Minggu, 23 September 2018

RENUNGAN SEDEKAH


 Sedekah semuanya baik, namun antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung niat, kondisi orang yang bersedekah dan kepentingan proyek atau sasaran sedekah. Di dalam Al-Qur'an, terdapat ayat yang menjelaskan urutan sedekah yang paling utama.
Agar ibadah sedekah kita semakin lebih terpacu dan bersemangat meraih ridha Illahi.
Ketika akan mengeluarkan sedekah, mungkin terlintas pikiran, "Sedekah kemana yang tepat?"
Ini hal yang wajar, karena ada saja hal yang menggoda untuk tidak mengeluarkan sedekah. Misalnya ketika melihat seorang pengemis yang masih muda, lantas kita tidak jadi mengeluarkan sedekah, dengan anggapan dia masih muda dan sanggup bekerja, tanpa kita mengetahui keadaan sebenarnya pemuda pengemis tersebut. Mungkin saja dia terpaksa karena sulit cari kerja dan terdesak biaya hidup.
Alloh sudah menjanjikan bahwa sedekah pasti akan berbalas hingga 700 kali lipat, meskipun kenyataannya bahkan sampai ribuan kali lipat. Alloh tak mungkin ingkar janji, hanya saja dalam implementasinya ada yang seketika, bertahap, atau ditunda. Banyak kisah tentang orang yang mendapatkan balasan berlipat dari sedekah pada anak yatim. Karena itu banyak pula yang memfokuskan bersedekah pada anak yatim. Tetapi ada juga orang yang tidak mendapatkan balasan apa-apa walaupun dia sudah bersedekah pada anak yatim dan berusaha bersedekah dengan hati yang ikhlas, dengan hati yang positif. Akhirnya untuk menghibur diri, dia hanya berkata, "Mungkin rezekiku ditunda, dan akan dibalas pada saat yang tepat."
Mungkin itu benar, tapi mungkin juga karena prosedur sedekahnya kurang tepat. Karena sedekah pun sebenarnya ada urutannya.
Urutan tersebut disebutkan dalam Quran, tepatnya dalam surat Al Baqarah ayat 215 yang artinya:
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya. “
Berdasarkan ayat tersebut, urutan saluran sedekah adalah:
1. Orang tua
2. Kerabat
3. Anak yatim
4. Orang Miskin
5. Orang yang dalam perjalanan
Saya kutip terjemahan Al-Baqarah 215 ini dari situs http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatquran&id=113
Khususnya untuk perihal sedekah pada orang tua.
Maksudnya, mereka bertanya kepadamu tentang nafkah, dan ini mencakup pertanyaan tentang apa yang diinfakkan dan siapa yang akan diberikan infak. Allah menjawab mereka tentang hal itu maka firmanNya, "Apa saja harta yang kamu nafkahkan", artinya, harta yang sedikit atau banyak maka orang yang paling utama menerima harta itu dan yang paling berhak untuk didahulukan serta paling besar hak mereka atasmu adalah kedua orang tua yang diwajibkan atasmu berbakti kepadanya dan haram bagimu dari durhaka kepadanya. Di antara cara berbakti paling agung kepada mereka adalah memberi nafkah kepada keduanya dan di antara kedurhakaan yang paling besar adalah meninggalkan nafkah bagi keduanya. Karena itu, memberi nafkah kepada keduanya adalah wajib atas seorang anak yang berada dalam kondisi lapang. Setelah kedua orang tua adalah sanak keluarga menurut tingkatannya, yang terdekat lalu yang lebih dekat menurut kedekatannya dan kebutuhannya. Karena memberi nafkah kepada mereka adalah sebuah sedekah dan silaturrahim.
Terlepas dari orang tua kita mampu atau tidak mampu, kita wajib mendahulukan mereka ketika bersedekah, karena sedekah tidak selalu harus dengan harta.
Ada kisah tentang orang yang pemurah, selalu bersedekah pada siapapun yang membutuhkan pertolongannya, tapi ketika dia terjerat hutang, sedekah tidak menolongnya. Ketika ditanya apakah dia suka memberikan uang pada orang tuanya, ternyata jawabannya "tidak pernah".
Jadi bagi yang sedekahnya belum pernah berbalas, atau hutangnya belum lunas-lunas, atau yang merasa rezekinya terus seret, tanyakanlah pada diri sendiri, apakah kita suka memberi pada orang tua sendiri? Ataukah lebih murah hati pada teman daripada orang tua sendiri? Atau merasa orang tua kita tidak membutuhkan apa-apa lagi karena merasa mereka sudah hidup berkecukupan?
Pastikan orang tua kita tidak kekurangan, barulah kita perluas ruang lingkup sedekah kita pada prioritas berikutnya.
Semoga catatan ini menjadi sebuah referensi sahabat - sahabatku yang gemar bersedekah...
Dan semoga Allah memuliakan mereka dengan balasan yg jauh lebih baik menurut Allah...Amiin!!!

Senin, 17 September 2018

CINTA


Cinta sebagai sesuatu yang mulia artinya bahwa apa pun yang terjadi pada dirinya aku tetap mencintainya. Jadi Cinta adalah sama sekali bukan hal yang transaksional semacam 'kamu menyenangkan aku maka aku sayang kamu'. Khususnya dalam makna Pernikahan maka artinya adalah : apa pun yang terjadi pada dirinya, aku tetap dalam hubungan pernikahan.
Ini memang bukan suatu hal yang mudah. Aku sendiri tidak mengatakannya mudah. Karena kita saat ini hidup dalam zaman yg terbiasa memandang segala sesuatu sebagai baik hanya apabila ada "Win win Solution" (solusi semua pihak menang). Yang pada akibatnya menyebabkan manusia kehilangan makna hidup karena segala sesuatu dinilai dari porsi2 kapling ego yg semakin lama semakin sempit. Karena tidak ada ego seorang manusiapun yang mau merugi, kehilangan, atau ditinggalkan. Merugi dianggap suatu kebodohan, ketidakmampuan, kelemahan. Akibatnya dari ego muncul dendam. Dari yg tadinya katanya "cinta" jadi musuh. Itu BUKAN Cinta.
"Win win Solution" itu tentu bukan  sesuatu yg buruk. Tetap baik sebagai sebuah pemandu arah, tetapi bila dijadikan dogma kehidupan maka disitulah kerusakan bermula. Karena dunia ini diciptakan bukan untuk win win, melainkan win-lose (menang-kalah) secara duniawi. Karena Tuhan memang menciptakan kondisi win-lose tersebut agar di atas bumi dapat tumbuh berseminya Cinta. Menempa jiwa jiwa yang telah dipersiapkanNya untuk merugi dirinya karena Cinta sedang bertumbuh dalam jiwanya. Cinta itulah yang kelak memerdekakan jiwanya.
Jadi perhatikan! Cinta itu bukan urusan mencari kesenangan, tapi merupakan tempaan jiwa. Dan itu bukan hal yang enak2an (walau saat panen tuai nanti kamu merasakan nikmat kebahagiaan sebagai buahnya), tetapi suatu perjuangan sepanjang hidup. Oleh karena itu dikatakan : Love never gives up. Cinta tidak pernah menyerah.
Semoga bangsa  ini segera mengenal Cinta.
Rahayu!

Jumat, 14 September 2018

8 jalan mulia menjadi manusia seutuhnya


Jalan Mulia Berunsur Delapan ( The Noble Eightfold Path disingkat 8JMB). Disebut Jalan Mulia karena ini adalah jalan untuk membawa manusia menjadi orang Mulia (lawan katanya adalah "orang rendah budi" atau "kerdil jiwa"). Karena seperti semua budaya bangsa buktikan melalui sejarah bahwa yang layak disebut Orang Mulia adalah orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri, berpandangan luas dan berbuat banyak untuk liyan. Oleh karena itu, inilah 8 JMB itu :
1. Pandangan Benar (Samma ditthi)
2. Pikiran Benar (Samma sankappa)
3. Ucapan Benar (Samma vaca)
4. Perbuatan Benar (Samma kammanta)
5. Mata Pencaharian / Life Style Benar (Samma ajiva)
6. Usaha Benar (Samma vayama)
7. Perhatian Benar (Samma sati)
8. Konsentrasi Benar (Samma samadhi)
Semua itu disusun secara berturutan. Jadi dari nomer yang paling kecil perlu diawali dan dijadikan pondasi untuk nomer2 berikutnya. Karena semuanya berkaitan dengan latihan untuk mengikis ego, maka pada dasarnya adalah pandangan atau paradigma dulu yang harus dikoreksi agar langkah-langkah berikutnya dapat berkembang secara natural.
1. Pandangan Benar (Samma ditthi ; ditthi = pandangan)
Pandangan benar ini artinya adalah memiliki pandangan yang mampu melihat / menembus bahwa segala macam akar persoalan dalam hidup  adalah bersumber dari ego. Dan manakala ego dapat diatasi bahkan dilampaui, maka berakhirlah persoalan di dalam hidup ini.
Karena ego-lah penghalang seseorang mencapai tataran batin yang bening, meluas dan tanpa pusat tanpa tepi.
Setidaknya, melalui analisa dan perenungan awal terhadap persoalan ego ini, maka anda akan sampai pada suatu pengertian bahwa lawan-dari-ego , yaitu : kasih, kemurahan hati, kebaikan, kesabaran, toleransi, dsb adalah hal-hal pondasional yang harus dikembangkan dalam diri anda. Oleh karena itu, Pandangan Benar ini harus di set-up terlebih dulu sebagai basis.
2. Pikiran Benar (Samma sankappa ; sankappa = formasi mental)
Setelah Pandangan-Benar dikembangkan, maka selanjutnya otomatis pikiran-pikiran akan bergerak sesuai dengan arah itu. Dengan kata lain, akan terkembangkan / terbiasakan berpikir untuk tidak berpusat atau bertujuan pada ego. Dengan kata lain, terbiasa berpikir obyektif, luas wawasan, penuh daya juang untuk berpikir untuk menemukan menemukan hal-hal yang hakiki dibalik penampakan-penampakan yang superficial (kulitan).
3. Ucapan Benar (Samma vaca ; vaca = speech)
Secara ringkasnya dulu, maka dapat dikatakan bahwa pikiran adalah sumber pemicu dari perasaan, sikap , ucapan dan perbuatan. Maka bila pikiran belum benar, maka akan musykil mengharap munculnya Ucapan Benar. Karena apa yang diucapkan (dikomunikasikan lisan maupun tulisan) adalah selalu berasal dari pikirannya sendiri.  Bila pikirannya salah, maka sudah pasti ucapannya pun salah.
Tetapi terlepas dari usaha pengembangan Pikiran Benar, maka aspek Ucapan Benar ini tentu dapat juga dilatih secara mekanis melalui suatu kedisiplinan. Yaitu dengan cara selalu eling setiap saat untuk menjaga ucapan agar setiap motivasi berucap adalah dengan refleksi terlebih dahulu apakah motif tujuannya. Bila sesuatu berasal dari niatan yang baik maka oke lah. Dan ini dipandu dengan beberapa panduan mekanis kedisiplinan , seperti misalnya : belajar berkata jujur, tidak mengeluarkan kata-kata kotor / makian, tidak menghasut, tidak bertujuan menyakiti, mengatakan sesuatu tanpa melebihkan / nambah2i atau mengurang2i (alias korupsi ucapan), dsb.
4. Perbuatan Benar (Samma kammanta ; kamma = behaviour)
Kembali lagi ke tujuan pondasionalnya yaitu melatih melampaui ego, maka aspek Perbuatan Benar ini didefinisikan sebagai segala macam perbuatan yang tidak berpusat dari ego.
Perbuatan benar baru bisa dikembangkan apabila mampu mengendalikan diri. Tetapi karena diri itu berasal dari aspek yang di dalam batin mengalir keluar. Maka untuk mampu melaksanakan Perbuatan Benar maka dalam diri seseorang haruslah terkembangkan Pandangan Benar, Pikiran Benar, dan Ucapan Benar. Alangkah sulitnya bagi seorang yang terbiasa berdusta untuk berbuat benar. Mengapa? Karena dusta yang dikatakannya akan menghalangi dia untuk melakukan hal-hal yang benar...karena kedustaan itu sendiri akan membuatnya jadi gengsi / mempertahankan harga-diri bila yang sebenarnya dilakukan.
Tetapi lagi-lagi, terlepas dari usaha secara berturutan mengembangkan aspek2 no.1, 2, 3,  sebelumnya, maka aspek ke-4 Perbuatan Benar ini tentu tetap harus dilatih secara independent, yaitu melalui pengembangan suatu ethical-conduct (tata etika) atau dengan kata lain menempa diri berdisiplin dalam tindakan. Dan apa saja point-pointnnya itu adalah fleksibel tergantung tuntutan sikon kekinian kita masing-masing. Dan buku-buku yang mengulas tentang tata etika dan kemoralan sangat banyak diluaran sana. Dan dari berbagai macam perspektif yang berbeda-beda tentang moral, maka sudah selayaknya mengembangkan kemampuan analisa dan perenungan.
5. Mata Pencaharian / Gaya Hidup Benar (Samma ajiva ; ajiva = mode of living)
Aspek yang lebih luas dari sekedar perbuatan pribadi adalah menyangkut perbuatan pribadi-pribadi di dalam suatu komunitas masyarakatnya. Disini adalah suatu aspek pelatihan diri pribadi dalam hubungan kontribusinya pada lingkungan masyarakatnya. Dengan suatu kenyataan bahwa perbuatan pribadi-pribadi berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada masyarakatnya. Bila perbuatan pribadi-pribadi bersifat positif-konstruktif, maka masyarakat yang terbentuk pun adalah masyarakat yang sehat. Dan pada lanjutnya, pengaruhnya terkembalikan lagi ke masing-masing pribadi itu sehingga lebih mudah melatih dirinya mempraktekkan Dharma.  Seperti yang sering kita mengerti dulu mengenai prinsip Repelita, yaitu bahwa pembangunan hanya bisa terlaksana bila kondisi negeri stabil dan aman. Demikian juga, berlatih Dharma membutuhkan suatu sikon yang kondusif, terutama bagi pemula yang belum cukup kuat untuk menghadapi terjangan keadaan yang tidak kondusif.
Secara praktis, aspek Mata Pencaharian benar ini dapat dirumuskan sebagai gaya hidup ataupun mata pencaharian (profesi) yang memberikan nilai tambah positif bagi masyarakatnya. Jadi jelas, bahwa pekerjaan2 seperti pencuri, penipu, koruptor, penyelundupan, pembajakan, human-trafficking, memperjual-belikan senjata tidak pada tempat / segmentnya, pekerjaan2 yg berhubungan dengan pemusnahan / perusakan / penghancuran /pembantaian, dsb, jelaslah bukan mata pencaharian yang benar.
------------------
Sampai pada point ke-5 ini dulu. Maka anda akan bisa melihat bahwa dari point no.1 & 2 adalah pengembangan pada aspek Hikmat (Wisdom). Sementara aspek 3-5 adalah aspek pengembangan Tata Sikap (Conduct). Semua itu bersifat pondasional yang dapat dilakukan oleh semua orang tanpa pandang bulu agama / kepercayaan. Karena prinsip2 kesehatan jiwa dan sosial itu adalah kasunyatan yang berlaku umum.
Setelah aspek-aspek luar tersebut dapat dilatih dengan baik, maka kita harus ingat kembali, bahwa sumber alasan dari semua latihan itu adalah untuk melatih mengikis bahkan melampaui ego. Dan karena ego adalah suatu hal yang terdapat di dalam batin, maka pelatihan batin adalah hal yang tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, aspek 8JMB selanjutnya adalah Usaha Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar. Ketiga hal ini mencakup aspek pengembangan Batin (Mind) sebagaimana dijelaskan selanjutnya ini :
---------------------
6. Usaha Benar (Samma vayama ; vayama = exert, striving)
Usaha benar didefinisikan sebagai setiap usaha yang berfungsi untuk mengikis ego. Dengan kata lain, suatu sikap batin di dalam diri yang setiap saat Eling dan Waspada untuk berusaha menyadari bahwa pada diri seorang-duniawi maka setiap gerak-gerik pikiran dan perasaan selalu bersumber dari ego. Dengan penyadaran setiap saat itu maka artinya dia telah berusaha benar.
7. Perhatian Benar (Samma sati ; sati = mindfulness) &  8. Konsentrasi Benar (Samma samadhi ; samadhi = absorption)
Dua aspek ini berkaitan dengan bagaimana mengembangkan Perhatian Penuh (sati) dan Konsentrasi (Samadhi) di dalam meditasi. Perhatian Penuh (sati) dikembangkan dalam Meditasi Vipassana atau Meditasi Pandangan Terang atau Meditasi Nyawang Karep. Sementara Konsentrasi dikembangkan dalam Meditasi Samatha.
Karena bersifat teknis dan mendalam maka terlalu panjang bila diuraikan disini. Cukup asal tahu dulu bahwa aspek ke-7 dan ke-8 dari 8 Jalan Mulia adalah ini. Selanjutnya akan dibahas (dan sudah) dibahas pada topik tentang Meditasi seperti yang di-pin pada halaman paling atas page ini.
Pada akhirnya semua dari ke delapan aspek ini akan saling pengaruh-mempengaruhi, saling menguatkan, dan saling menjadikan. Rot-sinorotan, dayan-dinayan, dadi-dumadi. Bagaikan pusaran spiral yang menyatu dalam suatu pribadi yang sadar ke dalam (jumenenging pribadi),  mengangkat jiwa ke plane yang lebih tinggi. Oleh karena itu, secara tradisi adanya perayaan Jumenengan, yang artinya : seorang Raja Luhur bersama para pendereknya harus mampu Jumenengan untuk menyadari dan mengoreksi semestanya dari dalam keluar.
Semua bisa terlaksana bila kita tenang seimbang, tidak tergesa-gesa apalagi mberdughul (bebel; puas diri merasa sudah paling top). Pelan-pelan tapi pasti , asal mau melangkahkan langkah pertama. Inilah asal muasal pemeo "alon-alon waton kelakon". Karena kita bukan memburu hasil duniawi, tetapi hidup ini untuk berlatih jiwa. Tapi walau tidak memburu hasil , kalau anda jalankan maka anda saat itu juga akan merasakan bersih dan "wareg-jiwo" (kenyang jiwa). Karena ini adalah unsur2 dasar makanan utama rohani.
Kalau dirasa dapat bermanfaat mohon dapat membantu membagikan. Dengan demikian anda telah melakukan suatu karma kebajikan yang dapat mendukung perjalanan hidup saudara dan membangun kesehatan masyarakat.
Rahayu!

Rabu, 12 September 2018

Ngawurisme Religi

   
Kaum Arab Muslim sudah barang tentu biasa saja kalau ngomong dengan menggunakan Bahasa Arab karena itu memang "bahasa ibu" mereka. Tak ubahnya seperti orang Jawa ngomong Bahasa Jawa, urang Sunda ngomong Bahasa Sunda, orang Betawi ngomong Bahasa Betawi, orang Batak ngomong Bahasa Batak, wong Tegal ngomong Bahasa Tegal, wong Purwokerto, Cilacap Banyumas, Kebumen ngomong Ngapak dan seterusnya. Kayak kuwe mbok.
Tidak ada perasaan "lebih Islami" dengan ngomong pakai bahasa Arab. Bagaimana mau mengklaim lebih Islami la wong Arab non-Muslim juga ngomongnya pakai Bahasa Arab, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam ibadah ritual di tempat-tempat ibadah.
Umat Arab Kristen, misalnya, ya khotbahnya pakai Bahasa Arab. Demikian pula Injil mereka juga tertulis dengan bahasa dan aksara Arab. Bedanya tentu saja, kalau ngomong sehari-hari mereka menggunakan "Bahasa Arab pasar" (amiyah) sementara dalam Kitab Suci dan teks-teks keagamaan pakai Bahasa Arab klasik (fusha). 
Jadi, sama seperti Arab Muslim, Arab Kristen juga menyebut: Allahu Akbar, Subhanallah, Salamu'alikum, Alhamdulilah, Masya Allah, dan seterusnya. La masak mereka bilang: Duh Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Sementara ada umat Islam di Indonesia, terutama yang aliran "al-antumiyah kalau sudah ngomong pakai Bahasa Arab meskipun hanya sepotong-sepotong dan cenderung al-ngawuriyah sudah merasa paling relijius, paling Islami, paling soleh dan solihah, dan paling berhak masuk syurgah. Padahal mereka cuma bilang: akhi-ukhti, ubi-umi, ikhwan-ikhwat, antum-antuman...
Sebagian umat Islam di Indonesia, para "suami soleh" biasanya memanggil istrinya dengan sebutan "umi". Misalnya, "Umi, tolong ambilkan ubi buat abi dong?" Sementara para "istri solehah" biasanya memanggil suami mereka dengan sebutan "abi". Misal: "Abi, ini kan malam Jumat, abi tidak menjalankan sunah rasul"?
Sedangkan di kalangan masyarakat Arab, "panggilan sayang" umum suami kepada istri mereka bukan "umi" tapi: "zaujati" (istriku), "habibati" (kekasihku), "qolbi" (hatikuh), "ruhi" (ruhku), "hayati" (kehidupanku), "ya uyuni" (wahai mataku), "babi" (yang ini maksudnya "baby" bukan babi ngepet looh... yaaa... ). Sedangkan "panggilan sayang" istri terhadap suami mereka adalah: "habibi" (kekasihku), darling, laufr (lover), babi, ya uyuni, ya hayati.
Nama-nama panggilan untuk suami/istri di atas adalah berdasarkan hasil gogling ku semalem. Jadi nama panggilan mana yang lebih relijies dan Islami: suami/istri Indonesia atau Tanah Arab? (bersambung).   

Senin, 10 September 2018

KAMPRET

         
  SETAN KUWALIK
Segala macam fenomena trend pembolak-balikan seperti yg saya ungkap pada TS yang lalu -- berdasar insight yg baru saja-- pada dasarnya adalah fenomena peningkatan ego pada tataran yang lebih kronis. Dan karena --seperti saya sudah jelaskan sebelum2nya -- bahwa ego adalah istilah baru bagi istilah kuno ibrani "setan" , maka kiranya jelas itulah yang saya maksudkan.
Adapun saya katakan peningkatan ego, karena pada beberapa milenia yang lalu, keinginan ego hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan fisik. Maka timbulah pencuri, pencoleng, perampok seperti yang kita umumnya kenal sebagai kriminal.
Tetapi ego berkembang semakin canggih, sehingga kebutuhannya bukan hanya makan dan sex, tetapi juga kekayaan , kejayaan dan kekuasaan. Maka jangan heran bila dalam beberapa ratus tahun terakhir, dunia memasuki masa dimana kejahatan2 dilakukan atas nama tiran-tiran yang kejam.
Akan tetapi, pada milenia ini, ego mengalami peningkatan lebih dahsyat lagi, bahwa tidak hanya cukup kebutuhan materi, kekayaan, ketenaran, kejayaan, kekuasaan, tetapi bahkan ingin mendapatkan pencapaian spiritual untuk dirinya sendiri. Semuanya dari A-Z ingin dikuasainya. Maka jangan heran bila maling iya tapi minta pula dihargai tokoh suci. Bukankah itu artinya FULL-BLOWN EGO?
Itulah makanya saya katakan sebagai "meningkatnya aktivitas setan". Alias masuk ke era zaman wolak-walik. Setan kuwalik.
"Dialah yang mengutus kepadamu, [O Muhammad], sang Buku; di dalamnya adalah ayat-ayat [yang] tepat - mereka adalah dasar dari Kitab - dan yang lainnya tidak spesifik. Adapun mereka yang hatinya adalah penyimpangan [dari kebenaran], mereka akan mengikuti itu yang tidak spesifik, mencari perselisihan dan mencari interpretasi [cocok untuk mereka]. Dan tidak ada yang tahu interpretasi [sejati] kecuali Allah" (Quran 3:7)
"Mereka akan kecolongan siapa yang membunuh anak-anak mereka dalam kebodohan tanpa pengetahuan dan melarang apa yang Allah telah sediakan bagi mereka, menciptakan ketidakbenaran tentang Allah. Mereka telah tersesat dan tidak [benar] dibimbing" (Quran 6:140)
"Siksa bagi mereka yang menyembunyikan serta menjual kebenaran-Nya" (Quran 2:174)
“Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat” (Wahyu 12:12)
"Maka apakah hanya sebagian dari Kitab yang kamu percayai, dan apakah kamu menolak sisanya? tetapi apakah upah bagi orang-orang di antara kamu yang berlaku seperti ini, tetapi tercela  dalam hidup ini? - dan pada Hari Kiamat mereka akan dikenai hukuman yang paling pedih. Karena Allah tidak lengah dari apa yang kamu lakukan. ”(Al-Quran, 2:85)
Kiamat Qubro.
Begitulah penjelasannya.
Rahayu!
Ada netisen yang menanyakan: kenapa gak dituliskan secara lengkap (Al-Quran, 2:85)..ada apa? Bagi kita yg meyakini Qur'an itu tdk boleh mengambil sepotong2 ..bahaya bisa seperti tafsir yg ditulis kan diatas--->(Qur'an 3:7, Quran 2:174)...adapun mereka yg hatinya adalah penyimpangan dari [kebenaran] mereka akan mengikuti yg tdk spesifik, mencari perselisihan...
jelaskan saja!
Konteksnya ini kan?
#NGACA
2:7 Allah telah memberi meterai (penutup) pada hati mereka dan atas pendengaran mereka, dan atas penglihatan mereka adalah cadar. Dan bagi mereka adalah hukuman yang besar.
2:8 Dan dari orang-orang ada yang mengatakan, "Kami percaya kepada Allah dan Hari Terakhir," tetapi mereka bukan orang percaya.
2:9 Mereka [berpikir] menipu Allah dan orang-orang yang percaya, tetapi mereka tidak menipu kecuali diri mereka sendiri dan tidak melihat [itu].
2:10 Di dalam hati mereka adalah penyakit, sehingga Allah telah meningkatkan penyakit mereka; dan bagi mereka adalah hukuman yang menyakitkan karena mereka [biasanya] terbiasa berbohong.
Yang dimaksud 'mereka' itu siapa???
Coba aja ngaca diri seperti melihat di cermin dan periksa isi pikiran dan hatimu! Masa sering berbohong dan bikin hoax tidak bisa merasa???
Sadarkah engkau bahwa selama ini membaca tetapi tidak melihat? mendengar tapi tidak merasakan! Merasakan tapi salah sambung? Mengapa?
Karena setiap pengajian hanya mengelus-elus memanjakan setanmu (egomu)!
Dan mereka mencari nafkah dari itu, karena kalau menguak egomu kamu tidak mau mendengar...dus artinya mereka tidak mendapatkan nafkah.
Apakah ini artinya bukan MENJUAL KEBENARAN seperti yang ditegur pada Quran 2:174 yang kamu tanyakan???
Apakah ini artinya bukan MENJUAL KEBENARAN seperti yang ditegur pada Quran 3:7 yang kamu tanyakan???
Ada juga yang mengatakan
"belajarlah pondasi belajar agama yang benar dulu baru mengerti bla bla bla".....
Bukankah kalimat itu berasal dari sebuah batin yang sombong merasa lebih pinter dan berpengetahuan? Semata-mata karena pernah belajar dari guru agama?
Kalau benar tidak ada kesombongan, maka seharusnya tidak menangkis argumen dengan menggunakan sikap defensive-agresive semacam demikian ketika dirinya sendiri yg memulai mengajak berdebat.
Lalu darimana bisa memastikan bahwa guru agamanya tidak pula salah-- padahal dia juga manusia?? Kesimpulan superior yg muncul karena berpandangan seorang guru pasti pintar hanya karena dirinya lebih bodoh???
Ketahuilah :
Walau kau memandang orang lain lebih pintar, itu belum tentu dia orang pintar. Bisa jadi dia bodoh, tapi kamunya yang super dungu.
Sungguh celaka kalau sudah tua jenggotan tapi nalar2 sederhana begini harus dituntun satu persatu seperti ngajarin anak kecil.
Itu namanya bukan tersesat lagi, tapi benar berada di JALAN LURUS bin BENAR....tapi balik arah.
Rahayu!
Rewiv:
By.  Facebook Danzsuchamda

Ilustrasi : Pohon Kehidupan di tengah malam. Dikira buah eh jebul kampret.

Minggu, 02 September 2018

Politisasi Agama

POLITISASI DOGMA-DOGMA DARI TIMUR TENGAH DAN BARAT

Ini tulisan terpanjang dan tergalau saya setelah bertemu Rama Jati juga pemangku adat agama-agama lokal nusantara lainnya.  Monggo dihayat dan disimak secara seksama biar pada mengerti. Untuk mengetahui bagaimana politik agama di Indonesia.

Belum lama ini Din Samsudin dewan pengarah Majelis Ulama Indonesia menyatakan Sunda Wiwitan tidak bisa disebut agama, dengan alasan Sunda Wiwitan tidak ilmiah. Apa yang dimaksud ilmiah dalam pernyataan Din Samsudin? ini jelas kesalahan fatal orang yang tidak cukup kuat memahami academic theory of religion.

Dalam penelusuran saya studi agama di Indonesia dan yang kemudian dipakai oleh negara sebagai rujukan teori agama bukan hasil studi filsafat agama yang kuat. Pun demikian, kebenaran agama di Indonesia bukan kebenaran falsafati atas makhluk yang disebut sebagai agama.

Konstruksi agama di Indonesia tidak lebih sebagai konstruksi politik. Inilah yang saya sering sebut dengan "religionisasi", yakni politik agama dan kebenaran atas agama bukan kebenaran oleh filsafat agama, melainkan kebenaran oleh keinginan politik kelompok dominan, atau yang menurut Daniel Dakhidai disebut sebagai religious discourse atau juga Islamic politicy.

Bangunan konsep agama di Indonesia dimulai dari mendefinisikan apa yang dimaksud dengan agama? Dan pendefinisian atas agama yang pada dasarnya abstrak itu menggunakan pola yang oleh Wilfred Centwell Smith disebut sebagai "Reifikasi" yakni membendakan sesuatu yang bersifat abstrak.

Definisi bermula dari tawaran pemikiran Prof. DR. Mukti Ali yang notabenenya murid Prof. Smith di atas pada tahun 1952, sepulangnya nyantri di Amerika. Menggunakan kategorisasi yang dipakai oleh model studi Emile Durkheim juga Leonard Swedler, Prof. Mukti Ali mengkategori sebuah keyakinan yang disebut agama.

Sayangnya ketegori agama yang dibuat Mukti Ali keluar dari konsep Durkheim maupun Swedler. Jika Swedler mengkategori agama dengan unsur: credo, code, cult dan community, atau Durkheim mengkategori menjadi keyakinan (believe), ritual dan komunitas, sementara Mukti Ali mengkategori dengan "adanya konsep tuhan, wahyu/kitab suci, punya nabi dan punya umat di banyak negara.
Dengan kategori ini, kelompok keyakinan yang tidak dianggap memiliki konsep seperti yang diusulkan Mukti Ali dianggap bukan agama, dengan konsekuensi hak-hak keagamaannya hilang dengan otomatis. Inilah yang saya sebut proyek religionisasi.

Kalau ditelusuri lebih mendalam konstruksi yang dibuat oleh Mukti Ali sebenarnya bias dari model keagamaan Abrahamik Religion (agama-agama Ibrahim/Yahudi, Kristen dan Islam), sehingga di luar rujukan itu tidak dianggap sebagai agama.

Pada tahun 1961 pemerintah secara resmi mengadopsi teori agama ala Mukti Ali dan menjadi patokan menyebut satu keyakinan sebagai agama atau tidak. Rumusan itu awalnya ditolak oleh umat Hindu Bali, Budha dan Konghucu. Sedang agama lokal yang saat itu dikomandoi oleh Mr. Wongsonegoro tetap dicurigai sebagai aliran sesat dan sempalan dari agama induk.

Namun karena kuatnya arus mainstream, terutama Islam yang didukung oleh Kristen, Umat Hindu Bali dan Budha mengalah dan menerima konsep Mukti Ali tentang kategori agama, dan seakan dewa-dewa Hindu sebagai Tuhan, Kitab Tripitaka sebagai kitab suci, sedang Budha Sidharta Gautama seakan Tuhan dan Weda sebagai kitab sucinya. dan seterusnya. Insiden ini terjadi pada 1963.

Di pihak lain karena jumlah penghayat kepercayaan yang diurus oleh Mr. Wongsonegoro terus menggeliat, maka umat Islam terutama semakin blingsatan, sementara musuh bebuyutannya yakni Kristen juga berkepentingan untuk penyebaran misinya. Dialog antar agama pada 1962 deadlock dan hanya semakin menguatkan saling kecurigaan dan merasa saling terancam "feeling threathened" kata Mujiburrahman.

Menguatkan organsasi penghayat, dan insiden pemberontakan serta ketakutan yang besar atas Partai Komunisme yang juga menguat, maka Presiden Soekarno mengeluarkan Kepres tentang Perpu (pengganti undang-udang) yang kita kenal UU No.1 tenang PNPS tahun 1965. Yang di dalamnya secara resmi menyebutkan 6 agama yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu, serta mengakui agama memberi pengakuan tanpa pemberian fasilitas terhadap Yahudi, Sinto dan Zoroaster. Sementara kepercayaan lokal terus dicurigai dan didiskriminasi justru melalui peraturan pengganti undang-undang.

Tidak lama Soekarno terkudeta oleh Soeharto menurut versi Jhon Rossa dalam bukunya "Dalih Pembunuhan Massal". Di lain pihak Islam dan Kristen saling rebutan proyek penyebaran agama. Maka pada 1967 Kementerian agama menyelenggarakan dialog antar umat beragama, utamanya antara Islam dan Kristen yang kurang lebih mirip anjing dan kucing.

Dalam pidato pembukaan, Presiden Soeharto menyatakan "hendaklah jangan menyebarkan agama kepada orang yang sudah beragama, tetapi kepada mereka yang belum beragama". Nah, berspekulasilah Islam dan Kristen, tentang siapa yang dianggap belum beragama dan ladang penyebaran agama (ladang dakwah dan ladang misionaris).

Maka mata kedua agama besar ini tertuju kepada penganut kepercayaan, karena lagi-lagi merujuk pada definisi kategorial agama yang dibuat oleh Prof. Mukti Ali dan dipakai secara resmi oleh Kementerian Agama, Jaksa Agung dan hampir semua lembaga negara yang mengurusi agama.

Dari sini bisa saya tegaskan bahwa kebenaran agama di Indonesia bukan kebenaran falsafati, melainkan kebenaran maunya "mayoritas". Dengan demikian karena Din Samsudin produk lama atau produk expired dalam studi agama, maka dia mengatakan Sunda Wiwitan tidak ilmiah.

Agama kok ilmiah..? Ilmiah dari Hongkong kaleee cah..

Kita lanjutkan pada konstruksi menjadi agama. Hal penting dalam politik menjadikan satu keyakinan (believe) sebagai agama berawal dari mendefinisikan "apa itu agama?" Agama oleh Prof. Mukti Ali yang kemudian diadopsi oleh negara menjadi definisi resmi agama oleh Kementerian Agama dan oleh sebagian besar dan mungkin 90 % masyarakat Indonesia memakai definisi itu.

Definisi agama berangkat dari kategori, harus punya konsep ketuhanan, dan ketuhanan itu harus mono --- monotheistik, di luar konsep monotheistik tidak diakui. Nah lagi, karena tiga agama ibrahimi (Yahudi, Kristen dan Islam) mengaku sebagai penganut monotheistik tulen, maka tuhannya pun kemudian dipersonifikasi menjadi Tuhan Yang Esa.

Orang-orang NU dan Muhammadiyah serta Tarbiyah Islamiyah kemudian mengotak-atik Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" menjadi konsep tauhid dan menempelkan pada sila pertama itu surat al-Ikhlas "qulhu wallahu ahad" (katakanlah hai Muhammad Allah itu satu). Agak maksa sih hahahaha..

"Pemerkosaan" Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam perspektif agama Ibrahimi ini oleh Jeremy Manchic disebut sebagai "Godly nationalism" (nasionalisme berketuhanan), yakni masyarakat nasional yang harus mempercayai tuhan dan tuhannya pun harus sama dengan pemahaman agama-agama resmi negara. Tuhan selain made in 3 agama besar di Indonesia tidak diakui, bahkan menjadi obyek tuhan kutukan.

Oleh karena keyakinan/kepercayaan lokal masih cenderung menganut sistem tuhan yang polytheis, maka serta-merta tidak bisa diakui sebagai agama oleh kelompok dominan yang kemudian menjadi sikap resmi negara soal makhluk yang disebut tuhan. Jadi Tuhan pun di Indonesia sebenarnya adalah tuhan yang "dimakhlukkan" atau yang dikonstruksi oleh kelompok agama dominan, melalui proses pembendaan dan personifikasi yang merupakan varian lain dari "reifikasi". Dan konstruksi tuhannya-pun harus mirip tuhan Timur Tengah. Dalam bahasa Ibnu Arabi disebut illah al-mu'taqad atau al illah allazi fi al 'itiqad, atau al illah al makhluk fi al mu'taqad (Tuhan yang dikonstruksi, Tuhan yang diciptakan dalam konstruksi).

Pada dasarnya bagi masyarakat Nusantara yang punya segala-galanya, alias beda dengan Timur Tengah yang saat itu hanya punya pasir dan bukit-bukit. Orang Nusantara dalam kosmologinya, baik orang Jawa, Melayu, Sunda, Dayak dan Papua sekitarnya selalu memahami pandangan akan dunia yang duel, alam atas dan alam bawah. Konstruksi tentang tuhannya pun cenderung majemuk.

Bagi orang Timur Tengah tidak kenal kosmologi alam model Nusantara, Karena masyarakat yang diaspora dan nomaden, orang Timur Tengah butuh satu simbol pemimpin, yang akhirnya melahirkan konsep Tuhan Yang Satu, sebab kalau tuhan banyak, Para Tuhan akan berantem.

Bagi orang Nusantara memandang alam bawah dan alam atas dengan pandangan yang harmonis. Di hutan ada kekuatan adi kodrati, sehingga mereka memaknai hutan isinya bukan sekedar tempat tinggal dan mencari makan, tetapi menjadi tempat tambatan spiritualitas, pun demikian dengan gunung dan sungai-sungai.

Timur Tengah selain Sungai Eufrat dan Tigris nyaris tidak ada sungai, menyeberang ke Mesir baru ada Sungai Nyl, maka sebenarnya pandangan orang Persia yang punya sungai agak mirip dengan sistem dewa dan ketuhanan orang Nusantara. Masalahnya Nabi Muhammad enggak pernah lihat sungai dan hutan seperti di Indonesia dan di Eufrat dan Tigris, maka konsep monotheisnya menjadi terpersonifikasi. Tuhan dimaknai sebagai Maha Pencemburu "jangan kau duakan aku" (atau jangan kau serikatkan aku). Tuhan dalam Islam itu paling males dipoligami, hukumannya merupakan dosa tak terampunkan dalam Islam jika menduakan tuhan dengan sebutan syirik sifatnya, musyrik orangnya.

Lalu bagaimana konsep tuhan ala Timur Tengah di embededkan ke bumi Nusantara atau ke negara-negara jajahan? jelas melalui bantuan ilmuwan antropologi dan sosiologi agama. Dari sini anda harus kembali mengingat studi EB. Taylor, James Frezer (evolusi agama) dan menyebut agama-agama orang Nusantara dan daerah jajahan lainnya sebagai agama primitive, animisme dan dinamisme, demikian dikuatkan dengan sosiologi agama sejak dari Emile Durkheim, Mircea Elliade, bahwa jiwa sosial adalah jiwa agama.

Nah, cara menjajahkan agama Barat ini mereka menggunakann proyek civilization atau proyek memperadabkan orang-orang primitif, karena merasa agamanya sudah lebih mapan dengan pernak-pernik dogma serta sudah berselingkuh dengan kuasa yang sentral dan sakral. Isu yang dimainkan, kalau ingin menjadi orang beradab jadilah atau ikutlah bersama kami atau masuklah bersama agama kami.

Ini terjadi sebelum tahun 1962, Kristen utamanya Katolik Roma mendalil "extra eclesiam nulla salus" (di luar gereja tidak ada keselamatan). Teori ini direplikasi oleh Islam menjadi "Inna al dina 'indallahi Islam... waman yabtaghi ghaira al Islamadina fala yuqbala minhu, fahua fil akhirati minal khasirin" (sesungguhnya ad diin di sisi Allah adalah Islam, siapa yang memilih ad diin selain Islam, maka tidak diterima ad diinnya itu dan mereka di akherat termasuk orang yang merugi).

Melalui proyek inilah Islamisasi dan Kristenisasi sebagai sesama dogma pasar menjadi masif. Orang-orang Nusantara ditakut-takuti tidak akan selamat jika tetap memeluk agamanya yang oleh Kristen dan Islam dianggap primitif.

Untuk Kristen, terutama Katolik pada tahun 1962 ke sini mengalami pertobatan, tidak lagi menganggap agama lokal sebagai primitif, bahkan Katolik saat ini sangat akomodatif terhadap budaya lokal, Tentu ini salah satunya berkat jasa para orang terpanggil seperti Rudolf Otto, Karl Rahner, Raimundo Panikar, Hans Kung dan lainnya. Sementara Islam masih melanjutkan proyek Islamisasi dengan pola abad kegelapan itu. Namun demikian sebagian Kristen kharismatik, Mormonism dan sebagian aliran Amerika masih melakukan misionarisnya, inilah kenapa antara Islam dan Kristen di Indonesia mirip kayak anjing dan kucing rebutan tulang..........

Oleh:Bekti  Hartawan

Monggo diunjuk.

Selasa, 21 Agustus 2018

TEMPRAMEN DI JALAN

  
Aksi kebut-kebutan yang biasanya dilakukan oleh para ABG di jalan raya tentunya sangat meresahkan masyarakat. Karena aksi tersebut bisa-bisa membahayakan nyawa si pengendaranya sendiri maupun sesama pengguna jalan lain. Apalagi bila kebut-kebutan tersebut dilakukan di jalan-jalan kampung, tentunya resikonya akan lebih besar lagi karena banyaknya anak-anak kecil yang sering main
Makanya untuk menangkal aksi kebut-kebutan tersebut, biasanya di jalan-jalan kecil di kampung sering dijumpai gundukan kecil-kecil dengan jarak tertentu per gundukan. Atau dengan menggunakan peringatan berupa tulisan "Awas Ngebut Benjut!"  yang artinya kira-kira, awas kalo ngebut bisa babak belur. Bisa babak belur karena dihajar oleh aspal atau dihajar oleh para warga.
Sebaiknya kalo sedang melewati jalanan ramai jangan sampai ngebut deh, karena bukan cepat sampai tujuan yang didapat melainkan malah kena apes.
Seperti yang kemari Bakul getuk alami di perempat an Jeliig itu, sampai sampai bonyok babakbelur begini

dan sampe menyebabkan beberapa luka yang harus di jahit begini karena kecrobohan anak sekolah yang ngebut di jalan kampung perasaan saya sudah pelan dan hati-hati tapi apes ditabrak dari samping sama anak sekolah itu
Entah apa yang membuat anak itu tetap tancap gas memacu motornya kenceng-kenceng. Ketika mau melewati  prempatan Jeliig, apa karena tidak ada Rambu atau tulisan 'Awas Ngebut Benjut!', 
Sehingga laju motornya semakin tambah ngacir aja, apesnya saya ini

sampai ketabrak. Padahal sudah berhati-hati loohh...
   Ternyata berhati-hatipun belum cukup.
Karena keselamatan dalam berlalu lintas sangat tergantung pada pengemudi kendaraan itu sendiri, dan konsekuensi sikap atau tingkah laku pengemudi adalah faktor terbesar yang memegang hampir 90% peranan pada setiap kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, mengoptimalkan upaya pengemudi untuk menjadi yang terbaik dalam bersikap di jalanan adalah merupakan hal yang sangat penting.Baiknya para orang tua agar selalu memberi arahan nasehat kepada anaknya tata cara NUNGGANG MOTOR,  mengemudi yang benar. Kalau kalian para orangtua yang belum tau, nniih... bakul getuk kasih tahu tipnya
Berikut ini adalah tip-tip panduan upaya pengemudi untuk menjadi yang terbaik:
1. Memikirkan Orang Lain ( Consideration for Others)
Anda harus dapat merasakan apa yang akan dirasakan oleh pengemudi lain akibat dari tindakan Anda yang kurang etis di dalam berlalu lintas.
2. Kontrol Temperamen Diri (Control of Temper )
Jangan terlalu agresif terhadap tindakan yang keliru dan salah dari pengemudi lain. Tindakan Anda mungkin mengacaukan konsentrasi mereka dan mendorongnya untuk berbuat lebih bodoh atau tidak reasonable, yang akhirnya juga beresiko terhadap diri Anda dan nyawa mereka. “Jangan ambil kesempatan, dan jangan mendorong orang lain untuk berbuat tidak layak.”
3. Bersikap Sabar ( Be Patience )
Sebagai pengemudi, Anda harus biasakan menahan diri terutama dalam menghadapi situasi “kemacetan lalu lintas” dan antrian panjang (traffic jams of road conghestion). Di mana Anda terdorong untuk keluar dari jalur antrian dan menambah sulit dan macetnya lalu lintas, walau ada contoh yang tidak baik dari pengemudi lain.
4. Penuh Konsentrasi (Good Concentration )
Berkonsentrasi dengan apa yang Anda hadapi adalah hal yang sangat “pokok dan penting” dalam mengemudi. Pengemudi yang handal akan tetap tenang dan waspada terhadap perubahan situasi dan kondisi jalan raya atau menghadapi sikap “brutal” dari pengemudi lain.
5. Hindarkan Gangguan/Interupsi ( Beware of Distraction )
Anda jangan mau dipengaruhi penumpang. Pengemudi adalah bertanggungjawab penuh atas kendaraan, penumpang dan muatan yang diangkut.
6. Hati-hati dengan Obat dan Alkohol (Beware of Alcohol and Drugs )
Dengan menerapkan keenam hal di atas, ditambah dengan pengalaman mengemudi kendaraan Anda selama ini, mudah-mudahan Anda dan kita semua dapat menurunkan angka kecelakaan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum lainnya

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...