan itu masih akan terus berganti seiring bergulirnya waktu. Toh pada akhirnya sikap dan cara memperlakuan jauh lebih penting dari sekedar sebutan. Bahkan sebutan 'babu' sekalipun menurut saya masih bisa diterima dengan lapang dada oleh kami jika pada prakteknya dibarengi dengan sikap menghargai serta perlakuan yang baik sebagai manifestasi pemikiran bahwa 'babu juga manusia'.

PERTANYAAN ANAK NAKAL

Sayang bila tidak dicatat. Dan sayang hilang begitu saja tidak dicatat

Sebagai spiritualis pencari hakikat dari berbagai macam ajaran dan aliran spiritualitas, maka saya rasa ini adalah daftar pertanyaan2 yang umum ditanyakan dan menjadi "soal" yang cukup 'membandel' untuk dapat dijawab tuntas tanpa membingungkan (pros & cons).
1. Mengapa seolah2 Tuhan / spiritualitas menghendaki manusia bisa terbebaskan dari keinginan2 terutama yg berhubungan dengan sex, ambisi, dsb?
Apakah itu faktuil?
Lantas mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan semua impuls natural  itu?
2. Ada atau tiadakah Tuhan?
Mengapa ada spiritualitas Theis dan spiritualitas non-theistic bahkan yg saya istilahkan 'systematic-atheistic' spirituality?
3. Lantas, apakah core dari spirituality?
Ada berapa core? Apakah single core, dual core, quad core atau 7 core (kayak prosesor aje :D  ) ?
------------------------------------------------
Jawaban singkat dari ketiga pertanyaan itu adalah ini :
1.  Itu adalah perspektif ilusi akibat memandang Spiritualitas dari sudut perspektif  dunia bawah sini (unapt-ness of lower-world perspective to truly understand Spiritual World)...dimana segala sesuatunya menjadi binary.
2. Itu adalah pertanyaan ilusi dengan jawaban delusional yang membawa manusia di dunia-bawah ini menjadi neurotik.
3. Berkebalikan dengan ranting dan cabang di dunia-bawah ini yang mana semakin banyak semakin baik, maka 'the-flip-over' di dimensi Spiritual World maka semakin sedikit semakin powerful. Base-nya adalah nothingness (emptiness). Why?
Because ALL is beyond ONE.
Satu adalah tunggulnya tempat cabang dan ranting-ranting bertumbuh.
Intermediary hub single bus architecture of all means penghubung antara Lower-world dengan Upper-world. The Vav ( | )
--------------------------------------------------
Saya tahu, tentu saja jawaban2 singkat diatas membuat pada umumnya pembaca mengerenyitkan dahi (kalau tidak sampai kedip2 merem melek sambil garuk2 gak gatal).
Memang sulit menjelaskan secara tuntas jelas sesuatu yang masih terlampau jauh beyond reach saat ini. Akan tetapi, untuk menghantar pemahaman, saya rasa perlu disampaikan raison-d'etre-nya sebagai pedoman pemahaman global untuk menerangi peta secara keseluruhan. Dan untuk itu, ketiga pertanyaan diatas harus dijawab dalam kesatuan. Begini :
Manusia akan tidak mampu memahami sesuatu yang tak terpahami tanpa meminjam sebuah kosa-kata. Dan kosa-kata itu adalah "Tuhan".
Jadi, sebagai sebuah alat-komunikasional bahasa, tolong jangan dianggap sebagai 'itu' nya. Seperti kata "jeruk" bukanlah jeruknya.
So.....................
Mengatakan adanya Tuhan atau tiadanya Tuhan adalah contextually-relative.
Dan pada akhirnya, manusia harus merambah (exploring) semua medan The Pathless-path itu untuk memahami. Dan ketika telah tembus pemahaman, maka runtuhlah dengan sendirinya pertanyaan musykil itu. Karena antara yang tak terhingga dan ketiadaan lebur jadi satu "thusness".
Jadi, intinya...untuk menciptakan "Manusia" melalui koridor keterpecahan ruang-waktu, maka segala probabilitas harus exhaustive dipahami oleh Anak Manusia, barulah proses itu selesai. Sementara pemahaman-exhaustive terhadap yang tak-terhingga adalah musykil dapat dipahami oleh yang-terbatasi, maka disinilah letak crux persoalannya...yg disebut "hijab" atau "tirai pembatas antara ruangan suci dengan ruangan yang Maha-Suci". Secara sederhananya, kedua ruang itu sebut saja dengan nama "ruangan keterkondisian" (conditioned-dimension) dan "ruangan diluar-keterkondisian  (non-conditional dimension)".
Penalaran sederhana dari penjelasan di atas adalah antara sumber cahaya lampu dan berkas cahayanya. Atau terangnya area yang tampak pada permukaan dinding. Yang otomatis menimbulkan konsekwensi bagian2 bayangan. Nah, bayangan itulah ego!
Secara perumpamaan, maka dapat dianalogikan, bahwa bagian-bagian gelap itulah yang menjadi pembatas lokalisir apa yang telah terterangi (dus, apa yg belum). Otomatis , pembatas itulah yang menjadi pemandu agar seluruh dinding dapat secara sequential diterangi seluruhnya (ingat : keterjatuhan dalam dimensi ruang-waktu).
Dinding itu adalah Realitas kemenduniaan kita, atau realitas-ini (this-ness).
Bayang-bayang (shadow) itu adalah ego, atau dikenal juga dengan nama Setan.
Sumber Cahaya (yang tak terlihat) itu adalah Tuhan.
Berkas sinarnya adalah daya manifestasi-Nya (daya tajjali), atau disebut Nur.
Tekstur dinding pada dasarnya adalah ketidakmerataan intensitas cahaya yg terpantul akibat perbedaan 'permukaan dinding' itu.
Jadi untuk mengenali tekstur dari realitas dinding (kemenduniaan kita) itu maka cahaya yang sampai mengada pada diri kita haruslah mampu 'melihat' bagaimana gerak-gerik ego (tekstur realitas) itu bekerja dalam dinamikanya. Dan hal itu secara praktikal hanya akan terlihat bila ada gejolak keinginan (chanda), kegiuran (piti) dan kehausan (tanha).
Tekstur gerak-gerik keinginan itu baru terlihat bila kita detached atau melihat dari jarak kejauhan. Dengan kata lain, sikap detached itu adalah semacam "screen" untuk memisahkan antara "keakuan" dan "yang melihat keakuan". Itulah mengapa pada tahap-tahap awal latihan spiritual maka detachment (ketidak-melekatan) dipersyaratkan.
Tapi yang jelas, tekstur keinginan itu muncul dari bagian yang gelap untuk menerima pencahayaan. Itulah disebut Will-to-receive (keinginan untuk menerima untuk 'aku' sendiri). Inilah yang harus ditransformasi menjadi ruangan terang. Manakala sudah menjadi terang, maka barulah akan memantulkan cahaya. Simbolisme arketipe bulan. Pencahaya di malam hari. Terang di kegelapan under-world kita ini.
Itulah yang sering dipuja-puji oleh kita manusia di bumi ini sebagai 'orang-orang suci' atau para tzaddik / sadikin. 
Dari sini kita akan bisa melihat bahwa persoalannya BUKANLAH karena nafsu keinginan itu dibenci Tuhan. Atau dengan kata lain, juga BUKANLAH karena nafsu keinginan itu kotor. Karena keinginan itu sendiri adalah berasal dari sang Cahaya itu sendiri. Artinya, tanpa keinginan artinya sama dengan tanpa cahaya. Tanpa keinginan anda tidak akan mendapat Cahaya. Istilahnya : jadi kayu lapuk.  Cuman yg jadi soal harus ditanyakan adalah : keinginan yang macam bagaimana yang bagaimana?? (dan di era ini, sudah terbolak-balik parah) --> https://www.youtube.com/watch?v=oQ9EgCLTQKA
Atau,......mau jadi kayu lapuk yang bercita2 nafsu tanpa batas setelah kehidupan ini??
Uhh, Total Oblivion.
Ingat! notion "kotor" atau "gelap" TERPAKSA SAJA digunakan sebagai pengantar komunikasional untuk memahami mekanisme kesunyataan ini.
Dengan kata lain, maka yang menjadi persoalan bukanlah keinginan itu sendiri, tetapi neuroticism EGO yang menjadikan keinginan itu egoistik (semu). The fear of the darkness.
Jadi, membayangkannya begini saja :
Ada ruang bumi yang semua penghuninya terpengaruh oleh gaya gravitasi. Kalau jatuh sakit. Lompat makin tinggi juga resiko jatuh makin parah / sakit. Orang dibatasi untuk tidak loncat2 sembarangan membahayakan dirinya dan sesamanya.  Itulah ruangan terkondisi. Maka harus belajar memahami nafsu2. Tetapi manakala sudah mampu keluar dari medan gravitasi bumi , itulah sampai pada ruangan tak terkondisi. Anda mau lompat2 jungkir balik tak masalah lagi.
Dengan kata lain, persoalan2 yang menjadi sentral kritik dari ajaran2 spiritual seperti seputar masalah sex, sebetulnya bukanlah sex-nya yang perlu dipermasalahkan. Tetapi SIKAP / MINDSET kegelapan kita dalam memahami sexualitas. Antara 'ada' dan 'tiada' itu pun adalah konsekwensi akibat kegelapan kita sendiri (yang maka harus diproses). Diproses kemana?
Diproses dari gelap menjadi terang agar seluruh permukaan realitas dapat memantulkan cahaya...TANPA perlu menghancurkan dindingnya (misal : realitas sexualitas , keinginan dst itu sendiri). Dus, pertanyaan 1,2,3 terjawab sudah.
Ini adalah UNIFIED understanding of All untuk mengantar All to BEYOND.
.... yang menjadi musibah di dunia kita era ini adalah :
Manakala bulan hendak menjadi sumber cahaya, dan / karena mataharinya ternyata adalah Black Star.
menurut Torah tuhan itu ada.. tp faktanya adalah mereka yg dasar kitabnya torah pun sampai skrng berantem atas nama tuhan..
Ingat dan perhatikan adanya Tuhan menurut Torah teaching itu TIDAK SAMA dengan yg dimaksudkan oleh 2 kubu yg selalu berantem itu. Disitulah masalah ini hendak saya angkat (kalau anda paham TS).
"Ada" nya menurut 2 adiknya itu adalah setara dengan grammar adanya gunung, adanya kursi, meja, dst. Bahkan dijadikan manifes sbg manusia. Jews doesn't fall in that mistake.
Cabang ilmu yg khusus mempelajari status Ada disebut Ontologi, yg merupakan sub dari study Filsafat.
Saya coba berikan gambaran sekilas.
Semisal soal status *ada* nya pak Harto. Orang boleh bertanya pada anda, "pak Harto itu ada atau tiada?". Anda polos menjawab *ada*, dia membantah, "kalau gitu bawalah dia ke hadapanku". Anda tertegun dan berkilah, "Dia tidak ada disini". Nah, tadi mengatakan ada sekarang tiada. Mulai kacau, kan? Dari sini saja sudah bisa disimak bahwa ada 2 status *ada* yg berbeda, *Ada* nya anda berbeda dengan *ada*nya dia. Belum lagi bila ada orang ketiga yg mengatakan, "pak Harto tiada, karena dia telah mati". Nah, disini muncul makna *ada* yg ketiga. Timbul pettanyaan : apakah pernah ada dapat layak disebut ada, atau tiada?
Ingat, ini masih baru pada tataran fisik biasa, belum pada status *ada* pada non-fisik (misal : energi) atau bahkan yg sama sekali non-entity (misal : *ada*nya demokrasi)...dst dst. Itulah maka ada cabang ilmu Ontologi yg mempelajari kerumitan status *ada* sesuatu yg berfluktuasi secara relatif dalam ruang-waktu dan konteks epistemologinya (cabang ilmu filsafat yg mempelajari batasan apa kita tahu dan bagaimana kita menjadi tahu).
Nah,....*ada*nya Tuhan itu diluar ruang-waktu!
Easier said then to be done. Kalau ngakunya paham tetapi senyatanya meributkan Nama yg ada dalam konstrain ruang-waktu??.....rubbish, kan?
Tapi Judaism tidak jatuh pada error itu. Mereka mengatakan bahwa nama Tuhan adalah YHVH...Ehyeh asher Ehyeh..."I SHALL be what I shall BE" (Aku akan mengAda apa yang Kuingin mengAda)..cek : Keluaran 3:14. Itulah Nama yg tak boleh disebut....karena bukan Nama biasa yg bisa/boleh disepadankan dengan nama2 benda.  Status ontologia ADAnya Tuhan jelas tidak sama dengan status kemeng*ada*an nama2 benda2 atau konsep2 duniawilainnya  yg
partikular (bersifat khusus, boleh ditelunjukin ini itu)! Paham?
Inilah mengapa ilmu Ketuhanan disebut Sacred Knowledge. Sacred / sakral bukan karena dipuja2 disakralkan, tetapi karena tidak biasa-biasa alias "set-apart" [from ordinary meaning], perlu dedikasi utk memahami....semua makna yg diambil dari kata Latin "sarcare". Dan makna lain dari 'sarcare' adalah annointed / yang-diurapi. Maknanya itu! Maka disarankan dipanggil dengan kata ganti LORD (Tuan / Tuhan) atau HaShem (sang Nama) kalau hendak diucapkan. Nyebut2 apalagi dlm obrolan informal pakai term "Yahwe" itu tanda orang tidak mengerti, dan..... telah menghujat Tuhan.
Apalagi sebut nama Sakral sambil bakar rumah orang.
Meneriakkan nama "Sang Segalanya" unuk membenci segalanya yang bukan dari egonya. (Ego = setan. Sudah pernah diterangkan).
Cuman satu kata : HEBATTTtT !
Rahayu!

Kamis, 01 Maret 2018

⛱ PANTAI - PANTAI INDAH KEBUMEN


Pantai masih menjadi salah satu tempat favorit untuk menghabiskan liburan. Suasana tenang dan aroma laut yang khas tentu akan membawa nuansa liburan yang berbeda dari biasanya.  Indonesia memiliki banyak pantai yang indah dan sangat layak untuk dikunjungi, mengingat negara kita memang memiliki garis pantai yang sangat panjang. Tak harus selalu ke Bali atau Lombok untuk menikmati wisata pantai ini, bahkan Anda bisa menikmati wisata pantai yang indah di kawasan Kota Kebumen.

Di sana, Anda akan disuguhi banyak pantai yang indah dan masih alami, mengingat kunjungan wisatawan ke lokasi tersebut memang tidak seramai lokasi populer lainnya di Indonesia. Kondisi ini akan menjadi keuntungan tersendiri, terutama yang memang ingin bersantai dan jauh dari keramaian pengunjung wisata lainnya. Atur waktu liburan secepatnya, agar bisa menikmati pantai-pantai indah yang ada di Kebumen.

Simak 10 pantai di Kebumen yang bisa Anda jadikan sebagai destinasi liburan berikutnya:

1. Pantai Watu Bale


Memiliki perbukitan yang hijau di sekitarnya, pantai Watu Bale memang sangat layak untuk dijadikan sebagai destinasi wisata. Kesan alami dari pepohonan di sekitar bukit, membuat pantai ini menjadi lebih menarik dan terasa lebih nyaman. Di pantai ini, Anda juga bisa menemukan banyak spot untuk berfoto, lengkap dengan dukungan pihak pengelola yang secara profesional akan membantu untuk mengabadikan momen terbaik liburan. Suasananya yang indah dan tenang, akan membuat liburan menjadi lebih berkesan.

2. Pantai Suwuk

Berada di desa Suwuk, kecamatan Puring, pantai ini terbilang cukup mudah untuk dicapai. Hampir sama dengan pantai lainnya yang ada di Kebumen, pantai Suwuk juga dihiasi dengan keindahan perbukitan yang menjulang tinggi di sekitarnya. Kondisi pantai ini terbilang cukup ramai sepanjang minggu, sebab lokasinya menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kebumen. Beragam kuliner pantai dapat dinikmati di sekitar pantai Suwuk, tentunya dengan olahan dan bumbu khas Kebumen yang lezat.

3. Pantai Karang Agung

 

Anda harus menyiapkan energi yang cukup besar untuk mendatangi pantai yang satu ini, mengingat akses menuju ke pantai Karang Agung masih harus ditempuh dengan jalan setapak yang mungil dan menuruni perbukitan. Namun kelelahan akan terbayarkan, sebab pantai ini menyuguhkan pemandangan yang indah. Di pantai Karang Agung, Anda bisa menikmati laut dengan keindahan karang yang menjulang tinggi di tengahnya.

Pantai ini memang berbeda dari pantai lainnya, sebab di sini area pantai dipenuhi oleh bebatuan karang dalam berbagai ukuran. Namun kondisi pantai cukup teduh, sebab ada banyak pepohonan di sekitarnya. Jika ingin wisata pantai yang menantang, maka Karang Agung bisa dijadikan pertimbangan.

4. Pantai Petanahan


Pasirnya yang lembut dan bersih, menjadikan pantai ini terasa nyaman saat dikunjungi. Anda bisa menikmati sore atau pagi yang menyenangkan di sini, sebab pantai Petanahan sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat bermain pasir atau sekedar berjemur. Di pantai ini, pihak pengelola sudah menyediakan fasilitas yang cukup lengkap dan akan membuat liburan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

5. Pantai Menganti


Pasirnya yang putih dan area perbukitan yang indah di sekitarnya, akan melengkapi keindahan pantai yang satu ini. Pantai Menganti menjadi pilihan banyak wisatawan yang ingin menikmati keindahan laut dengan perbukitan yang hijau dan menawan. Bukan hanya itu saja, Anda juga akan disuguhi sunsetyang indah dari lokasi ini.

Pantai Menganti telah dikelola dengan baik dan memiliki sejumlah fasilitas yang cukup memadai, tersedia makanan serta hal lainnya yang dibutuhkan selama berlibur. Kehidupan nelayan setempat juga menjadi hal yang menarik untuk dilihat, Anda juga bisa mengambil banyak foto indah dari lokasi pantai ini.

6. Pantai Laguna Puring 

 

Pantai tak hanya menawarkan air laut semata, di tempat ini Anda bisa menikmati air tawar yang berasal dari aliran sungai di sekitarnya. Pantai yang juga memiliki hamparan rumput hijau di sekitarnya ini memang sangat unik dan indah, sehingga sangat wajib mengunjunginya saat berada di Kebumen. Aliran sungai di sekitar pantai akan terlihat jelas saat kondisi pantai sedang surut. Sungai ini akan membentuk laguna yang indah dengan hamparan rumput hijau kekuningan di bagian tengahnya.

7. Pantai Wedi Putih

Pasirnya yang putih dengan karang-karang yang besar, menjadi daya tarik tersendiri pantai ini. Pantai Wedi Putih berada di sekitar lokasi Pantai Karang Agung, dan  bisa mencapainya dengan menuruni jalan setapak di perbukitan yang indah. Di sini tersedia keindahan karang-karang yang menjulang tinggi, atau bisa juga untuk sekedar berendam di antara bebatuan besar ini. Suasana di pantai ini sangat tenang, sehingga cocok bagi yang ingin menghabiskan waktu dengan bersantai.

8. Pantai Lampon

Berada dekat dengan kota Kebumen, pantai ini sangat tepat untuk dijadikan sebagai destinasi wisata. Di pantai ini, Anda bisa menikmati banyak spot berfoto dan juga beragam kuliner khas pantai yang lezat. Pantai Lampon terbilang cukup populer dan banyak dikunjungi sepanjang minggu, mengingat lokasinya memang cukup mudah untuk diakses.

9. Pantai Pecaron


Masih berada di sekitar kecamatan Ayah, pantai Pecaron juga sangat layak untuk dikunjungi. Pantai ini memiliki pemandangan perbukitan yang indah nan hijau, sehingga bisa memberikan nuansa tenang dan nyaman. Di sini, Anda bisa menikmati liburan yang nyaman dan santai dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Nikmati Liburan Pantai yang Baru

Kebumen memiliki banyak destinasi liburan pantai yang unik dan menarik, sehingga sangat layak untuk Anda kunjungi. Jika selama ini Anda hanya mengunjungi pantai yang itu-itu saja, maka sudah waktunya menyusun jadwal liburan ke kota yang satu ini. Keindahan pantai, kuliner dan keunikan kota Kebumen tentu menjadi hal yang menantang untuk didatangi.

Rabu, 28 Februari 2018

Ketahanan Nasional

AKETAHANAN NASIONAL BIDANG BUDAYA

Dahulu sempat saya pertanyakan kepada leluhur saya, mengapa para beliau lebih meminta agar saya menjadi pejuang bagi "Budaya dan Peradaban Bangsa". Bukannya berkarier di pemerintahan atau militer, sekalipun bekal intelektualnya cukup.
Setelah sekian lama, baru saya pahami. Ternyata perjuangan bidang Budaya dan Peradaban Bangsa jauh lebih kompleks adanya. Karena sesungguhnya budaya dan peradaban asli Nusantara adalah pondasi pokok peri kehidupan kebangsaan itu sendiri.
Tekanan terbesar justru bukan pada pemerintahan atau militer, tetapi pada peradaban bangsa yang dirongrong sepanjang masa oleh pihak lain yang hendak menjajah negeri ini. Berbagai cara dilakukan, mulai dari yang halus hingga yang kasar. Agar budaya asli Nusantara lenyap digantikan peradaban milik bangsa lain yang hendak menjajah.
Bila saja upaya mereka berhasil, jelas bangsa Nusantara akan kehilangan jatidiri. Dan tak segan lagi mereka akan merusak dan meracuni orang kita agar merobohkan sendi pemerintahan dan militer agar bisa mereka kendalikan guna sebesar-besarnya keuntungan sang penjajah.
Maka diperlukan kesadaran yang tinggi dari kita semua, untuk menjaga adat dan tradisi sebagai jantung budaya dan peradaban bangsa. Ancaman tidak selalu tampak nyata, bahkan mereka sedemikian halusnya menyamar disekeliling kita guna berhasil menjalankan strategi busuknya menjajah peradaban kita.
Ada yang beralatkan pendidikan, ekonomi, kerjasama, agama, perkawinan lintas etnis dan banyak lagi lainnya. Ketika kita mampu teguh menghadapinya, mungkin jalan terakhir yang mereka tempuh adalah mengajak perang agar bisa merebut semua sumber daya kita.
Disadari atau tidak, dalam perjalanan perjuangan saya dibidang ketahanan budaya dan peradaban bangsa telah bertemu dengan banyak orang maupun tokoh tangguh. Mungkin ada anda didalamnya.
Diluaran sana juga saya temui "para pecundang" yang seakan berjuang demi kebudayaan, tapi pada kenyataannya malah menjadi preman dan pengkhianat budaya demi harta dan keuntungan golongannya.
Sesungguhnya semua itu akan mendewasakan kita dalam suatu seleksi alam yang maha dahsyat adanya. Siapa yang telah ditetapkan sebagai pemimpin, prajurit, pejuang atau bahkan pecundang. Tuhan dan leluhur kita akan memberikan ujian itu "dengan segera", agar semesta tahu dimana sesungguhnya derajatmu berada.
Jaya - Jaya - Wijayanti
Jember, 28 Februari 2017
Oleh
Deddy Endarto 

Senin, 26 Februari 2018

Gabriel, atau jibril dan mikail

AMIKAIL TUNJUKKANLAH KAMI JALAN YANG Lurus 

Corrupt, rakus, miltan, mentalitas jagal, & satu lagi...siap ditumbalkan", itu narasi yg pas utk golongan yg merupakan bagian mayoritas tapi otaknya dibawah kendali doktrin ayat, pembesar & pemukanya. Maaf...ini persis dg arti metafora DAJAL, manusia yg cuman punya satu mata...artinya manusia dg mindset satu pandangan. Lha apa iya mmg manusia-manusia spt itu yg disebut antek" dajal...
Klo semakin bisa sadar dg kasunyatan episode jaman skrg, terus terang rasanya ngeri....ibarat mega mendung hitam kelam yg menyeramkan. Entahlah...rasanya serem liat kasunyatannya sekarang. Hanya kita belum melihat, maka berpesta di atas tumpukan mayat.
Itulah Bhairava Dance alias tarian Mahakala. Dengan anggur ilusinya yg memabokkan.
Mereka yg intelijensia cukup tinggi atau cukup sensitif akan merasakan sebagai bipolar syndrome. Padahal itu sebetulnya momen Spiritual Emergence. Maka jangan heran bila di dunia jenis "penyakit" ini mewabah di generasi muda khususnya akil balik. They just sensing something terribly wrong. But can't articulate it.
Dan Mara sudah menyiapkan wahana utk menjegal jiwa2 indigo / crystal yg strive to breakthru itu tp tidak cukup beruntung itu dengan narkoba atau materialis hednism atau sebaliknya pemberontakan kinda satanism. Dan putra putri setan siap segera membuat hidup anda sangat menderita karena telah berani mencoba coba keluar dari genggaman tuannya.
Maka itu dikatakan (ditekankan) banyak2lah mengakumulasikan karma kebajikan (supaya fuel-mu tidak habis di padang gersang di tengah malam in the land of no-where) dan memurnikan batin / motive (Purification practice). Tanpa itu 99.99% jatuh.
Maybe you were one of them.
Memang demikianlah kasunyatannya ...dari gejala rasa yg ada menjelaskan dimana bnyk jiwa terhanyut dlm pusaran kelam ini...klo dirasakan, orang jawa bilang "cuman bisa ngelus dada" sambil narik nafas panjang
Sementara kalian yg terlalu dibutakan oleh kata2 dalam buku tanpa mampu melihat esensi yg dimaksudkan.
Cobalah renungkan : bagaimana mungkin membuat karma baik bila tidak mengikuti petunjuk praktis spt dalam 10 Perintah Allah, atau Torah pd keseluruhannya???
Mungkinkah?......
Tolong baca Daniel 12:1 (disampaikan oleh Gabriel / Jibril)
"Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.
Tahu mengapa dikatakan akan muncul Michael? Melambangkan power apa malaikat Michael?
Yes, loving kindness dan compassion. KEMURAHAN HATI dan WELAS ASIH (hati-hati : yang BUKAN konsep. Yang non-imitasi).  Sisi kanan dari....??
Jadi, dimanakah Tuhan? 
Itulah pentingnya mengembangkan aspirasi semoga semua mahluk berbahagia (sayap kanan), Pondasi utama dari spiritual practice disamping Self-purification practice (sayap kiri).
Sayap kanan dan sayap  kiri harus harmonis sinergis seimbang. Lek swiwine sengkleh apa ya bisa terbang lurus?
Tiap hari ndonga "Tunjukkanlah jalan yang lurus" tapi tidak pada paham. Mungser ae makan tulah Kalamunyeng.
Karena hatinya tidak lurus.
Itulah gunanya self purification practice di tahap awal2. Supaya hati bengkoknya sembuh dulu. Baru bisa ngerti makna kitab dgn benar. Baru bisa pener ikuti petunjuk selanjutnya.
Dan tidak akan ada purifikasi kecuali purifikasi yang ditujukan agar mampu mengasihi semua mahluk.
Masih jadi manusia kasar tapi nafsu suci ketinggian , akibatnya fatal. Sama aja minta setan jadiin pemimpin hati.
Rahayu!ul »


PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...