Sabtu, 07 April 2018

KALAU ANDA MENGERTI, TIDAK AKAN TERBELENGGU

https://account.ratakan.com/signup/GZlbZV5D0

Agama juga bahasa dan realitas itu berlapis-lapis (layered) memiliki tatanan (order) nya masing-masing untuk tiap layer. Seperti misalnya order pada layer sosial akan berbeda dengan order pada tataran individu, beda pula dengan order pada tataran sel...dst hingga atom dan pertikel sub-atomik. Itu baru dimensi fisik (materi).
Yang ada di dimensi Baqa (supra-mundane, adi-duniawi, alam Ketuhanan) bukanlah seperti yang kita kenali dalam fenomena dan benda-benda yang ada di alam Fana (mundane, duniawi) ini. Maka untuk mengkomunikasikan pengertian tentang hal-hal yang Baqa memerlukan pointers dengan apa yang telah kita kenali dari apa yang berasal dari dunia ini. Tetapi anda harus memegang Hikmat bahwa pointers (alat penunjuk) itu hanyalah --secara kasar-- mewakili pengertian yang hendak disampaikan. Oleh karena itu jangan terjebak dengan kata-kata bahasa yang dari dunia bawah ini.
Mereka yang tidak pernah nglakoni praktek spiritual tidak akan pernah melampaui bahasa. Mereka akan disesatkan oleh bahasa. Sayangnya, tiap-tiap agama memiliki set istilah dan caranya masing-masing untuk membahasakan apa yang ada di realm Ketuhanan. Karena pada masa itu penduduk bumi belum global seperti sekarang yang bisa memahami simbol, gesture, tata-cara, budaya dari penduduk yang berada di daerah lain. Pada saat itu, ilmu pengetahuan pun masih belum berkembang. Maka daya-daya abstrak pada semesta ini mau tidak mau harus dibahasakan dengan sesuatu yang mungkin dapat dimengerti oleh penduduk masa itu.
Saya ambil contoh istilah "Malaikat" (Malach).
Dalam Torah diajarkan bahwa malaikat itu adalah asisten Tuhan, dan ia tidak memiliki kehendak sendiri melainkan 100% patuh pada Tuhan. Ia memiliki tugas mengeksekusi keputusan2 Tuhan. Nah, dari cara-pengungkapan kuno yang anthropomorphis ini artinya apa?
Tidak mungkin orang pada masa itu akan mengerti konsep Force, Daya atau Gaya, atau Energi. Saat itu iptek baru sampai cara bercocok tanam dan beternak atau teknik2 pertukangan yang sifatnya benda mati. Bagaiman penduduk masa itu mungkin memahami bahwa suatu Force itu memiliki dinamika interaktif? Mereka cuman kenal benda-benda mati yang statis dan tidak interaktif. Oleh karena itu, untuk menyampaikan ide digunakan metafor berupa sosok yang hidup seolah seperti manusia, bersayap, bagai cahaya, dsb. Kenapa seperti manusia? Lhaya kalau digambarkan seperti kambing apa nenek-moyang kalian akan muncul respek dan awe (takjub)?
Nah, kalau era sekarang mestinya kalian tahu bahwa yg disebut Malaikat itu adalah Natural-Force atau Daya-daya Alam yang bekerja mengikuti hukum alam (maka itu dikatakan patuh 100% tidak punya kehendak sendiri) melainkan mengikuti Law-of-Nature (Sunnatulloh). Gak ada tow gaya gravitasi pilih-pilih kasih bekerja di negeri tertentu atau pada umat agama tertentu saja? Meskipun dijelaskan dengan nalar seperti ini, tentu saja anda juga jangan sebaliknya jadi meremehkan, merasa tahu. Karena masih banyak daya-daya yg bekerja di alam ini yg belum kita ketahui. Terlebih lagi daya-daya abstrak yang non-fisis (diluar fenomena materi). Itulah mengapa bila seseorang melalui laku praktek bersentuhan, berhubungan dan berinteraksi langsung dengan Force itu maka akan segera memahami dengan melampaui bahasa!
Contoh lain,..singkatnya saja...misalnya kitab suci menggunakan istilah 'wajah Tuhan', 'tangan Tuhan', 'tahta', 'bintang', 'Tuhan menangis', 'Bapa', dsb termasuk penuturan-penuturan dengan menggunakan kisah-cerita yang panjang2. Tentu semua itu jangan dibayangkan seperti yang kita kenali dari-dunia ini, melainkan carilah MAKNA DI BALIK istilah/kisah itu! Istilah-istilah yang berasal dari dunia-bawah-ini digunakan semata karena kita tahunya cuman hal-hal / benda-benda / fenomena dari yang kasat mata-daging kita. Misalnya mengapa Tuhan disebut 'Bapa' karena bagai hubungan emosional yang sangat erat antara bapak dan anaknya, dimana sang anak patuh karena percaya bapaknya itu dapat diandalkan, mendidik walau seringkali keras (sifat laki2). Sementara dalam kesempatan lain hubungan itu digambarkan bagai dengan 'Raja' atau antara 'Tuan dan hambanya', antara 'Ibu dan anaknya' bila ingin mengkomunikasikan aspek kelembutanNya, antara 'Penggembala dengan hewan gembalaannya' bila ingin mengemukakan aspek kawanan (flock order), 'calon pengantin' bila ingin menyampaikan aspek persiapan dan kesetiaan cinta, dst dst. Maka untuk pengenalan terhadap Tuhan kita harus BEBAS dari yang-diketahui (Freedom from the known).
Nah, jadi jelas bahwa hanya melalui laku praktek spiritual yang nyata barulah kita dapat mengenali / memahami apa yang sebenar-benarnya dimaksudkan oleh para tokoh spiritual pendahulu (misal : nabi, avatar, mahasiddha, buddha, dsb).
Perbedaan antara orang yang paham dan yang tidak-paham akan jelas sekali disini. Mengapa? Karena pengalaman adalah suatu pengetahuan (knowledge and understanding) pada level Soul (Roh). Dan Soul itu berada pada order sebelum Pikiran (otak materi).
JADI KALAU SOUL ANDA MENGERTI, MAKA TIDAK AKAN LAGI TERBELENGGU OLEH ISTILAH-ISTILAH BAHASA YANG MERUPAKAN ALAT UNTUK PIKIRAN Bekerja.
Itulah yang dikatakan memiliki Hikmat. Dalam Hikmat itu ada fleksibilitas, kreatifitas, relevansi dengan kekinian, kejutan2 jawaban dan mampu menjawab berbagai problema / issue yang tidak/ belum pernah terjabarkan / tertulis. Penjelasan anda tidak akan terbatasi oleh bahasa / term / istilah / dogma / theologi / ilmu kalam. Semua ini tak mungkin dapat diraih bila seseorang hanya 'mengerti' dalam tataran pikiran (cognitive). Yang mana akan cenderung kaku dan mengandalkan analisa (tafsir, hermeneutika,dsb) yg pada dasarnya adalah pekerjaan-pekerjaan di level analisa bahasa. Maka jangan heran bila bahasanya berbeda  agamanya berbeda lalu bertengkar. Seperti yg saya jelaskan dulu-dulu bahwa apa yang berasal dari pikiran (eg.: analisis) akan selalu menimbulkan fragmentasi (keterpecahan).
Semoga sekarang semua penyimak setia page ini menjadi terbuka matanya dan mulai menetapkan komitmen untuk praktek spiritual guna meningkatkan pengenalan pribadi akan Tuhan. Itulah yang disebut sebagai Berketuhanan Yang Maha Esa.
Rahayu!
=================
      DISKUSI
DISKUSI 1
®××××××× : Lagi lagi dan lagi ...just now. Masih anget.
(Capture hilang)
444 = the key, the lock, code of God, mesiah, omega, occult, gospel, preacher, parable, jewish, redeemer, ruler, the king, yeshua, kingdom, branch, damaskus : "a city so fruitful and fair as to be often called Paradise"
65 = supreme Lord; The Lord (divinity). (G D 6+5=11: the formula of completion of the Great Work); mezusah, Adonai.
Terserah mau dipercaya atau tidak. Sekedar referensi daripada saya tahu tapi disimpen sendiri. Lha wong saya juga tidak tahu dan baru tahu.
Ada yang mau bersaksi bahwa angkanya tidak saya buat2 dan baru saja terjadi belum 1 menit yg lalu?
©×××××××× : Wah aku nggak nyampe Pak De
®××××××× : Kok gak nyampe? Coba lihat di TS ini saat sekarang ada berapa like dan berapa share?
©××××××× : Pak Da....... ; iya, maksudnya sampai sedalam itu Pak Danz menyibak dengan kode kunci 444
©×××××××× : Saya jadi ingat TS Pak De tentang code Phi yg full numbers dan alhasil blank gak nyambung blas Pak De. Ora tekan!!!
®×××××××× : "The formula of completion" gimana ngerasa relevan gak pak dengan TS ini? Bukan kebetulan toh angka itu muncul sebagai sign dariNya? :D
©××××××: Lah, saya itu meyakini bahwa di kehidupan dunia ini TIDAK ADA YANG KEBETULAN. Sedangkan revealasi itu pun ibarat kata hanya sekian mikron dari air di samodra. Justru dibalik revealasi itu sebenarnya yg mesti ditembus "pengajarannya" dan saya nggak bisa atau blm diijinkan
®×××××××: Tapi jangan besar kepala dulu.....
Seperti saya copy paste dari web gematria mengatakan "the FORMULA of completion". Seperti misalnya anda bersekolah dan dapat PR matematika lalu diberi formula oleh guru anda di kelas. Apakah berarti anda sudah selesai??
YA BELUM !!! anda baru dapat formulanya tapi sama sekali belum mengerjakan PR nya....hahaha :D
Lebih parah lagi, ini baru diberi formula...anda belum ngeh (tembus) secara realisasi langsung. Saat realisasi langsung itu barulah disebut BARU MULAI masuk PATH. Jadi baru AWAL mulai berjalan. Sementara sebelum2nya (teori2, dogma2, ritual2 dan segala macam remeh temeh itu) sama sekali BELUM berada di Jalan ! nothing more just a business of thoughts dan religious-pride!~ So kalau kalian berdoa  Al Fatehah atau HaPatchah..."tunjukkanlah kami Jalan yang Lurus". ..itu baru sampai ditunjukin ke Path-nya. Anda belum berjalan di Path. ~~
Parah kan?? :v
The real "chemistry" baru mulai bekerja pada SOUL anda ketika sudah mengijak Path. :)
Baru nanti terakhir FRUITION (buahnya) bila sudah tercerahkan. Tentu stage by stage.
Itulah yang disebut PENGANGKATAN. :)
©××××× : Ya... ya...ya... betul. Itu pun baru minta ditunjukkan jalan yg lurus. Lihat jalan yang lurus pun belum, apalagi jalan di jalan yg lurus. 
®×××××× : Sebenarnya simpel ya?...lhawong hidup kelak-kelok ala orang mabok ndangdut , ngomong muter2, tipu sana tipu sini, janji sering ingkar, omongan gak bisa dipegang, lain luar lain dalam, dalam berpolitik licinnya ngelebih-lebihin belut, dsb .... mana ada belut jalannya lurus?? hahahaha.....
gitu kok ya yakin kalau dirinya sudah lurus? Halaahhh....  ULAR jadi tepat sekali. Saya rasa memang karena semua ini maka pengarang Alkitab menggunakan idiom ular :
- berjalan melata di tempat rendah dengan perutnya (perut = makan = nafkah yg jadi alat geraknya bukan kaki yg bebas)
- gigitannya berbisa mematikan
- lidahnya bercabang dua (standar ganda, dusta)
- berada di tempat rendah
- mengendap2 bersembunyi dalam semak2 siap menggigit kalau terinjak atau terganggu.
- bisa ganti kulit
- jalannya berkelak-kelok
- cara hidupnya di pohon dengan cara melilit bergantung (dependent on others : morotin, hidup dari pemberian, memeras, dsb)
- sanggup memangsa yang jauh lebih besar dari mulutnya.
- anak2nya begitu menetas dari telur sudah berbisa
- menjijikkan dan membuat takut (orang geli / takut)
- tinggalnya di lobang (terobsesi lobang)...huahahaha
©×××××× : Dan diperlengkapi dengan senjata FAKE MIRROR, Painted Mirror ,Crazy Mirror dan Spion Mundur
       DISKUSI 2
©×××××××: /JADI KALAU SOUL ANDA MENGERTI, MAKA TIDAK AKAN TERBELENGGU OLEH ISTILAH-ISTILAH BAHASA (agama) YANG MERUPAKAN ALAT UNTUK PIKIRAN BEKERJA/ matur nuwun Pak De atas babaran "kaweruh" nya yg super sekali.
Dalam pandangan saya ada "BAHASA" lain yg berfungsi pada suatu KEPUTUSAN atas dualisme. Ambil contoh begini ; bahwa ketika seseorang dalam KEGELAPAN (kesesatan,kejahatatan, dosa dsb) naturenya itu ada SIGNAL yg membahasakan ke hidup jiwanya. Disatu sisi bahasa itu berbunyi STOP dan di sisi lain bunyi UDAH LANJUT AJA. Bukankah itu sebenarnya juga signal bekerjanya SOUL?
®×××××××: Tahukah anda raw experience itu apa?
Saat sendirian malam hari di tempat sepi tiba2 pundak anda ditepuk, apakah anda berpikir "ini tangan cewe atau tangan cowo"?
Kalau terjadi demikian pasti anda njudhil (kaget), tooo....
Waktu kaget apa berpikir itu tangan laki atau perempuan?
Tentu TIDAK.
Setelah sepersekian detik kemudian anda tengok kiri kanan belakang ternyata tidak orang, barulah tiba2 anda merasa TAKUT karena PIKIRAN anda menyimpulkan itu HANTU..
Setelah lari terbirit-birit terkencing-kencing ditolong oleh seorang penduduk situ, barulah anda tahu cerita konon nya.
- kalau diceritain disitu dulu ada perempuan hamil bunuh diri, maka lalu PIKIRAN anda menyimpulkan bahwa itu tangan hantu-cewe.orang
- kalau diceritakan disitu dulu bekas tempat perang kemerdekaan, maka lalu PIKIRAN anda menyimpulkan bahwa itu tangan hantu-cowo.
PERHATIKAN bagaimana PIKIRAN membuat penilaian SETELAH proses refleksi dan penilaian-terhadap-hal-hal-lain atas pengalaman-mentah yang terjadi.
TAPI, mau bagaimana kesimpulan-pikiran anda...apakah itu tangan hantu cowo atau cewe atau tangan malaikat bahkan tangan tuhan, atau itu mimpi atau ada yg ngerjain, dsb terkandung bagaimana pikiran anda dikondisikan lingkungan setempat  (contemporary conditioning).
Nah, spiritual itu adalah bagaikan pengalaman-langsung terhadap Raw-Experience itu.
Setelah proses refleksi dan konseptualisasi sesuai kultur dan keterkondisian setempat (dan database / memory yang tersimpan di otak anda) barulah itu jadi sebuah teori Bila teori itu disambung2kan antara satu dengan yg lain jadi sebuah sistem-kepercayaan yang diorganisasikan dan di-enforcement dengan kekuatan politik, maka disebut AGAMA.
Jadi tidak betul pernyataan anda itu bahwa SOUL akan menilai berdasar ukuran2 konseptual hasil dari proses refleksi sekunder dan reflektif tersier (yang terjadi jauh hari dari detik pengalaman langsung itu).
Yang sekunder dan tersier itu anda sudah menilainya dari PERSEPSI, INGATAN dan BERPIKIR. Jadi adalah output hasil keterkondisian OTAK FISIK, bukan lagi pengalaman numinous dari SOUL (Moment of Truth of touching with Reality).
Di saat itulah ada celah untuk menjadi 'tuhan' bagi orang lain , alias playing God. Oleh karena itu dikatakan KEJI karena berasal dari 3 akar racun (termasuk kegelapan batin) yang manipulatif, exploitatif (memperalat orang2 awam yg lugu).
®×××××: Cobalah sekarang PRAKTEK meditasi mengobservasi ke dalam. Lihat ke dalam batin anda sendiri pak, 'lihat' bagaimana pikiran anda sendiri berceloteh...menanggapi ini itu...ke masa lalu...ke masa depan....sadari saja secara pasif tanpa menolak tanpa menerima...cuman sadar mengamati.
Tidak menganalisa, tidak berusaha menghentikan, tidak juga terhanyut... lihat...lihat....
Setiap pikiran muncul catat dalam batin "pikiran muncul....pikiran muncul..."
Pada saat berpikir catat, "berpikir...berpikir..."
Pada saat ingat sesuatu catat dalam batin , "mengingat...mengingat...mengingat".. dst dst. Setiap fenomena dicatat dalam batin (ini tahap awal utk melatih agar anda sadar / mindful terhadap apa yg terjadi dalam batin anda).
Perhatikan bagaimana celoteh pikiran itu memberi konsep ini itu , ingat dogma ini itu, ingat pengalaman ini itu, muncul penilaian ini itu....dst dst dsb.... itulah akar masalahnya!
Itulah celoteh konsep2 yg diketahui / dihapal / diingat selalu berceloteh terus menerus (inner chatter) tanpa henti...bikin marah, bikin gelisah, bikin sedih..dst. Itulah yang kalau di Buddhism disebut sebagai CONCEPTUAL-OBSCURATION (pengotoran konseptual; Skt. jñeyavaraṇa; Tib.
ཤེས་བྱའི་སྒྲིབ་པ་, ཤེས་སྒྲིབ་, shé drip; Wyl. shes sgrib ).
Teruskanlah latihan itu sesering mungkin (kalau bisa intens di retret lebih baik)...sampai tembus dari awan-awan konseptual itu!
Sampai melihat "matahari di tengah langit biru yang maha luas" (ini idiom ya) !
Sudah paham sekarang mengapa dikatakan sebagai kaum langit-langit / magog (atap rumah = gog) vs kaum langit (atas awan)? :

DISKUSI 3
---
DISKUSI 4
---
DISKUSI 5
---
DISKUSI 6
---
DISKUSI 7

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...