Jumat, 14 September 2018

8 jalan mulia menjadi manusia seutuhnya


Jalan Mulia Berunsur Delapan ( The Noble Eightfold Path disingkat 8JMB). Disebut Jalan Mulia karena ini adalah jalan untuk membawa manusia menjadi orang Mulia (lawan katanya adalah "orang rendah budi" atau "kerdil jiwa"). Karena seperti semua budaya bangsa buktikan melalui sejarah bahwa yang layak disebut Orang Mulia adalah orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri, berpandangan luas dan berbuat banyak untuk liyan. Oleh karena itu, inilah 8 JMB itu :
1. Pandangan Benar (Samma ditthi)
2. Pikiran Benar (Samma sankappa)
3. Ucapan Benar (Samma vaca)
4. Perbuatan Benar (Samma kammanta)
5. Mata Pencaharian / Life Style Benar (Samma ajiva)
6. Usaha Benar (Samma vayama)
7. Perhatian Benar (Samma sati)
8. Konsentrasi Benar (Samma samadhi)
Semua itu disusun secara berturutan. Jadi dari nomer yang paling kecil perlu diawali dan dijadikan pondasi untuk nomer2 berikutnya. Karena semuanya berkaitan dengan latihan untuk mengikis ego, maka pada dasarnya adalah pandangan atau paradigma dulu yang harus dikoreksi agar langkah-langkah berikutnya dapat berkembang secara natural.
1. Pandangan Benar (Samma ditthi ; ditthi = pandangan)
Pandangan benar ini artinya adalah memiliki pandangan yang mampu melihat / menembus bahwa segala macam akar persoalan dalam hidup  adalah bersumber dari ego. Dan manakala ego dapat diatasi bahkan dilampaui, maka berakhirlah persoalan di dalam hidup ini.
Karena ego-lah penghalang seseorang mencapai tataran batin yang bening, meluas dan tanpa pusat tanpa tepi.
Setidaknya, melalui analisa dan perenungan awal terhadap persoalan ego ini, maka anda akan sampai pada suatu pengertian bahwa lawan-dari-ego , yaitu : kasih, kemurahan hati, kebaikan, kesabaran, toleransi, dsb adalah hal-hal pondasional yang harus dikembangkan dalam diri anda. Oleh karena itu, Pandangan Benar ini harus di set-up terlebih dulu sebagai basis.
2. Pikiran Benar (Samma sankappa ; sankappa = formasi mental)
Setelah Pandangan-Benar dikembangkan, maka selanjutnya otomatis pikiran-pikiran akan bergerak sesuai dengan arah itu. Dengan kata lain, akan terkembangkan / terbiasakan berpikir untuk tidak berpusat atau bertujuan pada ego. Dengan kata lain, terbiasa berpikir obyektif, luas wawasan, penuh daya juang untuk berpikir untuk menemukan menemukan hal-hal yang hakiki dibalik penampakan-penampakan yang superficial (kulitan).
3. Ucapan Benar (Samma vaca ; vaca = speech)
Secara ringkasnya dulu, maka dapat dikatakan bahwa pikiran adalah sumber pemicu dari perasaan, sikap , ucapan dan perbuatan. Maka bila pikiran belum benar, maka akan musykil mengharap munculnya Ucapan Benar. Karena apa yang diucapkan (dikomunikasikan lisan maupun tulisan) adalah selalu berasal dari pikirannya sendiri.  Bila pikirannya salah, maka sudah pasti ucapannya pun salah.
Tetapi terlepas dari usaha pengembangan Pikiran Benar, maka aspek Ucapan Benar ini tentu dapat juga dilatih secara mekanis melalui suatu kedisiplinan. Yaitu dengan cara selalu eling setiap saat untuk menjaga ucapan agar setiap motivasi berucap adalah dengan refleksi terlebih dahulu apakah motif tujuannya. Bila sesuatu berasal dari niatan yang baik maka oke lah. Dan ini dipandu dengan beberapa panduan mekanis kedisiplinan , seperti misalnya : belajar berkata jujur, tidak mengeluarkan kata-kata kotor / makian, tidak menghasut, tidak bertujuan menyakiti, mengatakan sesuatu tanpa melebihkan / nambah2i atau mengurang2i (alias korupsi ucapan), dsb.
4. Perbuatan Benar (Samma kammanta ; kamma = behaviour)
Kembali lagi ke tujuan pondasionalnya yaitu melatih melampaui ego, maka aspek Perbuatan Benar ini didefinisikan sebagai segala macam perbuatan yang tidak berpusat dari ego.
Perbuatan benar baru bisa dikembangkan apabila mampu mengendalikan diri. Tetapi karena diri itu berasal dari aspek yang di dalam batin mengalir keluar. Maka untuk mampu melaksanakan Perbuatan Benar maka dalam diri seseorang haruslah terkembangkan Pandangan Benar, Pikiran Benar, dan Ucapan Benar. Alangkah sulitnya bagi seorang yang terbiasa berdusta untuk berbuat benar. Mengapa? Karena dusta yang dikatakannya akan menghalangi dia untuk melakukan hal-hal yang benar...karena kedustaan itu sendiri akan membuatnya jadi gengsi / mempertahankan harga-diri bila yang sebenarnya dilakukan.
Tetapi lagi-lagi, terlepas dari usaha secara berturutan mengembangkan aspek2 no.1, 2, 3,  sebelumnya, maka aspek ke-4 Perbuatan Benar ini tentu tetap harus dilatih secara independent, yaitu melalui pengembangan suatu ethical-conduct (tata etika) atau dengan kata lain menempa diri berdisiplin dalam tindakan. Dan apa saja point-pointnnya itu adalah fleksibel tergantung tuntutan sikon kekinian kita masing-masing. Dan buku-buku yang mengulas tentang tata etika dan kemoralan sangat banyak diluaran sana. Dan dari berbagai macam perspektif yang berbeda-beda tentang moral, maka sudah selayaknya mengembangkan kemampuan analisa dan perenungan.
5. Mata Pencaharian / Gaya Hidup Benar (Samma ajiva ; ajiva = mode of living)
Aspek yang lebih luas dari sekedar perbuatan pribadi adalah menyangkut perbuatan pribadi-pribadi di dalam suatu komunitas masyarakatnya. Disini adalah suatu aspek pelatihan diri pribadi dalam hubungan kontribusinya pada lingkungan masyarakatnya. Dengan suatu kenyataan bahwa perbuatan pribadi-pribadi berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada masyarakatnya. Bila perbuatan pribadi-pribadi bersifat positif-konstruktif, maka masyarakat yang terbentuk pun adalah masyarakat yang sehat. Dan pada lanjutnya, pengaruhnya terkembalikan lagi ke masing-masing pribadi itu sehingga lebih mudah melatih dirinya mempraktekkan Dharma.  Seperti yang sering kita mengerti dulu mengenai prinsip Repelita, yaitu bahwa pembangunan hanya bisa terlaksana bila kondisi negeri stabil dan aman. Demikian juga, berlatih Dharma membutuhkan suatu sikon yang kondusif, terutama bagi pemula yang belum cukup kuat untuk menghadapi terjangan keadaan yang tidak kondusif.
Secara praktis, aspek Mata Pencaharian benar ini dapat dirumuskan sebagai gaya hidup ataupun mata pencaharian (profesi) yang memberikan nilai tambah positif bagi masyarakatnya. Jadi jelas, bahwa pekerjaan2 seperti pencuri, penipu, koruptor, penyelundupan, pembajakan, human-trafficking, memperjual-belikan senjata tidak pada tempat / segmentnya, pekerjaan2 yg berhubungan dengan pemusnahan / perusakan / penghancuran /pembantaian, dsb, jelaslah bukan mata pencaharian yang benar.
------------------
Sampai pada point ke-5 ini dulu. Maka anda akan bisa melihat bahwa dari point no.1 & 2 adalah pengembangan pada aspek Hikmat (Wisdom). Sementara aspek 3-5 adalah aspek pengembangan Tata Sikap (Conduct). Semua itu bersifat pondasional yang dapat dilakukan oleh semua orang tanpa pandang bulu agama / kepercayaan. Karena prinsip2 kesehatan jiwa dan sosial itu adalah kasunyatan yang berlaku umum.
Setelah aspek-aspek luar tersebut dapat dilatih dengan baik, maka kita harus ingat kembali, bahwa sumber alasan dari semua latihan itu adalah untuk melatih mengikis bahkan melampaui ego. Dan karena ego adalah suatu hal yang terdapat di dalam batin, maka pelatihan batin adalah hal yang tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, aspek 8JMB selanjutnya adalah Usaha Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar. Ketiga hal ini mencakup aspek pengembangan Batin (Mind) sebagaimana dijelaskan selanjutnya ini :
---------------------
6. Usaha Benar (Samma vayama ; vayama = exert, striving)
Usaha benar didefinisikan sebagai setiap usaha yang berfungsi untuk mengikis ego. Dengan kata lain, suatu sikap batin di dalam diri yang setiap saat Eling dan Waspada untuk berusaha menyadari bahwa pada diri seorang-duniawi maka setiap gerak-gerik pikiran dan perasaan selalu bersumber dari ego. Dengan penyadaran setiap saat itu maka artinya dia telah berusaha benar.
7. Perhatian Benar (Samma sati ; sati = mindfulness) &  8. Konsentrasi Benar (Samma samadhi ; samadhi = absorption)
Dua aspek ini berkaitan dengan bagaimana mengembangkan Perhatian Penuh (sati) dan Konsentrasi (Samadhi) di dalam meditasi. Perhatian Penuh (sati) dikembangkan dalam Meditasi Vipassana atau Meditasi Pandangan Terang atau Meditasi Nyawang Karep. Sementara Konsentrasi dikembangkan dalam Meditasi Samatha.
Karena bersifat teknis dan mendalam maka terlalu panjang bila diuraikan disini. Cukup asal tahu dulu bahwa aspek ke-7 dan ke-8 dari 8 Jalan Mulia adalah ini. Selanjutnya akan dibahas (dan sudah) dibahas pada topik tentang Meditasi seperti yang di-pin pada halaman paling atas page ini.
Pada akhirnya semua dari ke delapan aspek ini akan saling pengaruh-mempengaruhi, saling menguatkan, dan saling menjadikan. Rot-sinorotan, dayan-dinayan, dadi-dumadi. Bagaikan pusaran spiral yang menyatu dalam suatu pribadi yang sadar ke dalam (jumenenging pribadi),  mengangkat jiwa ke plane yang lebih tinggi. Oleh karena itu, secara tradisi adanya perayaan Jumenengan, yang artinya : seorang Raja Luhur bersama para pendereknya harus mampu Jumenengan untuk menyadari dan mengoreksi semestanya dari dalam keluar.
Semua bisa terlaksana bila kita tenang seimbang, tidak tergesa-gesa apalagi mberdughul (bebel; puas diri merasa sudah paling top). Pelan-pelan tapi pasti , asal mau melangkahkan langkah pertama. Inilah asal muasal pemeo "alon-alon waton kelakon". Karena kita bukan memburu hasil duniawi, tetapi hidup ini untuk berlatih jiwa. Tapi walau tidak memburu hasil , kalau anda jalankan maka anda saat itu juga akan merasakan bersih dan "wareg-jiwo" (kenyang jiwa). Karena ini adalah unsur2 dasar makanan utama rohani.
Kalau dirasa dapat bermanfaat mohon dapat membantu membagikan. Dengan demikian anda telah melakukan suatu karma kebajikan yang dapat mendukung perjalanan hidup saudara dan membangun kesehatan masyarakat.
Rahayu!

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...