Senin, 17 September 2018
CINTA
Jumat, 14 September 2018
8 jalan mulia menjadi manusia seutuhnya
Jalan Mulia Berunsur Delapan ( The Noble Eightfold Path disingkat 8JMB). Disebut Jalan Mulia karena ini adalah jalan untuk membawa manusia menjadi orang Mulia (lawan katanya adalah "orang rendah budi" atau "kerdil jiwa"). Karena seperti semua budaya bangsa buktikan melalui sejarah bahwa yang layak disebut Orang Mulia adalah orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri, berpandangan luas dan berbuat banyak untuk liyan. Oleh karena itu, inilah 8 JMB itu :
2. Pikiran Benar (Samma sankappa)
3. Ucapan Benar (Samma vaca)
4. Perbuatan Benar (Samma kammanta)
5. Mata Pencaharian / Life Style Benar (Samma ajiva)
6. Usaha Benar (Samma vayama)
7. Perhatian Benar (Samma sati)
8. Konsentrasi Benar (Samma samadhi)
Pandangan benar ini artinya adalah memiliki pandangan yang mampu melihat / menembus bahwa segala macam akar persoalan dalam hidup adalah bersumber dari ego. Dan manakala ego dapat diatasi bahkan dilampaui, maka berakhirlah persoalan di dalam hidup ini.
Karena ego-lah penghalang seseorang mencapai tataran batin yang bening, meluas dan tanpa pusat tanpa tepi.
Setidaknya, melalui analisa dan perenungan awal terhadap persoalan ego ini, maka anda akan sampai pada suatu pengertian bahwa lawan-dari-ego , yaitu : kasih, kemurahan hati, kebaikan, kesabaran, toleransi, dsb adalah hal-hal pondasional yang harus dikembangkan dalam diri anda. Oleh karena itu, Pandangan Benar ini harus di set-up terlebih dulu sebagai basis.
Setelah Pandangan-Benar dikembangkan, maka selanjutnya otomatis pikiran-pikiran akan bergerak sesuai dengan arah itu. Dengan kata lain, akan terkembangkan / terbiasakan berpikir untuk tidak berpusat atau bertujuan pada ego. Dengan kata lain, terbiasa berpikir obyektif, luas wawasan, penuh daya juang untuk berpikir untuk menemukan menemukan hal-hal yang hakiki dibalik penampakan-penampakan yang superficial (kulitan).
Secara ringkasnya dulu, maka dapat dikatakan bahwa pikiran adalah sumber pemicu dari perasaan, sikap , ucapan dan perbuatan. Maka bila pikiran belum benar, maka akan musykil mengharap munculnya Ucapan Benar. Karena apa yang diucapkan (dikomunikasikan lisan maupun tulisan) adalah selalu berasal dari pikirannya sendiri. Bila pikirannya salah, maka sudah pasti ucapannya pun salah.
Tetapi terlepas dari usaha pengembangan Pikiran Benar, maka aspek Ucapan Benar ini tentu dapat juga dilatih secara mekanis melalui suatu kedisiplinan. Yaitu dengan cara selalu eling setiap saat untuk menjaga ucapan agar setiap motivasi berucap adalah dengan refleksi terlebih dahulu apakah motif tujuannya. Bila sesuatu berasal dari niatan yang baik maka oke lah. Dan ini dipandu dengan beberapa panduan mekanis kedisiplinan , seperti misalnya : belajar berkata jujur, tidak mengeluarkan kata-kata kotor / makian, tidak menghasut, tidak bertujuan menyakiti, mengatakan sesuatu tanpa melebihkan / nambah2i atau mengurang2i (alias korupsi ucapan), dsb.
Perbuatan benar baru bisa dikembangkan apabila mampu mengendalikan diri. Tetapi karena diri itu berasal dari aspek yang di dalam batin mengalir keluar. Maka untuk mampu melaksanakan Perbuatan Benar maka dalam diri seseorang haruslah terkembangkan Pandangan Benar, Pikiran Benar, dan Ucapan Benar. Alangkah sulitnya bagi seorang yang terbiasa berdusta untuk berbuat benar. Mengapa? Karena dusta yang dikatakannya akan menghalangi dia untuk melakukan hal-hal yang benar...karena kedustaan itu sendiri akan membuatnya jadi gengsi / mempertahankan harga-diri bila yang sebenarnya dilakukan.
Tetapi lagi-lagi, terlepas dari usaha secara berturutan mengembangkan aspek2 no.1, 2, 3, sebelumnya, maka aspek ke-4 Perbuatan Benar ini tentu tetap harus dilatih secara independent, yaitu melalui pengembangan suatu ethical-conduct (tata etika) atau dengan kata lain menempa diri berdisiplin dalam tindakan. Dan apa saja point-pointnnya itu adalah fleksibel tergantung tuntutan sikon kekinian kita masing-masing. Dan buku-buku yang mengulas tentang tata etika dan kemoralan sangat banyak diluaran sana. Dan dari berbagai macam perspektif yang berbeda-beda tentang moral, maka sudah selayaknya mengembangkan kemampuan analisa dan perenungan.
Secara praktis, aspek Mata Pencaharian benar ini dapat dirumuskan sebagai gaya hidup ataupun mata pencaharian (profesi) yang memberikan nilai tambah positif bagi masyarakatnya. Jadi jelas, bahwa pekerjaan2 seperti pencuri, penipu, koruptor, penyelundupan, pembajakan, human-trafficking, memperjual-belikan senjata tidak pada tempat / segmentnya, pekerjaan2 yg berhubungan dengan pemusnahan / perusakan / penghancuran /pembantaian, dsb, jelaslah bukan mata pencaharian yang benar.
Karena bersifat teknis dan mendalam maka terlalu panjang bila diuraikan disini. Cukup asal tahu dulu bahwa aspek ke-7 dan ke-8 dari 8 Jalan Mulia adalah ini. Selanjutnya akan dibahas (dan sudah) dibahas pada topik tentang Meditasi seperti yang di-pin pada halaman paling atas page ini.
Rabu, 12 September 2018
Ngawurisme Religi
Senin, 10 September 2018
KAMPRET
Itulah makanya saya katakan sebagai "meningkatnya aktivitas setan". Alias masuk ke era zaman wolak-walik. Setan kuwalik.
Begitulah penjelasannya.
#NGACA
2:7 Allah telah memberi meterai (penutup) pada hati mereka dan atas pendengaran mereka, dan atas penglihatan mereka adalah cadar. Dan bagi mereka adalah hukuman yang besar.
2:8 Dan dari orang-orang ada yang mengatakan, "Kami percaya kepada Allah dan Hari Terakhir," tetapi mereka bukan orang percaya.
2:9 Mereka [berpikir] menipu Allah dan orang-orang yang percaya, tetapi mereka tidak menipu kecuali diri mereka sendiri dan tidak melihat [itu].
2:10 Di dalam hati mereka adalah penyakit, sehingga Allah telah meningkatkan penyakit mereka; dan bagi mereka adalah hukuman yang menyakitkan karena mereka [biasanya] terbiasa berbohong.
Coba aja ngaca diri seperti melihat di cermin dan periksa isi pikiran dan hatimu! Masa sering berbohong dan bikin hoax tidak bisa merasa???
Karena setiap pengajian hanya mengelus-elus memanjakan setanmu (egomu)!
Dan mereka mencari nafkah dari itu, karena kalau menguak egomu kamu tidak mau mendengar...dus artinya mereka tidak mendapatkan nafkah.
Apakah ini artinya bukan MENJUAL KEBENARAN seperti yang ditegur pada Quran 2:174 yang kamu tanyakan???
Kalau benar tidak ada kesombongan, maka seharusnya tidak menangkis argumen dengan menggunakan sikap defensive-agresive semacam demikian ketika dirinya sendiri yg memulai mengajak berdebat.
Walau kau memandang orang lain lebih pintar, itu belum tentu dia orang pintar. Bisa jadi dia bodoh, tapi kamunya yang super dungu.
By. Facebook Danzsuchamda
Ilustrasi : Pohon Kehidupan di tengah malam. Dikira buah eh jebul kampret.
Minggu, 02 September 2018
Politisasi Agama
POLITISASI DOGMA-DOGMA DARI TIMUR TENGAH DAN BARAT
Ini tulisan terpanjang dan tergalau saya setelah bertemu Rama Jati juga pemangku adat agama-agama lokal nusantara lainnya. Monggo dihayat dan disimak secara seksama biar pada mengerti. Untuk mengetahui bagaimana politik agama di Indonesia.
Belum lama ini Din Samsudin dewan pengarah Majelis Ulama Indonesia menyatakan Sunda Wiwitan tidak bisa disebut agama, dengan alasan Sunda Wiwitan tidak ilmiah. Apa yang dimaksud ilmiah dalam pernyataan Din Samsudin? ini jelas kesalahan fatal orang yang tidak cukup kuat memahami academic theory of religion.
Dalam penelusuran saya studi agama di Indonesia dan yang kemudian dipakai oleh negara sebagai rujukan teori agama bukan hasil studi filsafat agama yang kuat. Pun demikian, kebenaran agama di Indonesia bukan kebenaran falsafati atas makhluk yang disebut sebagai agama.
Konstruksi agama di Indonesia tidak lebih sebagai konstruksi politik. Inilah yang saya sering sebut dengan "religionisasi", yakni politik agama dan kebenaran atas agama bukan kebenaran oleh filsafat agama, melainkan kebenaran oleh keinginan politik kelompok dominan, atau yang menurut Daniel Dakhidai disebut sebagai religious discourse atau juga Islamic politicy.
Bangunan konsep agama di Indonesia dimulai dari mendefinisikan apa yang dimaksud dengan agama? Dan pendefinisian atas agama yang pada dasarnya abstrak itu menggunakan pola yang oleh Wilfred Centwell Smith disebut sebagai "Reifikasi" yakni membendakan sesuatu yang bersifat abstrak.
Definisi bermula dari tawaran pemikiran Prof. DR. Mukti Ali yang notabenenya murid Prof. Smith di atas pada tahun 1952, sepulangnya nyantri di Amerika. Menggunakan kategorisasi yang dipakai oleh model studi Emile Durkheim juga Leonard Swedler, Prof. Mukti Ali mengkategori sebuah keyakinan yang disebut agama.
Sayangnya ketegori agama yang dibuat Mukti Ali keluar dari konsep Durkheim maupun Swedler. Jika Swedler mengkategori agama dengan unsur: credo, code, cult dan community, atau Durkheim mengkategori menjadi keyakinan (believe), ritual dan komunitas, sementara Mukti Ali mengkategori dengan "adanya konsep tuhan, wahyu/kitab suci, punya nabi dan punya umat di banyak negara.
Dengan kategori ini, kelompok keyakinan yang tidak dianggap memiliki konsep seperti yang diusulkan Mukti Ali dianggap bukan agama, dengan konsekuensi hak-hak keagamaannya hilang dengan otomatis. Inilah yang saya sebut proyek religionisasi.
Kalau ditelusuri lebih mendalam konstruksi yang dibuat oleh Mukti Ali sebenarnya bias dari model keagamaan Abrahamik Religion (agama-agama Ibrahim/Yahudi, Kristen dan Islam), sehingga di luar rujukan itu tidak dianggap sebagai agama.
Pada tahun 1961 pemerintah secara resmi mengadopsi teori agama ala Mukti Ali dan menjadi patokan menyebut satu keyakinan sebagai agama atau tidak. Rumusan itu awalnya ditolak oleh umat Hindu Bali, Budha dan Konghucu. Sedang agama lokal yang saat itu dikomandoi oleh Mr. Wongsonegoro tetap dicurigai sebagai aliran sesat dan sempalan dari agama induk.
Namun karena kuatnya arus mainstream, terutama Islam yang didukung oleh Kristen, Umat Hindu Bali dan Budha mengalah dan menerima konsep Mukti Ali tentang kategori agama, dan seakan dewa-dewa Hindu sebagai Tuhan, Kitab Tripitaka sebagai kitab suci, sedang Budha Sidharta Gautama seakan Tuhan dan Weda sebagai kitab sucinya. dan seterusnya. Insiden ini terjadi pada 1963.
Di pihak lain karena jumlah penghayat kepercayaan yang diurus oleh Mr. Wongsonegoro terus menggeliat, maka umat Islam terutama semakin blingsatan, sementara musuh bebuyutannya yakni Kristen juga berkepentingan untuk penyebaran misinya. Dialog antar agama pada 1962 deadlock dan hanya semakin menguatkan saling kecurigaan dan merasa saling terancam "feeling threathened" kata Mujiburrahman.
Menguatkan organsasi penghayat, dan insiden pemberontakan serta ketakutan yang besar atas Partai Komunisme yang juga menguat, maka Presiden Soekarno mengeluarkan Kepres tentang Perpu (pengganti undang-udang) yang kita kenal UU No.1 tenang PNPS tahun 1965. Yang di dalamnya secara resmi menyebutkan 6 agama yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu, serta mengakui agama memberi pengakuan tanpa pemberian fasilitas terhadap Yahudi, Sinto dan Zoroaster. Sementara kepercayaan lokal terus dicurigai dan didiskriminasi justru melalui peraturan pengganti undang-undang.
Tidak lama Soekarno terkudeta oleh Soeharto menurut versi Jhon Rossa dalam bukunya "Dalih Pembunuhan Massal". Di lain pihak Islam dan Kristen saling rebutan proyek penyebaran agama. Maka pada 1967 Kementerian agama menyelenggarakan dialog antar umat beragama, utamanya antara Islam dan Kristen yang kurang lebih mirip anjing dan kucing.
Dalam pidato pembukaan, Presiden Soeharto menyatakan "hendaklah jangan menyebarkan agama kepada orang yang sudah beragama, tetapi kepada mereka yang belum beragama". Nah, berspekulasilah Islam dan Kristen, tentang siapa yang dianggap belum beragama dan ladang penyebaran agama (ladang dakwah dan ladang misionaris).
Maka mata kedua agama besar ini tertuju kepada penganut kepercayaan, karena lagi-lagi merujuk pada definisi kategorial agama yang dibuat oleh Prof. Mukti Ali dan dipakai secara resmi oleh Kementerian Agama, Jaksa Agung dan hampir semua lembaga negara yang mengurusi agama.
Dari sini bisa saya tegaskan bahwa kebenaran agama di Indonesia bukan kebenaran falsafati, melainkan kebenaran maunya "mayoritas". Dengan demikian karena Din Samsudin produk lama atau produk expired dalam studi agama, maka dia mengatakan Sunda Wiwitan tidak ilmiah.
Agama kok ilmiah..? Ilmiah dari Hongkong kaleee cah..
Kita lanjutkan pada konstruksi menjadi agama. Hal penting dalam politik menjadikan satu keyakinan (believe) sebagai agama berawal dari mendefinisikan "apa itu agama?" Agama oleh Prof. Mukti Ali yang kemudian diadopsi oleh negara menjadi definisi resmi agama oleh Kementerian Agama dan oleh sebagian besar dan mungkin 90 % masyarakat Indonesia memakai definisi itu.
Definisi agama berangkat dari kategori, harus punya konsep ketuhanan, dan ketuhanan itu harus mono --- monotheistik, di luar konsep monotheistik tidak diakui. Nah lagi, karena tiga agama ibrahimi (Yahudi, Kristen dan Islam) mengaku sebagai penganut monotheistik tulen, maka tuhannya pun kemudian dipersonifikasi menjadi Tuhan Yang Esa.
Orang-orang NU dan Muhammadiyah serta Tarbiyah Islamiyah kemudian mengotak-atik Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" menjadi konsep tauhid dan menempelkan pada sila pertama itu surat al-Ikhlas "qulhu wallahu ahad" (katakanlah hai Muhammad Allah itu satu). Agak maksa sih hahahaha..
"Pemerkosaan" Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam perspektif agama Ibrahimi ini oleh Jeremy Manchic disebut sebagai "Godly nationalism" (nasionalisme berketuhanan), yakni masyarakat nasional yang harus mempercayai tuhan dan tuhannya pun harus sama dengan pemahaman agama-agama resmi negara. Tuhan selain made in 3 agama besar di Indonesia tidak diakui, bahkan menjadi obyek tuhan kutukan.
Oleh karena keyakinan/kepercayaan lokal masih cenderung menganut sistem tuhan yang polytheis, maka serta-merta tidak bisa diakui sebagai agama oleh kelompok dominan yang kemudian menjadi sikap resmi negara soal makhluk yang disebut tuhan. Jadi Tuhan pun di Indonesia sebenarnya adalah tuhan yang "dimakhlukkan" atau yang dikonstruksi oleh kelompok agama dominan, melalui proses pembendaan dan personifikasi yang merupakan varian lain dari "reifikasi". Dan konstruksi tuhannya-pun harus mirip tuhan Timur Tengah. Dalam bahasa Ibnu Arabi disebut illah al-mu'taqad atau al illah allazi fi al 'itiqad, atau al illah al makhluk fi al mu'taqad (Tuhan yang dikonstruksi, Tuhan yang diciptakan dalam konstruksi).
Pada dasarnya bagi masyarakat Nusantara yang punya segala-galanya, alias beda dengan Timur Tengah yang saat itu hanya punya pasir dan bukit-bukit. Orang Nusantara dalam kosmologinya, baik orang Jawa, Melayu, Sunda, Dayak dan Papua sekitarnya selalu memahami pandangan akan dunia yang duel, alam atas dan alam bawah. Konstruksi tentang tuhannya pun cenderung majemuk.
Bagi orang Timur Tengah tidak kenal kosmologi alam model Nusantara, Karena masyarakat yang diaspora dan nomaden, orang Timur Tengah butuh satu simbol pemimpin, yang akhirnya melahirkan konsep Tuhan Yang Satu, sebab kalau tuhan banyak, Para Tuhan akan berantem.
Bagi orang Nusantara memandang alam bawah dan alam atas dengan pandangan yang harmonis. Di hutan ada kekuatan adi kodrati, sehingga mereka memaknai hutan isinya bukan sekedar tempat tinggal dan mencari makan, tetapi menjadi tempat tambatan spiritualitas, pun demikian dengan gunung dan sungai-sungai.
Timur Tengah selain Sungai Eufrat dan Tigris nyaris tidak ada sungai, menyeberang ke Mesir baru ada Sungai Nyl, maka sebenarnya pandangan orang Persia yang punya sungai agak mirip dengan sistem dewa dan ketuhanan orang Nusantara. Masalahnya Nabi Muhammad enggak pernah lihat sungai dan hutan seperti di Indonesia dan di Eufrat dan Tigris, maka konsep monotheisnya menjadi terpersonifikasi. Tuhan dimaknai sebagai Maha Pencemburu "jangan kau duakan aku" (atau jangan kau serikatkan aku). Tuhan dalam Islam itu paling males dipoligami, hukumannya merupakan dosa tak terampunkan dalam Islam jika menduakan tuhan dengan sebutan syirik sifatnya, musyrik orangnya.
Lalu bagaimana konsep tuhan ala Timur Tengah di embededkan ke bumi Nusantara atau ke negara-negara jajahan? jelas melalui bantuan ilmuwan antropologi dan sosiologi agama. Dari sini anda harus kembali mengingat studi EB. Taylor, James Frezer (evolusi agama) dan menyebut agama-agama orang Nusantara dan daerah jajahan lainnya sebagai agama primitive, animisme dan dinamisme, demikian dikuatkan dengan sosiologi agama sejak dari Emile Durkheim, Mircea Elliade, bahwa jiwa sosial adalah jiwa agama.
Nah, cara menjajahkan agama Barat ini mereka menggunakann proyek civilization atau proyek memperadabkan orang-orang primitif, karena merasa agamanya sudah lebih mapan dengan pernak-pernik dogma serta sudah berselingkuh dengan kuasa yang sentral dan sakral. Isu yang dimainkan, kalau ingin menjadi orang beradab jadilah atau ikutlah bersama kami atau masuklah bersama agama kami.
Ini terjadi sebelum tahun 1962, Kristen utamanya Katolik Roma mendalil "extra eclesiam nulla salus" (di luar gereja tidak ada keselamatan). Teori ini direplikasi oleh Islam menjadi "Inna al dina 'indallahi Islam... waman yabtaghi ghaira al Islamadina fala yuqbala minhu, fahua fil akhirati minal khasirin" (sesungguhnya ad diin di sisi Allah adalah Islam, siapa yang memilih ad diin selain Islam, maka tidak diterima ad diinnya itu dan mereka di akherat termasuk orang yang merugi).
Melalui proyek inilah Islamisasi dan Kristenisasi sebagai sesama dogma pasar menjadi masif. Orang-orang Nusantara ditakut-takuti tidak akan selamat jika tetap memeluk agamanya yang oleh Kristen dan Islam dianggap primitif.
Untuk Kristen, terutama Katolik pada tahun 1962 ke sini mengalami pertobatan, tidak lagi menganggap agama lokal sebagai primitif, bahkan Katolik saat ini sangat akomodatif terhadap budaya lokal, Tentu ini salah satunya berkat jasa para orang terpanggil seperti Rudolf Otto, Karl Rahner, Raimundo Panikar, Hans Kung dan lainnya. Sementara Islam masih melanjutkan proyek Islamisasi dengan pola abad kegelapan itu. Namun demikian sebagian Kristen kharismatik, Mormonism dan sebagian aliran Amerika masih melakukan misionarisnya, inilah kenapa antara Islam dan Kristen di Indonesia mirip kayak anjing dan kucing rebutan tulang..........
Oleh:Bekti Hartawan
Monggo diunjuk.
Selasa, 21 Agustus 2018
TEMPRAMEN DI JALAN
Aksi kebut-kebutan yang biasanya dilakukan oleh para ABG di jalan raya tentunya sangat meresahkan masyarakat. Karena aksi tersebut bisa-bisa membahayakan nyawa si pengendaranya sendiri maupun sesama pengguna jalan lain. Apalagi bila kebut-kebutan tersebut dilakukan di jalan-jalan kampung, tentunya resikonya akan lebih besar lagi karena banyaknya anak-anak kecil yang sering main
Makanya untuk menangkal aksi kebut-kebutan tersebut, biasanya di jalan-jalan kecil di kampung sering dijumpai gundukan kecil-kecil dengan jarak tertentu per gundukan. Atau dengan menggunakan peringatan berupa tulisan "Awas Ngebut Benjut!" yang artinya kira-kira, awas kalo ngebut bisa babak belur. Bisa babak belur karena dihajar oleh aspal atau dihajar oleh para warga.
Sebaiknya kalo sedang melewati jalanan ramai jangan sampai ngebut deh, karena bukan cepat sampai tujuan yang didapat melainkan malah kena apes.
Seperti yang kemari Bakul getuk alami di perempat an Jeliig itu, sampai sampai bonyok babakbelur begini,
Entah apa yang membuat anak itu tetap tancap gas memacu motornya kenceng-kenceng. Ketika mau melewati prempatan Jeliig, apa karena tidak ada Rambu atau tulisan 'Awas Ngebut Benjut!',
Sehingga laju motornya semakin tambah ngacir aja, apesnya saya ini
sampai ketabrak. Padahal sudah berhati-hati loohh...
Ternyata berhati-hatipun belum cukup.
Karena keselamatan dalam berlalu lintas sangat tergantung pada pengemudi kendaraan itu sendiri, dan konsekuensi sikap atau tingkah laku pengemudi adalah faktor terbesar yang memegang hampir 90% peranan pada setiap kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, mengoptimalkan upaya pengemudi untuk menjadi yang terbaik dalam bersikap di jalanan adalah merupakan hal yang sangat penting.Baiknya para orang tua agar selalu memberi arahan nasehat kepada anaknya tata cara NUNGGANG MOTOR, mengemudi yang benar. Kalau kalian para orangtua yang belum tau, nniih... bakul getuk kasih tahu tipnya
1. Memikirkan Orang Lain ( Consideration for Others)
Anda harus dapat merasakan apa yang akan dirasakan oleh pengemudi lain akibat dari tindakan Anda yang kurang etis di dalam berlalu lintas.
2. Kontrol Temperamen Diri (Control of Temper )
Jangan terlalu agresif terhadap tindakan yang keliru dan salah dari pengemudi lain. Tindakan Anda mungkin mengacaukan konsentrasi mereka dan mendorongnya untuk berbuat lebih bodoh atau tidak reasonable, yang akhirnya juga beresiko terhadap diri Anda dan nyawa mereka. “Jangan ambil kesempatan, dan jangan mendorong orang lain untuk berbuat tidak layak.”
3. Bersikap Sabar ( Be Patience )
Sebagai pengemudi, Anda harus biasakan menahan diri terutama dalam menghadapi situasi “kemacetan lalu lintas” dan antrian panjang (traffic jams of road conghestion). Di mana Anda terdorong untuk keluar dari jalur antrian dan menambah sulit dan macetnya lalu lintas, walau ada contoh yang tidak baik dari pengemudi lain.
4. Penuh Konsentrasi (Good Concentration )
Berkonsentrasi dengan apa yang Anda hadapi adalah hal yang sangat “pokok dan penting” dalam mengemudi. Pengemudi yang handal akan tetap tenang dan waspada terhadap perubahan situasi dan kondisi jalan raya atau menghadapi sikap “brutal” dari pengemudi lain.
5. Hindarkan Gangguan/Interupsi ( Beware of Distraction )
Anda jangan mau dipengaruhi penumpang. Pengemudi adalah bertanggungjawab penuh atas kendaraan, penumpang dan muatan yang diangkut.
6. Hati-hati dengan Obat dan Alkohol (Beware of Alcohol and Drugs )
Jumat, 17 Agustus 2018
MERANTAU MEMBUATMU Mengerti
Adakah yang perlu dirisaukan ketika kamu meninggalkan zona nyaman demi menjemput kesuksesan?
Berbahagialah kalian yang pernah atau sedang berjuang di Perantauan.
Rumah dan kampung halaman adalah tempatmu tumbuh dan dibesarkan. Setiap sudut rumah dan kota tempatmu tinggal menyimpan kenangan yang tak mudah dilupakan.
Setidaknya kamu tak pernah merasa sendiri.
Pergi merantau bukanlah pilihan yang luar biasa. Toh di luar sana ada banyak orang yang melakukan hal yang sama. Seorang temanmu yang mungkin sengaja merantau ke Jogja demi bisa kuliah di kampus impiannya. Sementara, teman sebangkumu di SMA akhirnya memilih bekerja di Brunei lantaran berharap gaji yang tinggi dan kehidupan yang lebih baik.
Daripada daerah asal, tanah perantauan bisa jadi lebih banyak menawarkan kesempatan. Di Pulau Jawa misalnya, ada deretan nama-nama kampus ternama yang jadi tujuanmu menuntut ilmu. Di Malaysia, Singapura atau Brunei darussalam misalnya, ada perusahaan-perusahaan besar yang menawarkan berbagai lowongan pekerjaan yang bisa kamu jajal. Selain itu, kota atau negara tujuan bisa jadi punya lebih banyak fasilitas yang menawarkan kemudahan bagi hidupmu.
Memang belum tentu tanah rantau itu akan nyaman bagimu. Bukan tak mungkin setiap minggu kamu begitu rindu untuk pulang ke rumah, hangat dalam dekap Ibu. Bersama ARC kita bisa merasakan kehangatan suasan kampung halamanmu Broow..... Bukankah setiap akhir yang manis selalu dimulai dengan perjuangan
Terbiasa kumpul bareng komunitas ARC seperti kumpul bersama keluarga dan teman-teman terdekat memang menyenangkan.
Ketika merantau, keadaan memang mengharuskanmu untuk hidup sendiri. Jauh dari keluarga dan teman-teman dekat justru menjadikanmu terlatih hidup mandiri. Perkara kebersihan kamar kos bisa kamu tangani. Kebutuhan makan 3 kali sehari juga bisa kamu cukupi. Selain itu, kesendirian kian melatihmu semakin mawas diri. Setiap keputusan dan sikap yang kamu ambil akan baik-baik dipikirkan akibat dan konsekuensinya.
Akrab dengan gaji yang terbatas atau uang kiriman yang serba pas, kamu pun paham: hidup hemat adalah sebuah bentuk perjuangan
Sementara, kamu mungkin akan merasa tempat perantauan terlalu kejam. Apalagi, saat harus mengakrabi gaji yang terbilang kecil atau uang kiriman orang tua yang pas-pasan. Betapa kamu harus berjuang menahan nafsu jajan atau keinginan untuk berbelanja. Segala kebutuhanmu pun harus serba diminimalkan demi bisa bertahan hingga akhir bulan.
Tapi, pengalaman ini setidaknya mengajarkanmu bahwa hidup hemat adalah sebuah keharusan. Paham rasanya hidup pas-pasan kamu pun tak lagi impulsif saat sedang punya banyak uang. Kamu mengerti betapa pentingnya menabung dan membagi penghasilan jadi beberapa bagian. Setelahnya, kamu pun semakin bijaksana mengatur keuanganmu sendiri.
Merantau membuatmu mengerti bahwa kebebasan yang kamu punya selalu datang sepaket dengan konsekuensinya
Apa sih arti kebebasan menurutmu? Saat masih remaja, kamu mungkin merasa kebebasanmu direnggut ketika tak diijinkan keluar rumah saat malam minggu. Kamu kesal ketika tak diperbolehkan pergi camping dengan teman-teman sekelasmu. Kamu pun merasa tak terima ketika dilarang punya pacar oleh orang tua, sedangkan teman-teman sebayamu hampir semuanya sudah punya pasangan.
Ketika akhirnya hidup sendiri di perantauan, makna kebebasan tak lagi terdengar sederhana. Meski tak ada orang tua yang selalu mengawasi kegiatanmu sehari-hari, kamu justru tak mau bertindak seenaknya. Di usia dewasa, kamu mengerti bahwa segala yang kamu lakukan harus bisa dipertanggungjawabkan. Meski tinggal sendiri dan bebas melakukan apa saja, kamu akan baik-baik memilah-milih mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan.
Dalam hidup, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai pilihan. Tak jarang kita merasa bingung saat akan mengambil keputusan. Di saat inilah pendampingan orang tua dan teman-teman ARC selalu bisa diandalkan. Teman-teman di Komunitas ARC bisa jadi tempatmu berbagi cerita, juga keluarga yang akan selalu siap menopangmu dalam segala kondisi.
Lepas dari segala kenyamanan dan dukungan sosial yang sebelumnya kamu punya, kamu pun akan terlatih untuk menggunakan instingmu. Ketika dihadapkan pada suatu pilihan, kamu akan lebih sering merenung dan bertanya pada diri sendiri – “apakah pilihanku sudah tepat? apakah segala sebab dan akibatnya sudah aku pikirkan masak-masak?” Selain itu, mengasah kepekaan atau insting membuatmu kian percaya diri menjalani setiap tantangan dalam hidup.
Manusia memang tak bisa lepas dari kehidupan sosial. Meski lama meninggalkan keluarga dan teman-teman di kampung halaman, bukan berarti kamu harus hidup sendiri dan kesepian. Di ARC KORWIL BRUNEI menawarkan kesempatan untukmu menemukan teman-teman dan keluarga baru. Meski berasal dari daerah yang berbeda-beda, ARC kita bisa adalah tempat yang menyatukan kalian di tanah Rantau.
Setelah pergi merantau dan jauh dari keluarga, kamu pun merasakan berbagai perasaan yang tak kamu sadari sebelumnya. Betapa tinggal sendiri membuatmu selalu merindukan suara ayah dan ibumu atau suami /istri maupun anak. Meski kadang dibuat kesal, dengan kelakuan nakal nya nyatanya selalu bisa menceriakan hari-harimu.
Ya, pulang adalah momen yang akan selalu kamu rindukan.
Bisa pulang ke rumah dan kumpul bersama keluarga adalah sebuah kemewahan. Merantau membuatmu mengerti bahwa keluarga lah harta yang paling berharga – mereka yang bisa menerimamu dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kamu punya.
Merantau memberimu kesempatan menjelajah tempat-tempat baru, setelahnya kamu pun akan menemukan sebenar-benarnya dirimu
Terkungkung dengan pendapat orang-orang terdekat dan berbagai norma sosial bisa jadi menghambat dirimu untuk berkembang.
Merantau akan membuka matamu pada berbagai hal-hal baru. Menuntunmu menuju sesuatu yang benar-benar kamu inginkan selama ini. Menemukan apa yang sebenarnya jadi panggilan hidupmu. Pekerjaan atau profesi seperti apa yang kamu inginkan, bidang apa yang ingin kamu tekuni, atau hidup seperti apa yang ingin kamu jalani? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terbayar lunas, terjawab tuntas ketika kamu berani melangkahkan kaki jauh dari rumahmu.
Apakah saat ini kesuksesan sudah berhasil digenggam, ataukah kalian masih harus jatuh bangun melanjutkan perjuangan?
Apapun itu, semoga kamu tetap semangat menjalani hidupmu di perantauan, ya!
PREPEGAN
– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...
-
Oh coba kawan kau dengar ku punya cerita tempat biasa ku berbagi rasa suka duka tinggi bersama di … di balik ramainya Yogya * mari sini ...
-
Selamat petang kali ini Bakul getuk mau bagi info pariwisata kebumen destinasi wisata yang berpotensi untuk menjadi tujuan liburan paling ...
-
Selamat malem sobat bakul getuk semoga kabar baik selalu menyertai kita Amiinn.... Minggu 13/5/2018 bersama komunitas ARC korwil Brune...
-
Halo para calon tki juga keluarga tki kamu harus baca tulisan Bakul getuk yang ini. BMI atau buruh migran Indonesia untuk istilah lumrahn...
-
Semenjak mendapat gelar ‘anak rantau’, weekend menjadi waktu yang sangat membingungkan. Apalagi buat para BMI yang jauh dari keluarga....
-
Susi mengayun-ayunkan kakinya yang bebas di bawah meja kayu rumahnya Tangan kirinya memegang sebuah buku dan tangan kanannya sibuk m...
-
Allegori tentang ego dianggep ada mahluk diluar sana. Jangan heran pada kacau semua. Nyalahkan yg diluar tidak pernah koreksi introspeks...