Sabtu, 12 Mei 2018

Sepirituaal keTuhanan

KETEMU TUHAN BUNUH TUHAN

Banyak orang mengatakan percaya pada Tuhan, sebenarnya tidak percaya pada Tuhan. Yang mereka lakukan adalah percaya pada kepercayaan, ...atau percaya pada sumber kepercayaan (kitab, institusi, dsb).
Pada dasarnya menjadi hidup adalah dipenuhi ketidakpastian, ketakutan dan kecemasan eksistensial. Artinya, ego tidak ingin musnah. Maka ia mencari sesuatu yang diluar ketidakpastian yaitu kepastian. Kesementaraannya menjadikan ia haus akan keabadian.
Maka ketika ada sesuatu yang dapat direngkuhnya untuk dipercayainya memberikan kehausan itu, maka ia segera menggenggamnya erat-erat. Apapun namanya tidak menjadi soal selama itu bisa menghibur egonya. Apapun jenis nama atau modelnya, cuman soal kebetulan dimana benih itu lahir dan dibesarkan. Selebihnya  hanya ornamental basa-basi untuk lebay demi baper. Perasaan adalah the Great Deceiver (sang penipu besar).
Ia sebetulnya tidak peduli dengan Maha Esa (Maha Sebagaimana Apa Adanya). Ia menolak segala yang Tuhan nyatakan Apa Adanya. Hidupnya pilah-pilih. Pilah pilih yang baiknya saja sesuai yg dipercayai egonya. Bila yang Maha Hadir tidak sesuai dengan yang dipercayai dirinya, maka ia menolaknya.
Dus, yang ia pedulikan hanyalah agar rasa percaya pada kepercayaannya tidak ada yang mengusiknya. Seandainya pun Tuhan sendiri yang muncul menegurnya di jalan padang gersang hidupnya, maka ia akan segera membunuh Tuhan yang mengusik kepercayaan kesayangannya.  Bagai "kumbang suci" (nama aslinya : kumbang tahi) yang lebih cinta pada kotoran kesayangannya dan membawa2nya kemana pun ia pergi berharap suatu saat dapat terbang ke langit ketika sudah tumbuh sayapnya.Tahi nya mataharinya.
Itu yang menjadi simpul persoalan segala kebebalan itu.
Manusia beragama pada dasarnya hanya percaya pada kepercayaan.
Believe in belief.
Not believe in God.
Itulah agama Firaun yang dilambangkan diberi simbol "Scarab" ("kumbang suci" padahal sebenarnya "kumbang tahi sapi").
Ssst...ingat sesuatu yang disini bangetzz??
Rahayu!

Selasa, 08 Mei 2018

REMPEYEK UNDUR-UNDUR PECEL KWBUMEN


Menu yang satu ini memang sudah tak asing lagi. Terutama bagi warga sekitar Kebumen, Gombong, Banyumas dansekitarnya. Makanan beraroma pedas ini rupanya memang banyak penikmatnya.
Di Kota Kebumen pecel terdapat di beberapa tempat yang biasanya dijadikan ikon tempat wisata pantai-pantai di Kebumen.
Enaknya, menu nasi pecel ini bisa dinikmati kapan saja khususnya hari libur di pantai Bercong, maupun Petanahan Kebumen. Tak hanya nikmat disantap saat sarapan pagi. Untuk sajian makan malam pun mengundang selera.
Nasi pecel dengan pincuk daun pisang ini sepertinya menambah kesan tersendiri bagi penikmatnya. Khas dari nasi pecel ini adalah pilihan lauknya yang lengkap. Struktur peyeknya tipis renyah nan gurih. Seporsinya dibanderol Rp 7 ribu looh...
Eitss .. kalau mau nambah lauknya bayar lagi ya.. Untuk sajian satu porsi pecel ini terdiri atas nasi dengan pilihan sayur kecambah dan daun kenikir. Kemudian, dilumur sambal kacang yang di tasnya ditutupi dengan peyek teri atau peyek kacang. Untuk wadah, penikmatnya bisa pilih pesanan dengan piring atau dipincuk dengan daun pisang. Terserah selera aja.
Atau mau yang alami juga ada dan yang membuat betah itu adalah mbah-mbah cantik. Ya penyaji nasi pecel ini akrab disapa mba TiTin.
Ciri khas dari nasi pecel satu ini adalah rasanya. Perpaduan rempah alaminya membuat cita rasa tradisional masih kental. Seporsi dihargai Rp 7 ribu juga dan bisa nambah lagi sesuai lauk yang dipilih.
Setiap hidangan untuk per wadah terdiri Ketupat dengan porsi cukupan. Pilihan sayurnya kecambah, daun kenikir, daun singkong hingga daun papaya. Peyeknya juga nggak kalah menarik, ya peyek kacang nan gurih. Mba TiTin biasa menyajikan satu porsi menunya dalam bentuk pincuk daun pisang.
Ada juga menu peyek undur-undur looh...
Kalau nasi pecel yang satu ini memang  Ciri khas cita rasanya terletak pada Undur-undur (hewan Laut yang sering di temukan di pantai)  juga sambal pecelnya yang kental dan sangat kuat rasa kacangnya yang gurih.
Tidak hanya itu, dalam satu porsinya terdapat tambahan Rempeyek undur-undur yang disandingkan dengan mendoan. Hmmm…pasti kriukkk dan renyah. Benar-benar ..yummy.
Untuk satu porsinya dibanderol Rp 8 ribu. Tapi, ingat yaaaa itu belum termasuk tambahan lauk dan minumnya. Porsi nasi untuk pecel ini juga cukupan. Biasanya, dengan pilihan sayur kecambah dan daun singkong. Kemudian, disiram sambel kacang. Di atasnya ditambah pesek undur-undur dan mendoan anget, selamat berwisata di pantai-pantai Kebumen jangan lupa nikmati kuliner PECEL REMPEYEK UNDUR-UNDUR KEBUMEN yaaa...

Meningkatkan Plafon rejeki


Minggu, 06 Mei 2018

Siapakah wali songo

RUNTUHNYA KERAJAAN HINDU-JAWA DAN TIMBULNYA NEGARA-NEGARA ISLAM DI NUSANTARA

Kisah kehancuran Majapahit, yang diiringi oleh bertumbuhnya negara2 Islam di bumi Nusantara, menyimpan banyak sekali fakta sejarah yang menarik untuk diungkit kembali. Sebagai kerajaan tua di tanah Jawa, Majapahit bukan saja menjadi ikon dari puncak kemajuan peradaban Hindu-Jawa, tetapi juga bukti sejarah tentang PERGULATAN POLITIK (Internasional, Nasional dan Regional) yang terjadi di tengah proses Islamisasi pada masa peralihan, menjelang dan sesudah keruntuhannya.
Para sejarawan benar2 menguras energi untuk mengungkap latar dan motif dibalik kehancuran Majapahit. Tetapi sungguh amat disayangkan, belum banyak sejarawan yang mencurahkan perhatiannya pada peran orang-orang Cina Mongol (Yuan) dalam Islamisasi yang turut mengantar Majapahit ke ambang berakhir kejayaannya. Arus utama penulisan sejarah masih dikuasai oleh kecenderungan untuk menganggap Islam Nusantara sebagai derivat dari Islam "Arab" -- varian Islam yang dianggap lebih otentik dan "murni".
Prof.Slamet Muljana adalah salah satu di antara yang sedikit itu. Kegigihannya melacak asal-muasal keruntuhan Majapahit, membawanya pada sebuah tesis penting tentang kontribusi muslim Mongol dalam sejarah masuk dan berkembangnya Islam di kawasan ini. Sebuah upaya yang jelas dan tak mudah dan (mungkin) tak populer. Betapapun kita tahu, tesis yang telah lazim diterima oleh banyak sejarawan menyatakan bahwa Islam Nusantara adalah prototipe lain dari Islam yang berkembang di jazirah Arab. Temuan Muljana membantah sekaligus mengkritik bahwa yang terjadi tidaklah demikian adanya. Berbagai anasir juga terlibat dalam proses tersebut sehingga Islam yang terbentuk di Nusantara, dan di Jawa pada khususnya,, bukanlah Islam yang "murni", melainkan Islam hibrida yang memiliki banyak varian.
Dalam konteks sejarah pasca-Majapahit, tidak mudah menebak alasan di balik dominannya konstruk Islam yang "Arab-sentris" itu. Tapi sedikitnya ada dua hal mendasar yang bisa dijadikan pijakan guna membaca asumsi ini lebih jauh : politik segregasi kolonial dan ideologi otentisisme Islam. Sejak meletus tragedi Chineezenmoord (pembantaian orang-orang Cina) di Batavia pada 1740, yang menyebabkan lebih dari 10.000 jiwa melayang orang-orang Cina disekap dan dikonsentrasikan pada titik-titik ghetto yang belakangan dikenal sebagai dengan "Pecinan". Pengucilan ini, selain mengakibatkan retaknya hubungan Jawa-Cina yang sebelumnya begitu harmonis, juga memunculkan sentimen anti-Cina dalam banyak hal, termasuk penulisan sejarah. Puncaknya adalah saat rezim Orde Baru berkuasa, ketika berbagai hal yang berbau Cina akhirnya disingkirkan secara sistematis. Faktor kedua, ideologi otentisisme Islam, juga turut menyumbang pada penghilangan jejak sejarah Cina di Nusantara. Ideologi ini, harus diakui, telah "memiskinkan" pengalaman Islam Nusantara yang sangat majemuk dan kaya nuansa. Pelenyapan ini tentu bukan tak disengaja. Di belakangnya ada sekian motif dan kepentingan politik yang turut bermain.
Dr.Asvi Warman Adam :
Pada tahun 1968, terbit buku Prof.Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. Buku ini dilarang oleh Kejaksaan Agung karena mengungkapkan hal-hal yang kontroversial pada waktu itu, yakni sebagian walisongo berasal dari Cina. Tidak ada salahnya bila benar bahwa sembilan penyebar agama Islam itu dari Cina atau dari belahan dunia mana pun.
Yang menjadi persoalan adalah saat itu rezim ORBA telah menetapkan Cina sebagai musuh karena negara itu dituduh membantu G30S. pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Beijing, dan segala yang berbau Cina dilarang.
Pada era reformasi ini, ada baiknya pendapat Slamet itu dikaji ulang dengan pikiran yang lebih tenang. Slamet Muljana membandingkan atau--lebih tepatnya-- melakukan kompilasi terhadap tiga sumber, yaitu : Serat Kanda, Babad Tanah Jawi, dan naskah dari kelenteng Sam Po Kong yang ditulis Poortman dan dikutip Parlindungan.
Residen Poortman th.1928 ditugasi pemerintah kolonial untuk menyelidiki apakah Raden Patah itu orang Cina. Raden Patah bergelar Panembahan Jinbun dalam serat kanda, dan Senapati Jinbun dalam Babad Tanah Jawi. Kata jin bun dalam salah satu dialek Cina berarti "orang kuat". Maka, sang Residen itu menggeledah Kelenteng Sam Po Kong di Semarang dan mengangkut naskah berbahasa Tionghua yang ada disana -- sebagian sudah berusia 400 tahun -- sebanyak tiga cikar (pedati yang ditarik lembu). Arsip Poortman ini dikutip Mangaraja Onggang Parlindungan yang menulis buku yang juga kontroversial Tuanku Rao. Slamet Muljana banyak menyitir buku ini.
Slamet menyimpulkan, Bong Swie Hoo -- yang datang di Jawa tahun 1445 -- sama dengan Sunan Ampel. Bong Swie Hoo ini menikah dengan Ni Gede Manila yang merupakan anak Gan Eng Cu (mantan kapitan Cina di Manila yang dipindahkan ke Tuban sejak tahun 1423). Dari perkawinan ini lahir Bonang yang kemudian dikenal sebagai Sunan Bonang. Bonang diasuh Sunan Ampel bersama dengan Giri yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri.
Putra Gan Eng Cu yang lain adalah Gan Sie Cang yang menjadi kapitan Cina di Semarang. Tahun 1481, Gan Sie Cang memimpin pembangunan Mesjid Demak dengan tukang-tukang kayu dari galangan kapal Semarang. Tiang penyangga mesjid itu dibangun dengan model konstruksi tiang kapal yang terdiri dari kepingan2 kayu yang tersusun rapi. Tiang itu dianggap lebih kuat menahan angin badai daripada tiang yang terbuat dari kayu yang utuh.
Akhirnya Slamet menyimpulkan, Sunan Kalijaga yang masa mudanya bernama Raden Said itu tak lain dari Gan Sie Cang. Sedangkan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, menurut Slamet Muljana adalah Toh A Bo, putra Sultan Trenggana (memerintah di Demak tahun 1521-1546). Sementara itu, Sunan Kudus atau Jafar Sidik yang tak lain dari Jay Tik Siu.
-----------------------------
Pada tahun 1350 M, Rajasanagara (Hayam Wuruk) sedang aktif-aktifnya menyatukan dan mengembakan wilayah Nusantara. Di sekitar era yang sama pulalah Dinasti Yuan (Mongol) yang menjajah Cina Daratan sedang sibuk-sibuknya menguasai wilayah Nusantara, dan itu benar-benar menguras tenaga dinasti Yuan. Ini pulalah tercatat dalam sejarah kita ketika pada jamang Singosari, Kertanegara didatangi oleh utusan dari Cina (Cina-Mongol / Yuan) yang kemudian dipotongnya telinganya utusan itu.
Th.1352, Zhu Yuanzhang (bangsa Han) mulai melakukan pemberontakan terhadap bangsa Yuan. Pada tahun 1356, ia berhasil merebut kota Nanjing yang dikemudian hari menjadi ibukota kerajaan dinasti Ming.
Th.1357, mengetahui penarikan-penarikan dari tentara Yuan, Pajajaran Nagara (Perserikatan kerajaan2 yang tak pernah bernaung di bawah Majaraja-Majakerta) menyerbu basis militer Yuan yang ada di kota Gajah (pelabuhan militer di tepi sungai Bengawan Solo), dan kota Modo (gerbang militer basis pertahanan administrasi di kota Yungyang). Penyerbuan tertahan di kota Babad (Jatim). Pelemahan kekuasaan Yuan di Nusantara ini berkorelasi langsung dengan kondisi keruntuhan kekuasaannya di China daratan yang direbut oleh Dinasti Ming.
Kekuasaan Mongol yang di tahun 1294 mencapai puncaknya yg wilayahnya membentang dari Eropa Timur, bagian selatan Russia, Iran-Irak (wilayah Persia-Sumeria) hingga ke Timur sampai semenanjung Korea, termasuk berusaha ke selatan menganeksasi India tetapi tidak berhasil, walau cukup berhasil mengubah kultur Hindu-Buddha di wilayah2 barat India (sekarang Afghanistan, Pakistan) . India sendiri terancam pembantaian besar-besaran oleh dinasti Moghul (Mughal). Tentu anda pernah mendengar kisah Syah Jehan. Salah satu dari 7 keajaiban dunia Taj Mahal, itulah salah satu buahnya. Tetapi pergerakan bangsa Han untuk memerdekakan diri di China Daratan yang meruntuhkan hegemoni Yuan selama ratusan menyebabkan pasukan dari Kubilai Khan (turunan dari Jengis Khan) terpukul secara drastis pada pusatnya. Ini pulalah yg menyebabkan wilayah2 vassalnya di berbagai belahan dunia juga dipukul oleh gerakan2 kemerdekaan dari berbagai negeri tersebut. Sehingga sisa pasukan dan para panglimanya yang tersebar di berbagai wilayah dunia menjadi lontang-lantung kehilangan tanah pijakan. Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa orang-orang Yuan itu berusaha menjadikan Nusantara sebagai basis pasukan selatan (Nan Yang) untuk memukul balik China Daratan (Dinasti Ming) dengan cara-cara perkawinan maupun propaganda hasutan2 membenci bangsa2 musuhnya. Salah satu cara retaliasi mereka adalah dengan meruntuhkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar China, termasuk meruntuhkan Majapahit dan Pajajaran, untuk kemudian menjadi penguasa-penguasa daerah untuk MEMBLOKADE jalur perdagangan darat
"Jalur Sutera" maupun jalur perairan laut.  Ini sungguh menghambat perdagangan China, India dsb, sehingga Kaisar Yung Le mengirimkan armada Ming yg dipimpin oleh Laksmana Ceng Hoo untuk membersihkan rute-rute perdagangan itu dari gangguan keamanan.
Kondisi ketegangan antara Yuan dan Ming inilah yang mengawali upaya penghasutan kepada rakyat Nusantara untuk membenci etnis Cina (Han), India, Champa, Persia, Bule (barat) yang pada jaman sebelum-sebelumnya sangat harmonis dan terjadi akulturasi budaya melalui perdagangan ataupun perkawinan silang secara natural. Konflik internal dikalangan para Sunan sendiri, semisal Islam abangan dipelopori oleh Sunan Ampel dan yang garis keras (kiblat ke Islam Arab) dipromotori oleh Sunan Giri maupun Raden Samudera yang keturunan putri Blambangan dengan syekh Samudera Pasai (adik Syekh Ibrahim) yang dibuang kakeknya karena menolak diislamkan oleh menantunya itu ke seorang janda Islam kaya di Gresik. Hal ini memunculkan konflik internal di kalangan masyarakat Majapahit sendiri sehingga terjadi pengeroposan kohesi masyarakat, yang akhirnya pecah dalam perang besar (Paregreg) akibat serangan Pangeran Blambangan (Bhre Wirabumi) dari Kraton Timur ke Kraton Barat yang sangat melemahkan kekuatan Majapahit pada masa sesudahnya. Jadi keruntuhan Majapahit adalah akibat diadu-domba dikalangan para bangsawannya sendiri dengan iming-iming tahta, kuasa, harta, wanita yang  tentu saja memberi angin 'surga' kepada mereka yang berambisi tinggi.
Semoga Indonesia modern dimasa kini dapat memetik hikmah dari pelajaran sejarah ini.
#SalamRahayuSagungingDumadi_  
---------------------------------------
Note : Prof.Dr.Slamet Muljana memperoleh gelar BA dari Universitas Gajah Mada 1950 dan MA dari Universitas Indonesia 1952. Doktor Sejarah dan Filologi dari Universitas Louvain, Belgia, tahun 1954, serta menjadi profesor pada Universitas Indonesia sejak tahun 1958. Selain itu ia juga pernah mengajar di luar negeri, antara lain, Wolfgang Goethe Universitat (Frankfurt, Jerman), State University of New York (Albany, Amerika Serikat), dan Nanyang University of Singapore (Singapura). Ia menyelidiki thesis yg dituliskan dalam bukunya itu dikarenakan atas perintah Presiden RI kita yang pertama, Ir.Soekarno, untuk menyelidiki kenyataan sejarah Nusantara yang obyektif diluar segala macam simpang siur pembiasan politisasi yang terjadi sepanjang jaman.
Buat sahabat bakul getuk, kiranya bermanfaat silahkan berbagi dan sherrr....

Rabu, 02 Mei 2018

AKU DAN DIRIKU

Ketika Tuhan Menjadi Konsumsi Doktrin  Keagamaan "
      
Suatu ketika tejadi dialog sendiri
tentang hakekat ketuhanan, dan doktrin keagamaan. Dialog ini dapat terjadi kapan saja, di mana saja, pada setiap pribadi tanpa sadar maupun benar-benar disadari. Dari hasil dialog berikut, tidaklah untuk mencari siapa pemenangnya, karena hal itu tidaklah penting. Yang lebih utama adalah bagaimana kita belajar berdialog dengan jujur dan menyentuh dasar kalbu dgn lbh arif.Siapapun bila sering melakukan dialog dengan diri sendiri (kontemplasi) paling tidak akan mendapat hasil minimal berupa mental yang lebih matang dan emosi yang lebih stabil. Maka semakin sering kita melakukan kontemplasi terutama hal-hal yang sangat kontradiktif akan membawa sikap mental kita lebih arif dan bijak dalam memahami dan memandang kehidupan yang teramat kompleks ini...
          ¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦¦
Aku:  agama adalah jalan kebenaran.

Diriku  : menurutku agama adalah jalan menggapai kebaikan, kearifan, dan kebijaksanaan dalam hidup.

Aku : berarti kebenaran menjadi tidak penting ?

Diriku : memang apa pentingnya berbicara kebenaran, jika hasilnya membuat kerusakan di muka bumi dan bencana kemanusiaan ? Jika kita bicara kebenaran, terlalu repot melakukan verifikasi kebenaran itu sendiri. Sebab kebenaran bukan hanya sekedar jargon, tembung omongane ,jarene simbah dll, katanya ini dan katanya itu.Tapi buktikan sendiri.
Kebenaran bukan ada dalam kulit yg penuh keberagaman.Itulah sebabnya, kamu baru menyaksikan kebenaran dengan mudahnya pada saat memasuki dimensi HAKEKAT. Hakekat, adalah nilai yg merambah universalitas universe, dapat dirasakan oleh seluruh makhluk, oleh manusia segala macam bangsa, suku, dan semua umat berbagai agama. Jika hanya dirasakan oleh salah satu suku, ras, agama, golongan, hal itu belumlah merupakan nilai hakekat. Artinya, nilai-nilai masih terkait dengan cara pandang subyektif, dan sarat dengan kepentingan pribadi.

Aku : contohnya ?

Diriku : gula pasir itu rasanya manis, merupakan sesuatu yg pasti, dan lidah semua org bisa merasakan bahwa gula itu manis. Gula adalah unsur materi, ragawi atau “kulit” (perabot sembah raga), sementara rasa manis adalah hakekatnya (perabot sembah rasa). Nah, rasa manis tidak hanya dimiliki oleh gula pasir saja, ada gula jawa, gula merah, gula aren, gula-gula, sakarin, madu, sari bunga, getah pohon, jagung, sari buah, dan sebagainya.
Itulah agama atau keyakinan, yang sepadan dengan berbagai materi yg manis tersebut. Kamu ingin merasakan rasa manis, kamu bebas memilih mau pake gula merah, gula pasir, gula aren,bsakarin atau pemanis buatan, sari buah, madu,j agung(tropicana), atau yg lainnya semua terserah pilihan kamu, mana yang paling kamu sukai dan pas dengan selera lidah kamu.
Nah…apa yg terjadi dengan umat beragama di dunia ini ? Yaitu tadi…berebut saling mengklaim bahwa rasa manis hanya bersumber dari gula pasir, umat yg lain bilang salah itu keliru dan sesat, karena yang bener sumber rasa manis adalah berasal dari sakarin. Hahaha….seperti org buta yg pegang gajah.Tapi orang buta tersebut suka menuduh org lain sebagai orang buta yg pegang gajah.

Aku : loh..bukankah agama mempunyai misi menyebarkan kebenaran di muka bumi..?!

Diriku : waaaahh, daya pikir rasio kamu kok terbatas banget ya Ndhul ?. Kok ramudheng-mudheng to !.Yah...begitulah misi agama, bahkan banyak agama misinya ya demikian itu…menyebar dan mengkampanyekan kebenaran, tapi itu tidak menjamin dunia ini tenteram dan damai ?

Aku : loh kok kontradiksi dengan misinya ?

Diriku : sudah jelaskan … apa hasilnya? masing-masing agama saling berebut merekalah  yg paling bener, bahkan terkesan memaksakan diri mbener-benerke ajarane dewe-dewe !

Aku : tapi bukankah hanya ada satu agama yg benar ?!

Diriku : semua agama bisa mengklaim demikian, dirinyalah yg paling benar.

Aku : ahh…jadi bingung saya !

Diriku : agar tidak bikin bingung, …hormati saja agama yg mengajar dan menebarkan kebaikan. Bukan agama yg untuk cari benere dewe !

Aku  : agama yg menebarkan kebaikan belum tentu benar !

Diriku : juga belum tentu TIDAK benar !

Aku : lantas bagaimana kita harus mensikapi agama supaya lebih arif dan bijak ??

Diriku : agama hanya perlu keyakinan kamu !

Aku : berarti saya cukup yakin saja ?

Diriku : semua agama hanya berdasarkan keyakinan. Rasakan saja…jangan pake nalar, agama yg paling pas dengan jiwa dan membuat nurani kamu tenteram.

Aku : tidak semua agama hanya berdasarkan keyakinan saja, artinya...agama atas dasar kebenaran !

Diriku : mana buktinya ?!

Aku : agamaku !

Diriku  : itulah contoh orang yg barusan kita bahas, merasa diri paling bener !

Aku : lalu bagaimana idealnya sikap saya terhadap agama saya ?

Diriku : saya ulangi, cukup dengan yakin, dan jadilah orang yg bijak dan arif kepada siapa saja, jangan menyakiti hati dan mencelakai orang lain, dan seluruh makhluk. Tak usah membeda-bedakan apa agama yg dianutnya. Lihat saja perbuatannya yg bisa kamu lihat. Jangan menebak-nebak isi hatinya untuk memvonis apakah seseorang baik atau buruk. Kamu menebak hati sendiri saja susahnya bukan main, apalagi menebak hati org lain !

Aku : kan… seseorang yg tidak punya agama dinamakan kafir, orang kafir pasti celaka hidupnya dan masuk neraka.

Diriku : binatang dan tumbuhan adalah “makhluk” hidup, mereka kafir semua, tetapi hidupnya bukan hanya mendapatkan berkah ilahi, justru lebih mulia menjadi berkah bagi alam semesta termasuk berkah bagi manusia !

Aku : hmmm…??

Diriku : mereka itulah “ umat ” yg paling taat pada perintah Tuhan, paling setia pada kodrat alam, paling patuh terhadap rumus-rumus alam semesta. Mereka tak pernah menganiaya manusia dan lingkungan alamnya. Tidak seperti manusia.

Aku : lalu…?

Diriku : saya balik tanya…lebih tepat mana, agama yg menyiarkan kebenaran, atau agama yg menyiarkan kebaikan, bagaimana manusia harus berperilaku baik..?

Aku : ya jelas…agama yg menyiarkan kebenaran.

Diriku : berarti kamu terlalu telmi (telat mikir) atas apa yg dibahas di atas.Carilah agama yg paling ikhlas dan jujur !!

Aku : bagaimana agama yg ikhlas dan jujur ?

Diriku : Agama yg paling ikhlas adalah agama yang hanya mengajak seluruh manusia berbuat arif dan bijak ,berperilaku terpuji dan budi pekertinya luhur tanpa perlu mengajak-ajak, bahkan setengah memaksa orang lain utk bergabung ke dalam institusi agama tersebut. Mau bergabung silahkan mau enggak juga enggak apa-apa. Itulah agama paling ikhlas dan fairplay (jujur).

Aku : kalau agama yg selalu berusaha mencari pengikut yg sebanyaknya ?

Diriku : itu tak ubahnya “agama” PARPOL. Kegiatannya adalah agitasi, propaganda, kampanye, dirinyalah partai yg paling baik dan benar. Diam-diam institusi agama sudah berubah misi menjadi institusi politik. Mencari pengikut sebanyaknya supaya menjadi kuat dan semakin kuat untuk menyerang dan melawan keberadaan keyakinan orang lain yg tdk seagama dianggapnya sebagai musuh.
Aku : kalau nggak ada musuh?

Diriku : ya...dibuatlah musuh imajiner, musuh yg dibuat-buat dan diada-adakan.

Aku : kan musuh agama biasanya agama lainnya?.

Diriku : itu merupakan kecurigaan kamu pribadi, bahkan rasa curiga kamu akan meretas kecurigaan umat lain pada kamu, begitulah kecurigaan dan sentimen antar agama sudah menjadi “lingkaran setan" (ego) yg sulit dimusnahkan. Jadinya kerjaan umat hanyalah saling curiga-mencurigai. Bahkan di antara umat dalam
satu agama pun terjadi perilaku saling mencurigai. Agama menjadi bahan peledak yg setiap saat akan menghancurkan bumi, alias membuat “kiamat” planet bumi ini. Tak ubahnya agama lah yg menciptakan “neraka” bagi manusia.

Aku : kenapa bisa begitu ?

Diriku : karena agama keluar dari misi sucinya, yakni menebarkan kedamaian, ketentraman dan kebaikan bagi alam semesta seisinya. Agama juga lebih mengutamakan kampanye dirinyalah yg paling benar.

Aku : apa salahnya ?

Diriku : salahnya, bukankah kebenaran itu perlu kepastian, seperti ilmu pasti, dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan sains. Itu barulah kebenaran pasti, yg real. Sementara agama merupakan sistem kepercayaan, atau keyakinan.

Aku : lho…dalam ajaran agama kan ada beberapa kejadian dan sinyalemen atau gejala akan suatu kebenaran dalam realitas alam semesta.

Diriku : sejak abad keberapa kitab-kitab suci semua agama itu ada ? umurnya masih muda bukan ? sementara itu manusia sudah ada sejak (paling tidak) 2 juta tahun silam. Bumi ini ada sejak bermilyar tahun silam. Sebelum agama-agama dengan kitab-sucinya ada, manusia pun telah menemukan berbagai kebenaran tak terbantahkan dalam menjalani kehidupan. Itu juga karena welas asih dan keadilan Tuhan. Isi ajaran agama tidak termasuk kebenaran pasti, tetapi berisi ajaran kebaikan, semacam aksioma yang runut dan logis. Namun bisa ditafsirkan dengan multi interpretasi sesuai kepentingan dan kemauan pembacanya. Maka dikatakan kitab itu fleksibel sesuai perkembangan zaman. Ini pengertian yg bias sekali. Alias, isi kitab selamanya tak akan pernah bertentangan dengan penafsiran manusia. Karena sadar atau tidak manusialah yg selalu berusaha (baca; memaksakan diri) utk menundukkan pola
pikir dan persepsinya sendiri agar sesuai dengan isi kitab. Itulah kebiasaan manusia selama ini, membiarkan kesadaran dirinya di dalam sangkar emas. Sementara agama banyak mengajarkan ttg kegaiban, lalu manusia buru-buru menyimpulkan bahwa akal
manusia sangat terbatas utk memahami kegaiban.
Bagi saya kegaiban itu sangat masuk akal, jika tak masuk akal berarti belum tahu rumus-rumus yg berlaku di alam gaib.
Jika isi kitab pun kenyataannya sudah mengalami perluasan dan penyempitan makna setelah ditranslate ke dalam berbagai bahasa oleh banyak orang yg memiliki penafsiran beragam corak dan warnanya.

Aku : apa buktinya … ?

Diriku  : lihat saja, begitu banyaknya aliran dan faham dalam satu agama saja. Tidak hanya puluhan bahkan ratusan jumlahnya. Semua itu sudah menjadi hukum alam, bahwa aliran dan faham (mazab) akan selalu bermunculan dan kian banyak seiring perjalanan waktu, sesuai dengan kompleksitas rasio manusia, dan daya nalar yg menimbulkan persepsi dan penafsiran beragam. Apa jadinya kalau mereka saling mengklaim bahwa dirinya paling benar ?

Aku : yaaah…berebut kebenaran atau golek benere dewe.Yang menimbulkan perpecahan, perselisihan, permusuhan, saling curiga, saling menjatuhkan, saling bunuh, saling fitnah.
Diriku : akar segala macam fragmentasi dan kehancuran di dalam satu agama, tidak lain disebabkan oleh penafsiran, persepsi dan pemahaman setiap individu, pengikutnya, dan akhirnya menjadi kelompok besar yg siap bersimbah darah demi kesadaran palsunya.

Aku : hmmmm…jadi..? agar supaya agama turut andil menciptakan ketenangan batin, ketentraman, dan kedamaian dunia ini, idealnya tak usah menekankan akan kebenaran dirinya, tetapi lebih mengutamakan kampanye untuk selalu berbuat baik kepada seluruh makhluk. Nah kebaikan kan relatif, masing2 org punya penafsiran pula yg berbeda-beda akan nilai kebaikan itu… ? apa patokannya ? sama saja kan…harus kembali “pemurnian diri” ke kitab dan sunah thok thil.Makin bingung saya !

Diriku : pandanganmu itu terlalu menyempitkan realitas kemaha luasan hakekat Tuhan Yang Maha luas tiada batas. Idealnya, suatu perbuatan barulah menjadi kebaikan, dengan syarat, tidak menerjang kodrat universe. Kodrat alam semesta. Nilai yang paling universal dan tidak menabrak kodrat alam, adalah setiap perbuatan yang kita lakukan selalu didasari dengan rasa KASIH SAYANG yg tiada bertepi, “rasa welas-asih kadya samudra tanpa tepi,welas tanpa alis“ , kasih sayang yg TULUS, tanpa pamrih. Kecuali berharap saling memberi dan menerima kasih sayang kepada dan dari seluruh makhluk dalam jagad raya dan alam semesta ini............
Rahayu... Rahayu... Rahayu...   

Senin, 30 April 2018

Mey Day

Pekerja atau buruh adalah orang-orang luar biasa. Pemilik tangan perkasa. Berjuangan untuk mempertahankan hidup untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Tidak banyak kita yang sadar akan keagungan sosok kelompok yang satu ini. Mereka bekerja untuk hal besar, dan telah menyumbangkan hal besar bagi kehidupan di dunia ini.
Untukmu para buruh saya menaruh hormat. Apalah jadinya kehidupan ini jika tanpa kalian. Apa jadinya jika kalian mogok menghasilkan karya-karya besar meski sebagian besar orang-orang sering meremehkan, merendahkan dan tidak memperhatikan nasip kalian. Mereka yang hari sedang duduk dengan nikmat dan santai tidak sadar bahwa kursi yang dia duduki hasil jerih payah sang buruh. Mereka yang sedang makan banyak yang tidak sadar bahwa meja, piring dan peralatan makan yang dia gunakan juga hasil jerih payah sang buruh. Dan sebagian besar kita memang banyak yang tidak menyadari bahwa ada banyak fasilitas yang kita gunakan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar merupakan hasil jerih payah sang buruh. Maka dari itu sobat hargailah para Buruh. Mungkin posisi buruh lebih mulia dari kita yang hari ini sedang menikmati hidup senang dan mewah.
Semoga para buruh tidak berkecil hati dengan realita kehidupannya. Karena sesungguhnya Allah tidak melihat dari rupa dan status social kita.
Maka dari itu wahai sobat semuanya. Mari kita angkat topi hari ini. Kita beri hormat atas peran dan prestasi yang sangat luar biasa yang telah mereka lakukan dalam kehidupan kita. Mulai sekarang hargailah para buruh dan perhatikanlah nasib mereka. SELAMAT HARI BURUH.

Lingkaran setan


BERPUTAR-PUTAR DALAM SAMSARA
Flowchart berpikir mengenai relasi antara Tuhan dan kejahatan (Evil, Setan) ini dibuat oleh pemikir Atheis.  Tapi saya bukan atheishanya saja satu aspek ini cukup untuk membuktikan bahwa pikiran manusia itu mbulet. Cuman membuat suatu dalil untuk menutupi hal sebelumnya yg tak terjawab lalu maju ke satu hal tak bisa menjawab lagi bikin dalil lagi, begitu seterusnya sampai ntar balik lagi ke titik pertama. Muter-muter. Bukankah begitu yg kalian alami berdebat dengan para bigot itu?

Berpikir tentang suatu hal yang sangat (terlalu) besar maka kabur interkoneksi alur logisnya satu dengan yang lain tanpa disadari membentuk suatu siklus berputar-putar sendiri. Belum lagi pikirannya dibuat malfungsi dan kesadarannya berkabut, sehingga bila hendak ditunjukkan kenyataan ini tak mampu memahami, serta merta paham kecurigaan tanpa pikir panjang,  mengingkari atau mengancam dengan menakut-nakuti "Lihat saja nanti setelah mati kamu disiksa api neraka!". Betul? Tanpa disadarinya kesadarannya sudah mati di saat itu juga, dan penderitaan rasa terbakarnya yg dirasakannya itulah yg dikomunikasi ke anda dengan kata "neraka" itu. Kalau tidak percaya, teruskan saja. Mereka bisa membunuh dengan itu.

Bukan saya hendak mengatakan Tuhan tidak ada, tetapi KALIAN SENDIRILAH yang salah karena BERPIKIR tentang Tuhan yg dituangkan dalam Theologia2 buatan manusia! Tidak memahami esensi Kitab Taurat yang memang ditulis dalam bahasa kode dan memiliki 4 lapisan kedalaman (PARDES : Pshat-Remesh-Drush-Sod)!
Inilah pembuktian non-historical melainkan de facto bahwa telah terjadi pengkooptasian (pencurian) naskah Kitab Taurat yang pada galibnya memunculkan perang-perang agama tak berkesudahan selama 2000 tahun terakhir ini.
Tanpa anda sadari, anda adalah roh-roh yang membunuh atau yang mati terbunuh -- dengan segala variasinya-- dimasa lalu itu dan membawa api DENDAM yang tak bekesudahan. Maka muncul bermanifestasi kembali masa ini dalam energi kebigotan!
Itulah yang dinamakan Samsara. Yang pada hakikatnya adalah pengembaraan pikiran (yg termanifestasi dalam wujud pengalaman seolah nyata), berputar-putar tumimbal lahir melakoni pengembaraan khayalannya sendiri tanpa ujung pangkal.
Pengejaran dirinya sendiri terhadap kebajikan parsial itu pada lanjutnya meninggalkan jejak kejahatan tanpa disadarinya. Dan itulah carut-marut yang terjadi di atas bumi ini. Hal yang secara luar-biasa direvelasikan oleh Tuhan YME dalam kanvas peta konflik politik dunia agama di akhir zaman ini supaya anda menyaksikan sendiri bagaimana permainan penghulu2 dunia (MARA) itu memutar-mutar anda dalam ombang-ambing samsara.
Oleh karena itu, langkah pertama bagi kalian haruslah mampu untuk  MEMAAFKAN DIRI SENDIRI  dan berdamai dengan REALITA  (Kesunyataan) !
Kalau engkau memiliki mata hendaklah melihat.
Yang memiliki telinga hendaklah mendengar.
Rahayu!

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...