Jumat, 16 Februari 2018

Valentine day



Selamat malem sobat Bakul getuk. Buat yang abis ngerayain valentine dengan coklatnya tentu ada rasa spesial. Keluar kamar dan mendapati teman satu kosan sedang makan coklat. Buka facebook banyak yang upload gambar coklat. Buka twitter banyak yang membahas tentang coklat. Aarrkhh, ada apa dengan hari ini? Apa tadi malam sudah datang hujan coklat dari langit?!
Ternyata tidak, dan akhirnya penulis ingat bahwa hari ini adalah tanggal 14 Februari, dimana banyak orang menyebutnya hari Valentine, meski sebagian orang tidak ikut merayakannya. Ya, hari Valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari memang selalu identik dengan coklat dan bunga. Dalam catatan penulis kali ini penulis akan mencoba menjabarkan sedikit tentang filosofi dari hari Valentine atau yang kata orang merupakan Hari Kasih Sayang dan hubungannya dengan bunga dan coklat.
Menurut alkisah yang penulis dapatkan saat penulis duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), hari Valentine ada untuk memperingati kematian seorang pastur bernama Valentino yang jatuh cinta pada jemaah gerejanya. Peristiwa ini terjadi pada zaman dahulu kala.
Pastur ini dihukum mati karena ia lebih memilih untuk mempertahankan cintanya pada sang jemaah dan merelakan title- nya sebagai pastur dilepas. Akan tetapi karena sang jemaah berasal dari keluarga kalangan atas, maka cinta sang pastur dianggap sebagai kejahatan, dan ia pun dihukum mati.
Ketulusan cinta sang pastur baru diketahui setelah kematiannya. Karena kegigihan dan cintanya yang tulus pada sang jemaah, akhirnya banyak orang yang bersimpati dan memperingati hari kematian pastur ini sebagai Hari Kasih Sayang, dan nama Valentine berasal dari nama pastur yang telah mati yaitu Valentino.
Cerita di atas penulis dapat dari salah satu guru penulis saat SMP, dan sang guru juga mendapatkan cerita tersebut entah darimana, dan tentang kebenarannya pun belum bisa dipastikan.
Namun, dari cerita di atas kurang lebih dapat penulis simpulkan bahwa hari Valentine yang diperingati pada tanggal 14 Februari adalah untuk memperingati kematian seorang pastur bernama Valentino yang mengorbankan dirinya untuk membuktikan ketulusan cintanya pada seorang jemaah gerejanya.
Valentine, Bunga dan Coklat
Hari Valentine Selalu identik dengan bunga dan coklat. Mengapa demikian? Menurut penulis, bunga melambangkan keindahan dan coklat melambangkan manis.
Bunga
Mengapa bunga dihadirkan sebagai simbol hari Kasih Sayang? Kita semua tahu bahwa bunga (apalagi bunga mawar) yang merupakan lambang cinta adalah salah satu tanaman yang indah, harum, dan apabila tidak hati-hati menggenggamnya, durinya akan melukai tangan kita.
Seperti halnya cinta yang indah, namun, jika tidak hati-hati menjaganya akan melukai pelaku cintanya.
Coklat
Coklat itu manis. Mungkin itu adalah alasan coklat dijadikan identik dengan Valentine. Membagikan sesuatu yang manis akan menaburkan kebahagiaan. Karena berbagi kasih sayang itu manis, baik bagi yang membaginya maupun yang menerimanya. Saat seseorang memberikan kasih sayang dan wujud kasih sayangnya tersebut disambut baik oleh orang yang dituju, sang pemberi kasih sayang akan merasa sangat senang. Demikian pula saat seseorang berbagi coklat. Siapapun yang menerimanya akan merasa senang. ( penulis juga akan merasa senang saat ada yang memberi coklat pada penulis ^^)
Seperti itulah pendapat penulis tentang bunga dan coklat di hari Valentine. Meskipun umumnya banyak orang yang merayakan hari kasih sayang dengan memberikan bunga dan coklat pada kekasihnya, namun masih banyak juga sebagian orang yang memilih untuk tidak ikut merayakan hari Valentine. Memberikan kasih sayang pada orangtua, saudara, sahabat dan kekasih, tidak perlu menunggu datangnya hari Valentine kan? Bukannya baiknya kasih sayang itu ada di setiap hari, setiap saat, dan setiap waktu.
Terimakasih salam dari bakul getuk.

Senin, 12 Februari 2018

GENERASI PENUH WARNA


Indahnya generasi Yang lahir Tahun 1960-80an
(yg usianya skrg 30an - 50an tahun)
Sekedar anda tahu.
Kita yg lahir di tahun 1960-70-80an, adalah generasi yg layak disebut generasi paling beruntung.
Karena kitalah generasi yg mengalami loncatan teknologi yg begitu mengejutkan di abad ini, dg kondisi usia prima.
✌✊
Sebagian kita pernah menikmati lampu petromax dan lampu minyak, sekaligus menikmati lampu bohlam, TL, hingga LED
Kitalah generasi terakhir yg pernah menikmati riuhnya suara mesin ketik.
Sekaligus saat ini jari kita masih lincah menikmati keyboard dari laptop kita.
Kitalah generasi terakhir yg merekam lagu dari radio dg tape recorder (kadang pitanya mbulet) kita.
Sekaligus kita juga menikmati mudahnya men download lagu dari gadget.
Kitalah generasi dg masa kecil bertubuh lebih sehat dari anak masa kini, karena lompat tali, loncat tinggi, petak umpet, gobak sodor, main kelereng, karetan,sumpit2an, galasin adalah permainan yg tiap hari akrab dg kita.
Sekaligus saat ini mata dan jari kita tetap lincah memainkan berbagai game di gadget .
Masa remaja.
Kitalah generasi terakhir yg pernah mempunyai kelompok/geng yg tanpa janji, tanpa telpon/sms tapi selalu bisa kumpul bersama menikmati malam minggu sampai pagi.
Karena kita adalah generasi yg berjanji cukup dg hati.
Kalau dulu kita harus bertemu untuk tertawa terbahak-bahak bersama.
Kini kitapun tetap bisa ber "'wkwkwkwk"
Di grup Facebook/whatsApp .
Kitalah generasi terakhir yg pernah menikmati lancarnya jalan raya tanpa macet dimana-mana.
Juga bersepeda onthel / motor menikmati segarnya angin jalan raya tanpa helm di kepala
Kitalah generasi terakhir yg pernah menikmati jalan kaki berkilo meter tanpa perlu berpikir ada penculik yg membayangi kita.

Kitalah generasi terakhir yg pernah merasakan nikmatnya nonton tv (ada yg cuman hitam putih layarnya) dg senang hati tanpa diganggu remote untuk pindah chanel sana sini rame rame satu kampung dengan powersupl aki yg jika strumnya akan hbs layarnya tv ciut tinggal separo 
Kita adalah Generasi yang selalu berdebar debar menunggu hasil cuci cetak foto, seperti apa hasil jepretan kita.
Selalu menghargai dan berhati2 dalam mengambil foto dan tidak menghambur hamburkan jepretan dan mendelete-nya jika ada hasil muka yang jelek.
Saat itu hasil dengan muka jelek kita menerimanya dengan rasa ihklas.
Ihklas dan tetap ihklas apapun tampang kita di dalam foto.
Tanpa ada editan Camera 360 photoshop atau Beauty face.
Betul2 generasi yg menerima apa adanya.

Kitalah generasi terakhir yg pernah begitu mengharapkan datangnya Pak Pos menyampaikan surat dari sahabat dan kekasih hati. 
Kita mungkin bukan generasi terbaik. Tapi kita adalah generasi yg LIMITED EDITION.
Kita adalah generasi yg patuh & takut kepada OrTu (meskipun sembunyi2 nakal & melawan) tp kita generasi yg mau mendengar & komunikatif thd anak cucu.
Itulah kita.... selalu bersyukur atas nikmat nyg telah kita terima
Anda di generasi itu?...
Maknanya kita sudah sama-sama tua. Sekian trimakasih udah mau membaca semoga ingat masa masa indah dulu

Minggu, 11 Februari 2018

CINTA SEJATI


Cinta sejati tidak ada lawan katanya.
Benci bukanlah lawan dari Cinta.
Mungkin banyak orang tidak tahu artinya, dikira saya cuman sedang lebay berpantun ria melebih-lebihkan.
Untuk bisa memahami pernyataan "Cinta tidak mempunyai lawan kata" anda harus bermeditasi untuk melihat langsung. Saya pernah membabarnya, tapi banyak orang yg tidak pernah bermeditasi jadi kebingungan.
Maka saya berikan sebuah contoh sederhana dari pengalaman langsung sehari-hari :
Ibu mencintai anaknya.
Adakah bila anaknya mengecewakannya, menyakiti hatinya,...kemudian dia jadi benci / memusuhi anaknya?
Atau....
Seseorang yang mengasihi pacarnya secara sungguh-sungguh. Bila pacarnya berselingkuh kemudian dia jadi membencinya? Apakah itu cinta sejati? NO! Itu mah NAFSU !
Kalau nafsu anda tidak terpenuhi maka anda jadi benci.
Sebaliknya, bila ada seorang kekasih yang kau tinggalkan menikah dengan orang lain tapi dia tetap setia menjadi sahabatmu (dengan menjagamu agar kamu tetap setia dengan suami/istrimu demi kebaikan / kesehatan jiwa anak2mu), itulah Cinta Sejati !
Anda memang merasa sakit pedih ditinggalkannya, tetapi tidak menjadi benci. Rasa Kasih anda lebih besar untuk mengalahkan kepedihan ego anda. Itulah yang namanya benar-benar cinta dia, bukan cinta diri anda sendiri yang berselubung 'cinta-dia'.
Tapi kita semua masih hidup dalam batasan dimensi. Maka jangan minta/ menuntut berlebihan! Dalam artian, kalau dia keras padamu, mungkin sedikit pelit, atau banyak pertimbangan, menasihati, kritik, tapi selidikilah bahwa sangat mungkin di dalam lubuk hatinya dia benar-benar mengasihimu!
Jadi, bila anda berpandangan lebay (berlebihan) terhadap ideal "Cinta Sejati" PUN anda tidak akan mungkin mengenal apa itu Cinta Sejati. Sampai pemahaman yang cukup. Selebihnya adalah jebakan dua sisi bila seseorang mengajak anda mengenal ajaran Kasih tapi kemudian menyerang anda karena anda tidak setuju? Bahkan memutuskan tali komunikasi dengan anda (ini konteks diluar ruang kelas ini ya!)  mengatakan bahwa kau telah menyakitinya padahal anda masih dalam hubungan kekeluargaan dekat? karena kau menolak "ajaran kasihnya" lalu menjelek2kan namamu diluaran (tentu dengan nada terbalik, seolah menyesalkan / mengasihimu yg telah disurupi oleh setan/ kuasa gelap)?
Apakah anda percaya bahwa dia telah mengenal Kasih?
Atau cuman jualan agama (walau dia bersikeras meng-KLAIM ajarannya bukan agama)???
Tentu RASA tidak bisa menipu, tapi kata-kata bisa DIBOLAK-BALIK. Itulah mengapa orang2 tidak suka...lalu dikatakan memusuhi...lalu dirinya bermain victim-play...dan tiba2 andalah yang jadi tertuduh!
Seseorang yang neurotik pada "iman"nya adalah suatu tanda rasa takut dan kecemasan yang besar. Dan dalam jiwa yang seperti itu tidak akan mengenal Cinta Kasih. Cinta Kasih hanya bisa muncul dari batin yang keberanian seorang Ksatria yang Merdeka Jiwa.
Maaf, saya harus mengemukakan dengan contoh REAL, karena dengan cara penuturan "filosofis" (sebenarnya BUKAN filosofis, tapi : Self-inquiry / meditasi nyawang-karep) kalian tidak mudeng-mudeng! (Sementara kekejaman berlangsung terus diluaran sana semakin mengerikan dan mengancam masa depan anak bangsa kita dan keselamatan NKRI rumah kita! -- ini akan dibahas pada topik lain mengapanya). Problem muncul dari cuman sebelah pihak. Bagaimana bunyi dari bertepuk sebelah tangan??.
Percaya adanya SOUL-MATE, tapi saya tidak percaya bahwa pernikahan harus selamanya. "Cinta" (tandakutip) datang dan pergi untuk menggembleng jiwa-jiwa menjadi matang. TIdak ada penempaan besi menjadi baja tanpa api. Jadi STOP lying (berbohong) bahwa kelanggengan pernikahan adalah ukuran Cinta. Luarbiasa banyak yang saling menyiksa untuk mempertahankan gengsi di mata orang lain. Responsibility memang jadi issue, tetapi belajarlah melihat Greater responsibility.
SOUL-MATE kadang kala tanpa harus dalam hubungan pernikahan. Atau bahkan kadangkala tidak harus berbeda jenis. Tentu, saya tidak mengartikan itu sebagai sex. Sex is out of the equation kalau bicara soal SOUL. Tapi saya bukan menabukan sex. Sex termasuk paket dari play of Life yang membakar itu. Orang yang tanpa sex, animal-soul / nefesh-nya tidak bisa bertumbuh meningkat. Tapi juga orang yang telah mencapai (realized), sex bukan hal penting lagi (dan juga tidak terlalu nikmat lagi dibanding spiritual-bliss). Seringkali merasa bahwa tubuh manusianya yang hidup dialam hubungan yg memerlukan sex adalah sebuah siksaan.
Hubungan ikatan pernikahan yang saling menyiksa ini menurut saya juga salah satu kekerasan akibat dogma. Plokotow yang tidak saja membuat jiwa2 menjadi tandus (anak2 muda menyebutnya : jutek), keras dan penuh kepalsuan tetapi juga merusak masyarakat luas, karena manakala ideal itu yang digadang-gadang, maka mereka yang NATURAL (tidak bersolek roh. Kalau mentingin solekannya jangan heran disebut anak buat Ibu Germo / Mother Harlot) mendapat penghakiman yang keji...padahal merekalah yang sedang dalam proses menuju CInta Sejati.
Masyarakat harus dikembangkan untuk bisa menerima ketidak-idealan (kecacatan)  hidup tanpa menghakimi sesamanya berdasar rumus2 dogma apa pun. Belajarlah hidup dengan FLOWING yang tulus dan --setidaknya-- berani jujur kepada diri sendiri (apa pun konsekwensinya). Ini adalah salah satu sikap tanggap kekinian (here-n-now) untuk membawa setiap problem menjadi pelajaran jiwa untuk terus bertumbuh..
Rahayu!

SUKA DUKA PENULIS BLOG

Selamat malem sobat Bakul getuk, kabar baik sehat selalu menyertai, Mudah-mudahan selalu dalam lindunganNYA amin...
Tahukah sobat belakangan ini penulis lepas atau freelance writer untuk artikel atau konten blog jadi pilihan profesi yang cukup menarik. Apalagi buat yang kreatif menulis bercerita. Situs web dan blog butuh konten menarik begitu juga media massa cetak konvensional, di tengah makin hiruk-pikuknya bermacam media sosial butuh pengisi konten dari orang-orang di balik layar yang kadang terlupakan bahkan jadi pahlawan tanpa nama.
Pasti ada suka dukanya. Kadang tiap kesulitan menjadi online content writer tertutupi oleh hobi kita merangkai huruf, angka, dan simbol demi menjadi kata, kalimat dan paragraf yang bermanfaat dan menarik.
Bagi beberapa orang, menulis itu butuh mood. Seperti pekerja seni. Idealisme masih memengaruhi. Tapi di sisi lain, deadline menanti. Harus profesional. Belum lagi antrean order. Lima hingga 10 posting berkualitas per hari. Yang memutuskan menerima multitopik bakal makin pusing kalau kurang akrab dengan tema yang diminta. Ibarat pelajaran fisika tapi muridnya jurusan sosial. Padahal naskah mesti orisinal. Supaya jadi konten yang punya ciri khas dan unik. Alternatifnya, jangan cari borongan kejar setoran. Jaga kualitas untuk bidang-bidang yang memang dikuasai. Atau kerja sama dengan teman yang memang menguasai topik tersebut. Jika sudah tuntas, kirim via surel atau email.
Editor akan memilah dan meninjau hasil karya kita. Kredibilitas sebagai kontributor dipertaruhkan. Naskah ditolak? Itu biasa. Mungkin tidak cocok dengan selera penyunting. Atau tulisan kita memang kurang berbobot dan tidak memenuhi syarat. Bisa karena pemakaian ejaan, terlalu kaku untuk target pembaca, tidak lolos perangkat lunak plagiarisme atau kurang SEO (optimal bagi mesin telusur). Jangan menyerah. Coba lagi.
Jika lolos review penyunting, artikel pun tayang dan uang ditransfer. Karya kita jadi milik pemesan. Sesuai kesepakatan dengan penyedia jasa layanan konten. Tidak ada nama kita tercantum. Bahkan terganti oleh nama penulis lain. Konsekuensi ghost writer .
Bayaran tertunda? Bahkan tidak dibayar?
Bisa jadi pertimbangan untuk memilih bergabung dengan agen artikel dan perantaranya atau murni bekerja sendiri.
Kerja di depan laptop, komputer bahkan ponsel Android dan dibayar. Bisa full time atau hanya paruh waktu. Hobi yang menghasilkan. Lumayan untuk mengganjal isi dompet. Apalagi akhir bulan. Tidak perlu masuk kantor tiap hari. Bekerja secara
ubiquitous . Fleksibel waktu, tempat dan cara. Yang doyan travelling malah dapat ongkos akomodasi. Yang gemar makan malah dibayar untuk sebuah kesannya. Yang suka touring malah diundang pabrikan motor tiap launching produk baru.
Makin banyak portofolio, relasi dan jaringan, reputasi meningkat, nilai jasa juga bertambah. Seringnya, resign dari kantor supaya lebih fokus menghadapi banjir job tulisan.
Jangan lupa manfaat belajar menyampaikan sesuatu secara terstruktur. Yang ini lewat tulisan. Punya potensi dalam pengembangan diri. Makin tekun menulis, makin lihai. Latihan posting karena tuntutan sebagai online freelance writer juga bisa jadi salah satu alasan ngeblog .

Jumat, 09 Februari 2018

MOTIVASI MENGENAL TUHAN YME

Sejak kecil, dan barang kali tepatnya sejak kami menduduki sekolah TK, kita sudah mulai diperkenalkan tentang adanya Tuhan pencipta yang memiliki berbagai sifat kesempurnaan; Mahakuasa, Mengetahui, memiliki surga dan neraka dan lain sebagainya.
Motivasi merupakan penggerak utama bagi seseorang untuk melakukan hal-hal yang sejalan dengan moto aslinya. Karena upaya untuk mengetahui dan mengenal Tuhan Pencipta alam semesta ini tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya motivasi dan dorongan yang bersemayam di dalam jiwanya.  Tiga faktor utama yang mendorong seseorang untuk mengenal Tuhan:Motivasi Akal,  Motivasi Fitri dan Motivasi Kasih.   

 1.Motivasi Akal
    Tidak seorang pun yang tidak mencintai kesempurnaan. Setiap insan pasti mencintai kesempurnaan dirinya, karena cinta kepada kesempurnaan merupakan bagian dari naluri setiap insan. Hanya saja, setiap orang berbeda-beda dalam memandang dan menilai kesempurnaan dirinya. Yang jelas, pada umumnya dan kebanyakan manusia memandang kesempurnaan diri terletak pada hal-hal yang bersifat material dan fisikal, seperti berbadan sehat dan bugar, memiliki harta kekayaan yang cukup, menduduki jabatan yang terhormat, keamanannya terjamin dan lain sebagainya. Motivasi semacam ini disebut sebagai “naluri mencari keuntungan dan menghindari kerugian”. Berdasarkan pandangan ini, manusia melihat bahwa dirinya memiliki tugas untuk menyikapi secara serius hubungannya dengan segala hal yang bertalian dengan nasibnya di masa kini dan mendatang.
     Pada umumnya, cinta kepada kesempurnaan, cenderung kepada keuntungan, baik yang bersifat material maupun spiritual, dan upaya menghindari segala bentuk bahaya dan kerugian, akan mendorong seseorang untuk mengadakan penelitian. Dorongan tersebut bersumber dari akalnya. Dengan kata lain bahwa akal pikirannya akan mendorongnya untuk mengadakan penelitian dan perhitungan; sejauh mana kemungkinan keuntungan itu dapat diraih, atau bahaya dan kerugian itu dapat menimpa dirinya. Semakin tinggi adanya kemungkinan untuk memperoleh keuntungan, atau menerima bahaya dan kerugian, maka penelitian atas persoalan tersebut semakin dianggap penting.
     Tidak logis, jika seseorang merasa yakin terhadap adanya kemungkinan tentang suatu persoalan penting yang sangat menentukan nasibnya di masa mendatang, sementara ia tidak merasa tertarik untuk meneliti dan mengadakan analisa atas perkara tersebut.
    Misalnya, ketika orang-orang yang tinggal di bawah kaki gunung merapi mendengar informasi dari sebagian orang yang tinggal di kota yang jauh dari gunung tersebut, bahwa gunung merapi yang bertengger di atas kepala mereka, kemungkinan besar -beberapa bulan lagi-  akan memuntahkan api dan meletupkan lahar panasnya.
      Mendengar informasi yang mengancam jiwa raga dan harta ini, mereka yang akal pikirannya sehat, dapat dipastikan akan bertanya-tanya, meneliti dan melakukan analisa; dari mana sumber informasi tersebut? Siapa yang membawa berita itu? Sejauh mana kebenaran berita yang disampaikannya? Selama sekian tahun ini, sudah berapa kali gunung merapi itu meletus? Dan seterusnya. Apabila ternyata informasi tersebut meyakinkan, dan kemungkinan besar akan terjadi letusan yang dahsyat dari gunung tersebut, maka dapat dipastikan mereka akan bergegas dan segera meninggalkan tempat tersebut demi menyelamatkan diri, keluarga dan harta benda mereka.  
     Misal lainnya adalah, seperti orang-orang yang tinggal di tepi pantai laut, seperti orang Jkt pinggiran sungai Ciliwung, Ketika mereka menerima informasi dari orang-orang akan terjadi bencana alam, seperti pasangnya air laut dan bahaya banjir di musim hujan, pasti mereka akan meneliti kebenaran informasi tersebut. Dan ketika mereka percaya dengan berita tersebut, pasti mereka semua akan segera pindah mengungsi ke tempat yang lebih aman demi menyelamatkan diri dan anak-isteri mereka dari bencana yang dimungkinkan akan segera menimpanya. Hanya orang-orang dungu dan kurang waras akalnya yang tidak merasa tertarik untuk meneliti, menganalisa dan bergerak lari dari ancaman bencana tersebut.
    Begitu juga orang yang tinggal di desa ketika menerima informasi tentang adanya pekerjaan dengan gajih yang besar, atau perdagangan yang menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda di sebuah kota. Secara logis, mereka pasti merasa tertarik  dan kemudain mengadakan penelitian sejauh mana kebenaran informasi tersebut, sebelum mereka pergi ke kota untuk tujuan memperoleh keuntungan demi masa depan yang menjanjikan.
        Ketika para utusan Tuhan, Nabi, muballig, Ulama, Pendeta, dan Brahmana, menyampaikan dakwah mereka kepada umat manusia tentang adanya balasan surga bagi orang-orang yang beriman, saleh dan taat menjalankan agamanya, juga ancaman  neraka bagi mereka yang berbuat jahat dan mengingkarinya, maka akal sehat akan mendorong mereka untuk meneliti dan mengkaji kebenaran dakwah tersebut.  Jika dakwah dan seruan itu benar, maka akal sehat pun akan mendorong mereka untuk menerima dan mentaatinya.  Lebih dari itu, karena iman kepada Tuhan Pencipta dan pengkajian agama, merupakan perkara yang niscaya. Sebab, teks-teks Alkitab, Kitab-kitab suci agama dengan jelas memuat persoalan-persoalan yang berhubungan dengan nasib baik-buruk perilaku manusia yang berhubungan erat dengan iman.
      Untuk menjelaskan masalah ini, Misalnya ketika seseorang berada di persimpangan dua jalan. Di sini dia menghadapi tiga pilihan: tetap berdiri selamanya di tempat itu, berjalan menuju ke arah A atau ke arah B.
     Ketika tetap berdiri di tempat itu bukan saja tidak ada manfaatnya, tetapi malah akan membahayakan dirinya, sementara salah satu dari dua jalan yang ada di hadapannya itupun mengancam keselamatan jiwanya dan yang satunya lagi menjanjikan kebahagiaan dan keuntungan yang abadi. 
Maka pada kondisi seperti itu, dituntut untuk meneliti dua jalan tersebut dan berusaha mencari indikasi-indikasi dan bukti-bukti untuk keduanya. Karena mengabaikan kedua-duanya adalah bertentangan dengan akal sehatnya. Apabila hasil penelitian dan analisa akal sehatnya menyimpulkan bahwa tetap berdiri di tempat itu dan memilih jalan ke arah A tidak membawanya kepada kebahagiaan dan keselamatan, sementara jalan B menjanjikan keselamatan dan kebahagiaan yang sejati, maka pasti akal sehatnya segera mendorongnya untuk melangkah dan meniti jalan B.
Meskipun jalan B yang ia tempuh itu -berdasarkan hasil penelitiannya- masih bersifat kemungkinan besar, belum sampai kepada tingkat yakin. Hal ini sesuai dengan kaidah akal: “menghindari kerugian yang dimungkinkan” merupakan turunan dari motivasi akal. Tentu saja, kaidah logika ini tidak ditujukan kepada mereka yang enggan menggunakan argumentasi logis. Sebab, apabila kaidah ini ditujukan  kepada orang-orang yang keras kepala, pongah dan fanatik, pasti tidak bermanfaat dan tidak ada gunanya untuk mereka.
   
2. Motivasi Kasih
     : “Manusia adalah hamba kebaikan”,atau “Dengan perbuatan baik, hati akan tertaklukkan”. Ungkapan lainnya yang hampir senada dengan itu, sebagai sebuah nasihat yang cukup berharga: “Lakukan kebaikan kepada siapa saja, niscaya engkau menjadi tuannya.
      Apabila kita renungkan dengan seksama pesan-pesan semacam itu dan yang semisalnya, dapat kita pahami bahwa sebenarnya pesan-pesan tersebut sejalan dengan akal pikiran yang sehat dan naluri setiap insan. Karena secara logis setiap hati orang pasti akan takluk kepada siapa saja yang telah berbuat baik kepadanya dan akan murka kepada siapa saja yang berlaku buruk kepadanya
     Perbuatan baik dan berkhidmat kepada orang lain, pasti si penerima kebaikan itu akan memiliki kecendrungan untuk mengenal pelakunya dan berterima kasih kepadanya. Bahkan lebih dari itu, ia akan berpikir dan berusaha untuk melakukan balas jasa atas kebaikan tersbut. Semakin tinggi nilai sebuah kebaikan, maka akan semakin takluk hati si penerimanya dan semakin tinggi pula keinginannya untuk mengenal pemberi kebaikan tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwakonsep berterimaksaih kepada pemberi kebaikan, terlebih dahulu diakui oleh rasa kasih, sebelum dibenarkan oleh mahkamah akal sehat.
     Coba mrenungkan beberapa pertanyaan dan ungkapan berikut ini, karena dengan cara itu, akan lebih dapat merasakan. Tahukah sobat berapa harganya diri kita yang tersusun dari dua unsur; unsur materi dan ruhani?  Pernahkah Sobat bertanya kepada dokter spesialis mata; berapakah harga kedua biji mata itu?  Bersediakah kita menukar kedua bola mata itu dengan sebuah istana yang megah lengkap dengan isinya, tetapi menjadi buta? Jika kita mencoba menghitung dan menjumlah -secara materi-  nilai dan harga seluruh anggota dan organ-organ tubuh, kemudian kita diminta oleh si pemberinya untuk mambayarnya seluruhnya, berapakah harga yang layak untuk diberikan kepadanya? Mampukah kita memberikan semua itu?  Hingga saat ini, pernahkah kita ditagih dan dimintakan uang untuk membayar sewa atau pajak dari penggunaan semua anggota tersebut?
       Apabila telah di pahami dan ketahui betapa tinggi nilai diri kita dan berbagai kenikmatan yang diberikan kepada kita selama hayat ini, logiskah jika kita merasa enggan atau tidak peduli untuk mengetahui dan mengenal siapa yang memberikan semua kenikmatan itu kepada kita?.....  jika si pemberi berbagai kenikmatan tersebut akan meminta pertanggung jawaban dari kita atas penggunaan yang kita lakukan selama hayat di kandung badan?   Apabila kita diberi hadiah sebesar seratus juta dolar -misalnya- oleh seseorang, bagaimana cara kita berterimakasih kepadanya?  Setiap orang yang mendapatkan hadiah sebesar itu, pasti akan berusaha mengenal siapa pemberinya, dan berpikir bagaimana caranya berterimakasih kepadanya.  
     Apabila hal itu telah kita pahami dengan baik,, bahwa selayaknya bahkan seharusnya manusia yang telah menerima berbagai kenikmatan ini berusaha mengenal si pemberinya dan penciptanya. Dialah Tuhan YME pencipta alam semesta ini.
 
3. Motivasi Fitri
      Manusia, di samping memiliki sarana akal dan pikiran untuk menjalani bahtera kehidupan di muka bumi ini, juga dibekali dengan berbagai perasaan hati.  Terkadang manusia -berbeda dengan binatang- melalui perasaan hatinya yang dalam dapat mengerti dan memahami wujud dan hakikat sesuatu. Artinya, tanpa melalui studi, pengkajian, bimbingan atau pemikiran rasional, dapat memahami atau menilai sesuatu. Perasan insan di dalam lubuk hatinya yang dalam itulah disebut fitrah insani. Pengetahuan secara fitrah artinya pemahaman dan pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui perasaan lubuk hatinya yang dalam dan tanpa melalui proses belajar, mengkaji dan berpikir.  Misalnya secara fitrah setiap manusia mencintai keindahan, suka perdamaian dan membenci kezaliman. 
       Ketika kita melihat sebuah pemandangan yang indah, atau sekuntum bunga yang semerbak mewangi dengan warnanya yang mempesona, pada saat itu kita merasa tertarik dengannya. Rasa tertarik dan cinta kepada keindahan tersebut timbul dari lubuk hati kita yang dalam. Apakah kita perlu belajar atau berpikir untuk tertarik dan mencintai keindahan tersebut? Jawabnya tentu saja tidak. Karena cinta keindahan merupakan persoalan fitri dan merupakan salah satu dari sekian banyak kecendrungan transendental jiwa manusia.
     Upaya untuk mengenal Tuhan Pencipta alam semesta ini, bukan hanya merupakan perasaan esensial yang ada di dalam hati setiap manusia, lebih dari itu ia merupakan dorongan fitrah yang paling kuat yang bersemayam di dalam relung jiwa setiap insan.   
    Oleh karena itu, umat manusia sejak masa purba hingga sekarang dan juga pada masa akan datang, senantiasa berupaya untuk mengenal dan mengetahui Tuhan Pencipta yang telah mewujudkan diri mereka dan alam semesta ini. Munculnya rasa keberagamaan dan mencari sembahan sejati, sejalan dengan fitrah insani tersebut.
      Setiap orang yang membaca dan mengkaji dengan cermat perjalanan dakwah para utusan Tuhan, dapat memahami dengan baik bahwa dasar risalah mereka adalah memerangi kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala-berhala buta, dan mereka tidak mengedepankan pembuktian wujud Tuhan Pencipta. Mengapa demikian? Jawabnya, karena masalah wujud Tuhan Pencipta telah tertanam di dalam lubuk hati setiap manusia sebagai persoalan fitri. Dengan kata lain, bahwa manusia tidak menuntut pembuktian wujud Tuhan Pencipta untuk ditanamkan pada lubuk hati mereka. Karena persoalan wujud Tuhan Pencipta merupakan hal fitri setiap insan.  Oleh karena itu, para utusan Tuhan tersebut lebih banyak mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk membunuh hama dan belukar yang acapkali membuat kering dan layu pokok keyakinan fitri tersebut, lalu menyiraminya dengan air budi pekerti yang luhur dan terpuji.
     Di samping rasa tertarik dan cinta kepada keindahan, rasa ingin tahu dan cinta kepada pengetahuan pun merupakan persoalan fitri bagi setiap manusia. Rasa ingin tahu inipun merupakan pendorong yang kuat bagi setiap insan untuk mengenal Tuhan Pencipta alam raya ini.
      Apakah seseorang yang menyaksikan sistem yang  menakjubkan di dalam dirinya dan di alam semesta yang luas ini, tetapi ia tidak merasa tertarik untuk mengenal pencipta sistem tersebut?
Akal setiap insan menuntut dan menuntun mereka untuk mengenal dan mengetahui Tuhan Pencipta alam semesta ini. Rasa kasih akan menarik mereka kepada keinginan tersebut  dan fitrah insaniakan mendorong mereka untuk bergerak ke arah-Nya. Dengan jelas, telah di uraikan mengenai berbagai motivasi yang mendorong manusia untuk mengenal Tuhan Pencipta.  Karena kebahagiaan dan perdamaian yang sejati dan hakiki akan terwujud dengan jalan tersebut.
Sekian dan terima kasih semoga bermanfaat
Amin....

Kamis, 08 Februari 2018

Rohani



Di dunia ini manusia dapat menemui banyak macam agama, aliran dan berbagai macam jenis spiritualitas. Itu semua diperkenankan untuk mengada karena Tuhan adalah Tuhan yang Maha Pengasih-Penyayang sekaligus Maha Tahu. Tahu bahwa karakter tiap manusia tidaklah sama. Tahu bahwa kapasitas, kemampuan, bakat, ketertarikan, budaya dan cara mengada tiap-tiap manusia tidaklah sama. Tidak sama bukan karena kecelakaan rohani, tetapi justru adalah karena KehendakNya. Ada yang mau membantah ini? Silakan.
Mengapa perbedaan diciptakanNya?
Tiada lain tiada bukan adalah agar proses penempaan rohani itu dapat berlangsung di atas muka bumi ini. Bila semuanya sama dan hanya karena keterpaksaan, maka jiwa manusia tidak akan dapat tumbuh alami berseri secara sejati apa adanya. Bagai batu-batu alam yang baru ditambang, semuanya hanyalah bongkahan kasar yang berdebu, tetapi karena digosok secara telaten dan lama, berubahlah jadi batu permata yang bernilai tinggi. Begitulah pula manusia, perbedaan diadakan olehNya agar terjadi proses gosok-menggosok yang mendewasakan jiwa manusia. Tidak hanya mendewasakan, tetapi juga mentranmutasi bahan baku itu terangkat menjadi suatu yang secara substansial lebih luhur.
Perbedaan itu terjadi, karena tiap-tiap jiwa diberikan alur perjalanan hidup yang berbeda-beda melalui banyak kehidupan sebelumnya. Jiwa-jiwa yang dulunya tertindas akan cenderung menuntut Keadilan. Jiwa-jiwa yang terkoyak perang dalam kehidupan masa lalunya akan cenderung menjadi anti-perang atau bisa juga salah kedaden sebaliknya muncul nafsu yang besar untuk berperang (membalas dendam). Jiwa-jiwa yang dulunya makmur berkelimpahan, maka impuls utama batinnya lebih cenderung pada ajaran-ajaran yang bersifatkan Kasih dan Memberi.
Semua tumpukan karma masing-masing inilah yang dilihat oleh beberapa cenayang sebagai roh-roh di alam baka yang memanggul beban bekalnya masing-masing. Ada yang membawa bungkusan besar, ada juga yang hanya menenteng kecil. Ada yang terlihat kaya raya, ada yang seperti roh gelandangan.
Ketika mereka kembali turun ke bumi, maka life-quest dan kemampuannya (kapasitasnya) pun berbeda-beda. Ada yang mudah menerima ajaran kebijaksanaan, ada yang tidak mudhengan. Tapi bukan berarti lebih buruk, barangkali jiwa-jiwa yang sederhana itu justru lebih kuat memanggul pelajaran melalui laku-praktek bhavana (meditasi, puasa, tarak, dsb) atau melalui pelayanan2 sosial kepada masyarakat (voluntir, sukarelawan, pekerja sosial, dsb), ada juga yang melalui bhakti kepada negeri / bangsa, dll.
Masing-masing sesuai karakter bawaannya. Karakter jiwanya itu akan menimbulkan rasa cocok atau tidaknya dengan sesuatu. Mereka yang cocoknya di Jnana Yoga (jalur analitikal intelektual) akan merasa cepat bosan dan akhirnya quit bila dipaksa hanya menerima cekokan2 hapalan "pokoknya begini". Tapi sebaliknya mereka yang cocoknya di Bhakti Yoga (jalur pengabdian) maka akan merasa sangat berat untuk diajak berpikir mendalam.
Itu baru dari segi jenis karakternya. Dari segi kapasitasnya juga bisa bermacam-macam.
Mereka yang berkapasitas "small" merasa cukup dengan asal patuh dan menjalankan apa yang sudah diperintahkannya. Tetapi mereka yang berkapasitas "medium" mungkin butuh sesuatu yang lebih besar. Mereka tidak cukup hanya terima perintah dan patuh, tapi menuntut untuk paham mengapa harus melakukan ini dan itu. Sementara mereka dengan kapasitas "Big" tidak cukup hanya berhenti sampai pada tahap paham saja, tetapi juga mendobrak keluar untuk mencari terobosan baru melebihi dari apa yang sudah ada menemukan yang paling inti : satu anak kunci yang dapat membuka semua pintu.
Masih banyak lagi parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk cara memandang perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam spektrum realitas kejiwaan dan budaya manusia di atas muka bumi ini. Tetapi semua itu hanyalah ILUSI. Ya betul, saya katakan ilusi karena perbedaan itu sejatinya bukanlah sesuatu yang nyata. Dirasakan "nyata" hanyalah karena faktor kejatuhan (fallen-ness) manusia ke dalam individualitasnya masing-masing. Bila bisa keluar dari kungkungan individualitas itu, maka perbedaan-perbedaan itu mencair. Apa yang tadinya ia begitu yakin lihat benar2 "ada" disitu, sekarang disadarinya hanyalah sebagai sebuah momen transien (kesementaraan) dari faktor-faktor pengkondisi yang membentuk  ke-ada-an itu.
Untuk menjelaskan di atas, saya beri sebuah alegori kisah sbb:
Seorang Raja mengirim anaknya untuk dibesarkan jauh diluar istana. Suatu ketika menjelang saatnya, maka ia perlu mengundang putranya kembali ke istana. Tetapi karena banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai putranya, maka ia perlu menguji manakalah yang asli putra  terkasihnya.
Oleh karena itu ia mengumumkan pada rakyat bahwa siapa saja yg merasa putra sah hendaknya dapat datang menemuinya di istana. Untuk itu ia menciptakan ilusi-optik di taman istananya. Lalu ia menginstruksikan para pengawalnya untuk mengantar setiap orang yang datang untuk berjalan melewati taman-ilusi itu.
Yang pertama dan kedua datang bersamaan masuk melalui taman itu dan dengan segera melihat adanya dayang-dayang kraton yang cantik-cantik muda imut sedang bermain-main bercanda ria dengan tanktop. Orang yang pertama segera ia tergiur dan berpikir, "Ahh inilah surga yg sebenarnya, ternyata tidak jauh2 amat".  Temannya yang disampingnya tidak tertarik dengan itu, ia meneruskan langkahnya masuk semakin ke dalam taman. Tiba-tiba ia melihat pundi-pundi perak berkilau. Ia terkejut melihat itu dan segera hatinya berbunga2 timbul serakah dengan segera mengumpulkan kepingan2 perak itu untuk dibawa pulang. "Bertemu dengan Raja belum tentu berhasil, lebih baik ambil ini saja sudah cukup".
Orang  yang ketiga datang melewati ilusi dayang dan perak itu, hatinya tetap tak bergeming. Tetapi ketika berjalan lebih ke dalam lagi , ia melihat adanya kepngan2 emas yang menumpuk tinggi. Dengan segera matanya jadi "hijau" dan ia mulai sibuk mengumpulkan itu untuk dibawanya pulang, sembari bergumam,  "Mungkin sang raja hendak mengundang saya hendak memberi ini". ...
Orang yang keempat terhenti ketika dalam perjalanannya di taman-ilusi ditawari sebagai pejabat istana. Ilusi kekuasaan. Orang yang kelima terhenti ketika melihat cahaya pengetahuan  berpendar2 berputar abstrak sedemikian indahnya diiringi musik indah dan gemericik air jernih,...perhentian pengetahuan...perhentian ketenangan... dan seterusnya.
Hingga terakhir giliran putranya sejati yang melewati taman-ilusi itu. Tapi karena kecintaannya yang sejati, maka ia tidak peduli dengan semua "intermediate-gain" (perolehan di-antara) itu, dan terus melaju berjalan untuk menemui ayahandanya di istana. Tiada hal lain yang lebih besar daripada kerinduannya pada Ayahandanya.
Demikianlah pula dunia in adalah Taman Ilusi tersebut. Berbagai agama, aliran dan jenis-jenis spiritual mengajak jalan pulang tetapi perhentiannya tidak sama. Semua memang mengklaim membicarakan "Yang Akhir", tetapi dalam praktek senyatanya tujuan-tujuan intermediate itu seringkali yang menjadi motif utamanya. Itulah yang menyebabkan adanya orang yang tuntas pada masa kehidupan kali ini, tapi jauh lebih banyak yang harus melanjutkan pelajaran di kehidupan selanjutnya manakala telah 'naik-kelas' (kapasitasnya jadi lebih besar).
Rahayu!

Rabu, 07 Februari 2018

SATU ALLOH TIGA AGAMA

Abrahamik sering pula disebut sebagai agama Samawi. Agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno bersama dan yang ditelusuri oleh para pemeluknya kepada Abraham atau Ibrahim (“Bapak/Pemimpin banyak orang” Bahasa Ibrani אַבְרָהָם (“Avraham”) Bahasa Arab ابراهيم (“Ibrahim”), seorang leluhur yang kisah hidupnya diceritakan di dalam Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama, dan sebagai seorang nabi di dalam Al Qur’an dan juga disebut nabi dalam Kitab Kejadian 20:7.

Agama ini merupakan kelompok besar dari agama-agama monoteistik, termasuk Yudaisme, Kristen, Islam, Druze, Ahmadiyah, Bahá’í, Mormonisme dan mungkin termasuk pula Sikh. Agama-agama Abrahamik mewakili lebih dari setengah dari seluruh pemeluk agama di dunia. Namun demikian, banyak dari para pemeluk agama ini yang menolak pengelompokan agama atau kepercayaan mereka seperti ini dengan alasan bahwa agama mereka pada intinya dan dasarnya mengandung gagasan-gagasan yang berbeda atau bahkan berlawanan dengan gagasan-gagasan agama yang lainnya mengenai Abraham dan Tuhan atau Allah.

Menurut tradisi Yahudi, Abraham adalah orang pertama dari masa pasca air bah yang menolak penyembahan berhala melalui analisis yang rasional (Sem dan Eber melanjutkan tradisi dari Nuh), dan karena itu ia secara simbolis muncul sebagai tokoh fundamental untuk agama monoteistik. Dalam pengertian ini, agama Abrahamik dapat disebut secara sederhana sebagai agama monoteistik, tetapi tidak semua agama monoteistik tergolong agama Abrahamik. Dalam Islam ia dianggap sebagai pemeluk monoteis yang pertama di dunia, ketika monoteisme telah lenyap (Abraham adalah nabi yang berada dalam rangkaian nabi-nabi, mulai dari Adam) dan karenanya sering dirujuk sebagai Ibrahim al-Hanif atau Abraham sang Monoteis.

Istilah monoteisme padang pasir kadang-kadang digunakan untuk maksud perbandingan serupa dalam konteks historis, tetapi bukan untuk agama-agama modern, dan sekarang istilah ini dianggap menghina.

Saat ini di dunia diperkirakan ada sekitar 3,7 milyar orang pemeluk agama Abrahamik.

Agama samawi atau disebut juga agama langit, adalah agama yang dipercaya oleh para pengikutnya dibangun berdasarkan wahyu Allah.

Beberapa pendapat menyimpulkan bahwa suatu agama disebut agama Samawi jika:

* Mempunyai definisi Tuhan yang jelas
* Mempunyai penyampai risalah (Nabi/Rasul)
* Mempunyai kumpulan wahyu dari Tuhan yang diwujudkan dalam Kitab Suci

Di dunia ini agama-agama besar yang dianggap agama samawi diantaranya Yahudi, Kristen, Islam. Kebalikan dari agama samawi adalah Agama Ardhi.

Di dalam Torah dan Al Qur’an, Abraham digambarkan sebagai seorang leluhur yang diberkati oleh Allah (orang-orang Yahudi menyebutnya “Bapa kami Abraham”), dan dijanjikan banyak hal yang besar. Orang Yahudi, Kristen, dan Islam menganggapnya sebagai bapak bangsa Israel melalui anaknya Ishak; Orang Muslim juga menganggapnya sebagai bapak bangsa Arab melalui anaknya Ismail. Dalam keyakinan Kristen, Abraham adalah teladan bagi iman, dan niatnya untuk taat kepada Allah dengan mempersembahkan Ishak dipandang sebagai pendahulu atau baying-bayang dari persembahan oleh Allah sendiri atas Anak-Nya, Yesus. Dalam Islam, yang meyakini bahwa Ismail dan bukan Ishak yang dipersembahkan, Ibrahim taat kepada Allah dengan mempersembahkan Ismail dan dianggap sebagai salah satu nabi terpenting yang diutus oleh Allah. Dalam Al-Qur’an, Ibrahim disebutkan bukan penganut Yudaisme dan bukan pula seorang penganut Nasrani, tetapi dia memiliki kepercayaan terhadap Allah yang disebut Millah Ibrahim. Dalam Al-Qur’an, disebutkan Nabi Ibrahim memiliki lembaran-lembaran suci tetapi tidak disebut sebagai Kitab Suci.

Semua agama Abrahamik berkaitan (atau bahkan berasal dari) Yudaisme sebagaimana yang dipraktikkan di kerajaan Israel dan Yehuda kuno sebelum pembuangan ke Babel, pada awal milennium pertama SM. Banyak orang percaya bahwa Yudaisme di Israel kuno pada zaman Alkitab diperbarui pada abad ke-6 SM oleh Ezra dan oleh para imam lainnya yang kembali ke Israel dari pembuangan.

Meskipun menerima orang-orang yang pindah menjadi pemeluknya, Yudaisme tidak menganjurkannya, dan karena itu tidak mempunyai misionaris. Yudaisme menyatakan bahwa orang-orang non-Yahudi dapat hidup benar dengan mengikuti Hukum Nuh, yaitu tujuh perintah universal yang diharapkan diikuti oleh orang-orang non-Yahudi. Dalam konteks ini Rambam (Rabi Moses Maimonides, salah seorang guru Yahudi penting) berkomentar, “Mengutip dari para bijak kita, orang-orang yang benar dari bangsa-bangsa lain mempunyai tempat di dunia yang akan datang, bila mereka telah menemukan apa yang seharusnya mereka pelajari tentang Sang Pencipta.” Karena perintah-perintah yang dapat diterapkan kepada orang-orang Yahudi jauh lebih terinci dan berat daripada hokum-hukum Nuh, para sarjana Yahudi biasanya mengatakan bahwa lebih baik menjadi seorang non-Yahudi yang baik daripada seorang Yahudi yang tidak baik, karenanya mereka tidak menganjurkan perpindahan agama. Yang umumnya terjadi, orang-orang yang berpindah ke Yudaisme adalah mereka yang menikah dengan orang Yahudi; di Amerika Serikat, jumlah orang-orang ini diperkirakan mencapai 10.000-15.000 setiap tahunnya. Lihat pula Perpindahan ke Yudaisme.

Agama Baha’i memberikan tekanan khusus untuk tidak melakukan proselitisme. Malah hal ini dilarang. Orang-orang Baha’i memang menerima orang-orang yang pindah dari latar belakang segala agama dan etnis dan secara aktif mendukung orang-orang yang secara pribadi melakukan penelaahan tentang kepercayaan ini. Umat Baha’i mempunyai “perintis-perintis” dan “guru-guru keliling” khusus yang pindah ke wilayah-wilayah yang komunitas Baha’inya kecil untuk menolong memperkuat dan memperluasnya.. Para pemeluk agama lain sangat dihormati dan dalam banyak hal dipandang sebagai orang-orang yang secara spiritual atau rohani sejajar. Sementara umat Baha’is memandang hukum-hukum dan wahyu Baha’i unik, mereka tidak menghalangi para pemeluk agama lain dalam upaya spiritual mereka. Mereka juga menjadi pemimpin dalam berbagai upaya antar-iman.

Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata : “ Dan saya mohon juga dari keturunanku”. Allah berfirman : “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.(Al Qur’an Surah 2:124)

Sumber : Wikipedia

Kita perlu sadar bahwa ketiga agama Semitik/Samawi menyembah El/Allah yang sama yang disembah Abraham/Ibrahim yang sama pula. Yang membedakan adalah pengajaran/aqidah mengenai Allah yang sama itu berbeda. Agama Yahudi mempercayai Allah Abraham yang memberikan perjanjian melalui Abraham, Ishak dan Yakub (sesuai kitab suci Tenakh/Perjanjian Lama). Agama Kristen mempercayai hal itu namun juga penggenapannya dalam Tuhan Yesus Kristus (Perjanjian Lama & Baru), ini diragukan keotentikannya oleh agama Yahudi. Agama Islam secara implisit beriman pada kitab-kitab Yahudi & Kristen (QS 2:136) namun secara eksplisit meragukan keotentikannya, dan beriman pada Allah Ibrahim namun juga wahyu yang dipercayai diterima oleh Nabi Muhammad. Wahyu ini diragukan keontentikannya oleh agama Yahudi maupun Kristen.

Memang benar bahwa nama ‘Allah’ pada masa jahiliah pernah merosot ditujukan kepada dewa berhala kafir, namun Islam ingin mengembalikan pengertian itu pada ‘Allah’ kaum Hanif yang menganut ajaran Ibrahim. Demikian juga dalam sejarah Yahudi, nama ‘Elohim’ dan ‘Yahweh’ juga pernah merosot ditujukan kepada berhala Anak Lembu (Keluaran 32:1-6 & 1Raja 12:2Cool namun Musa ingin mengembalikan pengertian itu kembali kepada ‘Yahweh, Elohim Israel.’ (Keluaran 32:26-27).

Perlu disadari bahwa bahasa Arab sebagai salah satu dialek Semitik, dan nama Allah dalam bahasa Arab terutama lisan sebelum ada budaya tulis, sudah lama ada sebelum agama Islam hadir, maka sekalipun Islam sekarang menjadi agama mayoritas yang dianut orang Arab, tentu tidak bisa mengklaim bahwa nama itu adalah nama eksklusif milik agama tertentu, padahal nabi Muhammad dalam Al-Quran dan orang Arab sendiri mengakuinya sebagai milik bersama para penganut agama Semitik/Samawi (yang notabena diturunkan dari bahasa Semitik dan Aram itu).

Nama Allah dalam bahasa Arab sudah masuk menjadi kosakata bahasa Indonesia, dan Alkitab bahasa Indonesia sudah menggunakan nama itu seperti saudara/i Kristen di tanah Arab selama 4 abad dan tidak ada masalah selama itu dan andaikan ada konflik antar agama isu nama Allah tidak pernah menjadi penyebab. Karena itu kalau sekarang timbul anggapan bahwa masalah nama sesembahan itu dijadikan isu seakan-akan mengganggu kerukunan beragama, tentu patut disayangkan sebab di Malaysia sendiri sudah tidak dipermasalahkan lagi, bahkan di negara-negara berbahasa Arab sendiri tidak pernah dipersoalkan. Baru ketika kelompok Kristen yang terpengaruh Yudaisme dan yang kurang mengerti sejarah Arab dan bahasanya mempersoalkannya isu ini naik kepermukaan.

Sekalipun berbeda dalam ajaran/aqidah, kesamaan Allah semitik/samawi yang disembah ketiga agama semitik/samawi itu seharusnya bisa menjadi perekat kesatuan bangsa Indonesia yang selama ini berdampingan secara damai. Seharusnya kita sadar bahwa gerakan fanatisme Yudaisme melalui orang-orang tertentu yang mau meresahkan hubungan dengan disatu sisi meremehkan sesembahan tertentu dan disisi lain menyalahkan penganut tertentu, bisa kita hadapi dengan hati-hati dan panjang hati. Dengan demikian kerukunan beragama menjadi nyata dan kesatuan bangsa Indonesia tercapai tanpa kita harus menghilangkan identitas pengajaran/aqidah agama masing-masing.

Sehubungan dengan artikel ‘Satu Allah Tiga Agama’ dan sebagai kelanjutan Diskusi-diskusi sebelumnya mengenai judul ‘Satu Allah’, berikut ada diskusi tentang tanggapan seorang dosen Kimia dari Yogyakarta.

(Tanggapan-1) Bukankah terlalu gegabah jika berkesimpulan bahwa umat Yahudi dan Yesus menggunakan Septuaginta. PL Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi Septuaginta (LXX) di lakukan di Aleksandria suatu kota di Mesir di mana terdapat perkampungan Yahudi yang memang lebih fasih berbahasa Yunani, dan untuk keperluan mereka inilah terjemahan dilakukan (baca Atlas Alkitab). Jelas bahwa Septuaginta bukanlah konsumsi masyarakat Yahudi di Israel pada umumnya. Dugaan bahwa umat Yahudi dan Yesus menggunakan septuaginta disebabkan oleh pandangan bahwa (1) PB Yunani merupakan satu-satunya sumber otentik untuk PB, bahkan (2) percakapan Yesus berlangsung dengan bahasa Yunani; peninggalan Dead Sea Scroll, Coin, Surat Ba-Kobha, Kesaksian Sejahrawan Yosephus membuktikan bahwa pada zaman Yesus bahasa Ibrani merupakan bahasa popular. Tambahan pula Septuaginta sebelum tahun 200-an, nama YHWH tidak diterjemahkan melainkan muncul dalam huruf Paleo-Hebrew. Baru setelahnya YHWH diterjemahkan Kurios. Peristiwa Pentakosta disampaikan oleh rasul Yahudi (Petrus) pastilah dalam bahasa Ibrani, namun terdengar secara ajaib menurut bahasanya masing-masing pendengar!

(Jawab-1) Perlu disadari bahwa bahasa Yunani sudah dibudayakan dengan gencar sejak abad-4 sM ketika Alexander menguasai daerah yang luas di Timur Tengah, dari Yunani di Eropah sampai Mesir dan memasuki India di Timur. Dan setelah Alexander maka wangsa Yunani Ptolomeus di Mesir dan Seleuceus di Syria melanjutkan peng’yunanian’ itu dimana Palestina terjepit di antaranya. Bahasa Yunani sudah menjadi bahasa rakyat bersama bahasa Aram sebagai bahasa ibu selama berabad-abad dan sekalipun sejak abad-1sM Romawi berkuasa, bahasa Yunani tetap menjadi bahasa umum (koine) sampai dilibas bahasa Arab setelah Islam lahir. Sekalipun kita menjunjung tinggi bahasa Ibrani, kita perlu terbuka akan fakta bahwa bahasa Ibrani sudah mati sebagai bahasa percakapan jauh sampai ke masa Ezra dan hanya dijadikan bahasa tulisan kitab suci agama. Perlu disadari bahwa Yesus, Para Rasul dan Sinagoga umumnya menggunakan Septuaginta karena naskah itulah yang komunikatip dan ketika Yesus membaca kitab suci di sinagoga (Luk.4) Ia membaca naskah Septuaginta. 80% kutipan PL dalam PB dikutip dari Septuaginta, sisanya dari fragmen lain. Kalau dalam Alkitab disebut ‘bahasa Ibrani’ itu bahasa aslinya ‘hebraisti’ (lidah Ibrani) atau ‘hebraidi dialekto’ (dialek Ibrani) yang maksudnya bahasa Aram. Yosephus sendiri menulis karyanya ‘Perang Yahudi’ dalam bahasa Aram (hebraisti). Petrus di hari Pentakosta kemungkinan besar berkotbah dalam bahasa campuran Aram dan Yunani karena keduanya dikenal umum kecuali orang-orang asing yang hadir, yang jelas ia tidak berbicara bahasa Ibrani yang saat itu tidak digunakan dalam percakapan dan hanya terdiri dari konsonan itu dan sudah tidak dikenal umum sejak zaman Ezra (Neh.8:9).

Gambar-gambar bukti mengenai Septuaginta yang menulis tetragramaton dalam bahasa Ibrani biasanya dikutip dari literatur Saksi-Saksi Yehuwa (a.l. brosur ‘NAMA ILAHI Yang Akan Kekal Selama-lamanya’ dan ‘Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru’). Kalau kita mengamati dengan teliti, kita dapat melihat bahwa kata ‘tetragramaton’ disitu dicanggokan ke dalam kalimat oleh pemuja nama Yahweh, karena terlihat jelas perbedaan besaran font, kepekatan tinta, gaya tulisan dibandingkan kalimatnya. Perlu diingat bahwa bahasa Yunani ditulis dari kiri ke kanan dan bahasa Ibrani dari kanan ke kiri. Kalau penulis Septuaginta mau menulis tetragramaton, tentunya bukan HeWahHeYod (dengan huruf Ibrani dari kiri ke kanan), melainkan ‘Iaoue’ dengan huruf Yunani. Kata Ibrani Heleluyah (Mzm.111:1) yang masih dipertahankan dalam Septuaginta tidak ditulis ‘AlleluHeYod’ melainkan ‘Alleluea.’

—–

(T-2) Apa maksudnya pernyataan ‘kelompok Pemuja Nama Yahweh memaksakan kehendak’? Fatwa mati jelas melanggar HAM. Cara-cara kelompok”mapan” menanggapi “perubahan-perbedaan” dengan menganggap fanatisme sempit sesungguhnya mirip dengan sikap Gereja Katolik ketika menghadapi Martin Luther dengan sekitar 300 thesisnya yang ditempel-tempelkan di dinding-dinding Gereja sebagai protes ketidak-setujuannya yang kemudian mengganggapnya sebagai anti-christ bagi para Lutheran.

(J-2) ‘Memaksakan Kehendak’ bisa dilihat dari fakta ucapan menghakimi yang biasa keluar dari pemuja nama Yahweh, memaksakan tafsiran sendiri yang masih mentah, memaksa LAI untuk mengganti semua nama ‘Allah’ dan ‘TUHAN’ dari Alkitab, dan ketika ditolak karena kurang kuat dasarnya, menjiplak begitu saja karya LAI dan memaksa mengganti semua kata ‘Allah’ dan ‘TUHAN’ tanpa izin. Soal ‘fatwa mati’ memang tidak dibenarkan namun melihat peristiwanya bisa dimaklumi karena ucapan-ucapan Suradi dalam kaset dan tulisannya memang sarkastis sekali dan memaksakan diri. Umat Kristen tidak keberatan kalau digunakan nama ‘Yahweh’ tetapi jangan dengan memaksa orang lain untuk menggantinya. Adalah terhormat kalau pemuja nama ‘Yahweh’ (yang sering menyatakan diri sebagai ahli bahasa Ibrani dan Yunani) menerjemahkan sendiri naskah Alkitab dari bahasa aslinya daripada memaksa terjemahan orang lain dan mengganti sendiri. Soal Martin Luther, coba belajar lagi, karena jumlah thesis Martin Luther Cuma ‘95′ bukan ‘300.’

—–

(T-3) Ditinjau dari kronologi yang tercatat Alkitab berikut: YHWH disebut namaNya sejak pada zaman Enos (Kej. 4:26), Leluhur bs Israel berkomunikasi dengan Elohim dengan melibatkan nama YHWH. Nuh berkomunikasi dengan YHWH dan mebangun mezbah YHWH (Kej.8:20), dan memuji YHWH (Kej 9:26). Abraham juga berkomunikasi dengan YHWH, dan mendirikan mezbah YHWH (Kej. 12:7) dan kemudian memanggil namaNya (ay8). Abraham bersumpah demi YHWH, Elohim yang Maha Tinggi, Pencipta langit dan bumi (Kej 14:22). Abraham menjawab, “Ya Adonai YHWH, ….” (Kej. 15:2, Cool Yakub bertempur melawan YHWH dan kemudian mendirikan Betel (Kej.28:19-22). Jadi aneh jika Yahweh dianggap sebagai Tuhannya khas orang Israel. Yahweh memang kemudian diakui secara nasional sebagai Nama Tuhan mereka mulai eksodus. (Barangkali justru betul jika Allah itu apa Tuhannya bs Arab?). Sebutan Elohim mendominasi Kej.1, YHWH-Elohim (tepatnya Elohim YHWH) secara bersamaan (20 kali) mendominasi Kej 2 -3; Selanjutnya Kej. 4 – Maleakkhi, nama YHWH (totalnya sekitar 68000 kali) jauh mendominasi ketimbang sebutan El, Elowah, Elohim (total ketiganya kurang dari 3000 kali).

(J-3) Perlu disadari bahwa Kitab Pentateuch ditulis Musa setelah ia diperkenalkan dengan nama ‘Yahweh.’ Bila kita mempelajari sifat-sifat Tuhan ‘El’ dan ‘Yahweh’, sekalipun keduanya memiliki teologi sama, dapat dilihat bahwa ada sifat baru yang ditunjukkan nama ‘Yahweh,’ yaitu sebagai Tuhan yang menyelamatkan/membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir yang dikenal dimasa Keluaran, ini menunjukkan bahwa nama itu baru dikenal bangsa Israel melalui Musa. Tuhan ‘Yahweh’ adalah khas Israel, Tuhan yang dinamis, yang memberikan keteguhan iman bagi Israel dan yang menyatukan mereka menghadapi penindasan perbudakan di Mesir. Tuhan yang menyatakan diri dengan nama baru khas padang gurun ‘Sinai’ itu bisa kita lihat petunjuknya di banyak kitab lain dalam Tenakh yang tidak bergantung satu dengan lainnya (a.l. Hos.2;13:4; Yes.43:3; Yer.2:1 dst; Yeh.20; Am.2:10 dst; 5:25; dan yang juga dinyatakan penyair kuno Israel yang menyanyikan nyanyian kemenangan seperti nyanyian Debora (Hak.5) dan Mzm.68:8 dst.).

Dalam proses penulisan dan penyalinan ada intervensi teologis kaum Yahwis untuk memasukkan nama yang baru dikenal itu dalam sumber kitab Kejadian, dimana kemudian nama ‘Yahweh’ tidak sekedar disebut secara eksklusif sebagai ‘Tuhan Israel’ tetapi diperpanjang sampai ke ayat Kejadian dan disebut bahwa “Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN” (Kej.4:26. Enos artinya manusia) untuk menunjukkan bahwa Yahweh juga Tuhan umat manusia. Bahkan keberadaan nama ‘Yahweh’ itu kemudian dikaitkan dengan “Penciptaan langit dan bumi” (Kej.2:4-7), dan kemudian menghiasi banyak halaman kitab Kejadian.

“Yahwis mempunyai pandangan lain. Menurutnya, Yahweh adalah Allah seluruh umat manusia sejak awal kejadian dunia, dan ‘ibadat kepada Yahweh’ didirikan oleh Enos, sebagai wakil umat manusia pada zaman awal sekali (Kej.4:26). Pandangan yang demikian tidak sesuai dengan kepercayaan bahwa Yahweh baru bertemu dengan israel di padang gurun. Tampaknya, pandangan Yahwis itu merupakan pandangan teologis dan bukan ingatan historis. Pandangan teologis ini sesuai dengan cara pemikirannya, yaitu bahwa penyataan yahweh bersifat universal dan berlaku untuk seluruh dunia.” (Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, h.125).

Petunjuk lain bahwa Tuhan dengan nama ‘Yahweh’ belum dikenal di kitab Kejadian bisa dilihat dari fakta bahwa selama berada di Kanaan, para leluhur dengan Tuhan mereka yang bernama ‘El’ rukun-rukun saja berdampingan dengan ilah-ilah Kanani (Baal), padahal sesudah Keluaran generasi Israel secara tegas dengan pimpinan Tuhan ‘Yahweh’ membumi-hanguskan orang-orang Kanani tanpa ampun. Bahwa Abraham juga belum mengenal nama ‘Yahweh’ bisa dilihat dari fakta bahwa ia memberi nama kepada anaknya dengan nama ‘El’ bukan ‘Yah’, Ismael (El telah melihat. Kej.16:11) mengandung nama ‘El.’ Absennya nama yang mengandung nama ‘Yah’ dalam kitab Kejadian (Abi’yah’, Eli’yah’, Yesa’yah’), tetapi hanya nama-nama yang mengandung nama ‘El’ seperti a.l. Bab ‘El’ (gerbang El), Mehuya’el’ & Metusa’el’ (Kej.4:1Cool, dan Isra’el’ (El yang bergumul. Kej.32:2Cool, menunjukkan bahwa di masa kitab Kejadian kenyataannya hanya dikenal ‘El elohe Yisrael’ (Kej.33:20) dan Ialah ‘El Beth ‘El” (Kej.35:7). Yahweh adalah El yang kasih dan adil, tetapi rupanya fanatisme Yahwis menjadikan mereka militan.

—–

(T-4) Mengapa pengenalan nama Yahweh atau paling tidak Elohim dari Abraham-Hagar-Ismail tidak bisa berlanjut pada bangsa Arab yang bahkan menetapkan “Allah” sebagai ganti nama”ilah” (Tuhan); cukup aneh bs Arab tidak mengenal nama Yahweh.

(J-4) Ujian iman Abraham (yang dirayakan Islam sebagai ‘Idul Adha’) dan bahwa nama ‘Yahweh’ tidak dikenal dalam jalur bangsa Arab keturunan ‘Ismael’ menunjukkan bukti tambahan bahwa memang nama ‘Yahweh’ belum dikenal Abraham, bahkan Hagar menamai Tuhannya ‘El Roi’ (El yang melihat), dan anaknya tidak diberi nama Isma’yah’ oleh Abraham melainkan Isma’el’. Ini memperkuat bukti bahwa nama ‘Yahweh’ belum dikenal pada saat Abraham dan baru sesudah Musa keturunan Ishak-Yakub-lah nama ‘Yahweh’ dikenal dalam jalur bangsa Israel. Kenyataan ini menunjukkan indikasi bahwa nama Tuhan semula adalah ‘El’ (Allah dalam dialek Arab) dan baru dalam masa Keluaran dinyatakan nama kedua ‘Yahweh,’ namun sekalipun demikian nama ‘El’ masih terus digunakan sebagai sinonim Yahweh sesudah Keluaran (Bil.23:4,8,19,22-23;Mzm.85:8-9;Yes.42:5). Demi menguduskan nama Yahweh, Yahweh sering digantikan nama ‘Adonai’ yang bisa berarti ‘Yahweh’, ‘Tuhan’ atau ‘Tuan.’ Yesus diberi dua nama yang mengandung kedua nama itu, yaitu ‘Imanuel’ (El menyertai kita. Mat.1:23) dan ‘Yesus’ (Yahweh adalah keselamatan. Mat.1:21).

—–

(T-5) Mengapa LAI menerjemahkan Hebrew-OT dan Greek-NT lebih mengacu pada pemakaian vocabulary Arab ketimbang Ibrani. Jika memang “Allah” (Arab) itu mempunyai equal meaning dengan Elohim (El, Eloah) kenapa tidak dibiarkan begitu saja yakni tetap Elohim? Rasanya setiap insan yang mengaku muslim di seluruh dunia ini pasti mengenal “Allah”sebagai “Allah” yang tidak akan diterjemahkan.

(J-5) Perlu disadari bahwa penerjemahan Alkitab Indonesia tidak dimulai dari nol melainkan ada proses sejarah dibelakangnya. Sejak zaman Ezra Taurat sudah diterjemahkan dan pada abad-3sM Tenakh diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (Spetuaginta) oleh para utusan imam besar Eliezer di Yerusalem. Tidak ada bukti Allah Bapa melarang penggunaan terjemahan nama’Nya’ bahkan Yesus dan para Rasul menggunakan terjemahan Septuaginta, dan Roh Kudus sendiri membimbing penerjemahan ‘lidah’ para Rasul ke bahasa-bahasa asing termasuk ‘Arab.’ Ketika Cornelius Ruyl (1629) pertama kali menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu dan menggunakan nama’Allah’ tentu ia tidak asal menggunakan nama itu. Sebagai orang Eropah ia sudah paham benar bahwa nama ‘Allah’ sudah digunakan orang-orang Kristen di negara-negara berbahasa Arab jauh sebelum masa Jahiliah/Islam, dan di Indonesia setidaknya Islam sudah empat abad sebelumnya menyebar di Nusantara sekaligus menjadikan bahasa Arab menjadi bahasa lokal termasuk kata Allah, karena itu penerjemahan ‘Theos’ menjadi Allah justru paling tepat dibandingkan misalnya diterjemahkan dengan ‘theos,’ ‘el/elohim/eloah,’ atau ‘god’. Kita juga jangan berpandangan sempit seakan-akan orang Islam hanya menggunakan nama ‘Allah’ sebab dalam terjemahan Al-Quran dalam bahasa Eropah mereka juga menggunakan istilah ‘God,’ ‘Deux’, dll.

Umat Arab beragama Yahudi dan Kristen sudah lama menggunakan nama ‘Allah’ sebelum lahir agama Islam di abad-7. Pada abad-6 ditulis inskripsi Ummul Jimmal oleh orang kristen yang dimulai dengan kalimat ‘Allah gafran’ (Allah mengampuni), dan di tahun 1881, ditemukan inskripsi Zabad (512) yang ditulis penganut Kristen yang dimulai dengan ucapan ‘Bism al-Ilah’ (Dengan nama Allah), bahkan pada saat Konsili Efesus (431) sudah ada uskup Arab Harits yang bernama ‘Abd Allah’ (Hamba Allah). Ini menunjukkan bahwa kata ‘Allah’ dan ‘Bism al-Ilah’ bukan kata-kata Islam tetapi kata-kata bahasa Arab dan sudah digunakan oleh orang Kristen Arab lebih dahulu sebelum Islam lahir, karena itu di Alquran dan Muhammad sendiri menyebut nama ‘Allah’ dipakai bersama oleh orang ‘Yahudi, Nasrani, Kristen, dan Islam’ (QS.2:136;22:40), itulah sebabnya pula di dunia Arab sekarang sebutan Allah oleh orang Kristen dan Islam tidak menjadi masalah. Ulil Absar Abdala dalam seminarnya di LAI menyebut bahwa sekitar 70% isi Al-Quran berasal dari tradisi agama Yahudi dan Kristen (termasuk kitab sucinya).

Gejala purifikasi nama ‘Allah’ adalah gejala baru di kalangan Islam tertentu, namun gejala purifikasi nama ‘Yahweh’ memang sudah lama di kalangan pemuja nama Yahweh dan baru dalam beberapa tahun terakhir ini muncul di Indonesia.
Sekian terimakasih
Semoga bermanfaat

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...