Sabtu, 17 Februari 2018

Nek ora ninja ora oleh dicinta


pancene koe pabu nuruti ib-mu
jare nek ra ninja ra oleh dicinta
opo koyo ngene susahe wong kere
ameh nyandeng tresno kalah karo bondo
ku ngerti sifatmu bedo karo awakku iki
ono opo kok koe bedo karo aku iki
opo aku salah nek aku tresno koe
po pendak dino atimu enenge gelisah
mending aku ro koe koreksi dewe-dewe
ojo waton tumindak nek kuwi ora becik
mergo sak iki tresno enenge gor bondo
menang rupo kalah rupo aku ora popo
pancene koe pabu nuruti ib-mu
jare nek ra ninja ra oleh dicinta
opo koyo ngene susahe wong kere
ameh nyandeng tresno kalah karo bondo
pisan pindo aku percoyo ro omonganmu
jebul saiki koe wes keconangan neng mburiku
koe selingkuh ro konc-ku cerakku iki
opo dumeh aku wong kere langsung tok larani
jaremu nek ra fu koe ora i love you
jaremu nek ra ninja koe ora cinta
nanging pie meneh aku wong ra nduwe
kalah bondo menang rupo kuwi saklawase
pancene koe pabu nuruti ib-mu
jare nek ra ninja ra oleh dicinta
opo koyo ngene susahe wong kere
ameh nyandeng tresno kalah karo bondo
yonek koe ra iso trimo opo enenge
gor isone ngoyak bondo kuwi ciri khase
pancen koe konco neng atimu wuto
menang rupo moto bondo kui pancen koe
aku wes ra betah ngrasake sifatmu
mending aku tak pisah ninggalke sliramu
ojo rumongso bisa nek koe ora iso
atiku wes ra kuat rasane pengen njepat
pancene koe pabu nuruti ib-mu
jare nek ra ninja ra oleh dicinta
opo koyo ngene susahe wong kere
ameh nyandeng tresno kalah karo bondo
pancene koe pabu nuruti ib-mu
jare nek ra ninja ra oleh dicinta
opo koyo ngene susahe wong kere
ameh nyandeng tresno kalah karo bondo


Jumat, 16 Februari 2018

Valentine day



Selamat malem sobat Bakul getuk. Buat yang abis ngerayain valentine dengan coklatnya tentu ada rasa spesial. Keluar kamar dan mendapati teman satu kosan sedang makan coklat. Buka facebook banyak yang upload gambar coklat. Buka twitter banyak yang membahas tentang coklat. Aarrkhh, ada apa dengan hari ini? Apa tadi malam sudah datang hujan coklat dari langit?!
Ternyata tidak, dan akhirnya penulis ingat bahwa hari ini adalah tanggal 14 Februari, dimana banyak orang menyebutnya hari Valentine, meski sebagian orang tidak ikut merayakannya. Ya, hari Valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari memang selalu identik dengan coklat dan bunga. Dalam catatan penulis kali ini penulis akan mencoba menjabarkan sedikit tentang filosofi dari hari Valentine atau yang kata orang merupakan Hari Kasih Sayang dan hubungannya dengan bunga dan coklat.
Menurut alkisah yang penulis dapatkan saat penulis duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), hari Valentine ada untuk memperingati kematian seorang pastur bernama Valentino yang jatuh cinta pada jemaah gerejanya. Peristiwa ini terjadi pada zaman dahulu kala.
Pastur ini dihukum mati karena ia lebih memilih untuk mempertahankan cintanya pada sang jemaah dan merelakan title- nya sebagai pastur dilepas. Akan tetapi karena sang jemaah berasal dari keluarga kalangan atas, maka cinta sang pastur dianggap sebagai kejahatan, dan ia pun dihukum mati.
Ketulusan cinta sang pastur baru diketahui setelah kematiannya. Karena kegigihan dan cintanya yang tulus pada sang jemaah, akhirnya banyak orang yang bersimpati dan memperingati hari kematian pastur ini sebagai Hari Kasih Sayang, dan nama Valentine berasal dari nama pastur yang telah mati yaitu Valentino.
Cerita di atas penulis dapat dari salah satu guru penulis saat SMP, dan sang guru juga mendapatkan cerita tersebut entah darimana, dan tentang kebenarannya pun belum bisa dipastikan.
Namun, dari cerita di atas kurang lebih dapat penulis simpulkan bahwa hari Valentine yang diperingati pada tanggal 14 Februari adalah untuk memperingati kematian seorang pastur bernama Valentino yang mengorbankan dirinya untuk membuktikan ketulusan cintanya pada seorang jemaah gerejanya.
Valentine, Bunga dan Coklat
Hari Valentine Selalu identik dengan bunga dan coklat. Mengapa demikian? Menurut penulis, bunga melambangkan keindahan dan coklat melambangkan manis.
Bunga
Mengapa bunga dihadirkan sebagai simbol hari Kasih Sayang? Kita semua tahu bahwa bunga (apalagi bunga mawar) yang merupakan lambang cinta adalah salah satu tanaman yang indah, harum, dan apabila tidak hati-hati menggenggamnya, durinya akan melukai tangan kita.
Seperti halnya cinta yang indah, namun, jika tidak hati-hati menjaganya akan melukai pelaku cintanya.
Coklat
Coklat itu manis. Mungkin itu adalah alasan coklat dijadikan identik dengan Valentine. Membagikan sesuatu yang manis akan menaburkan kebahagiaan. Karena berbagi kasih sayang itu manis, baik bagi yang membaginya maupun yang menerimanya. Saat seseorang memberikan kasih sayang dan wujud kasih sayangnya tersebut disambut baik oleh orang yang dituju, sang pemberi kasih sayang akan merasa sangat senang. Demikian pula saat seseorang berbagi coklat. Siapapun yang menerimanya akan merasa senang. ( penulis juga akan merasa senang saat ada yang memberi coklat pada penulis ^^)
Seperti itulah pendapat penulis tentang bunga dan coklat di hari Valentine. Meskipun umumnya banyak orang yang merayakan hari kasih sayang dengan memberikan bunga dan coklat pada kekasihnya, namun masih banyak juga sebagian orang yang memilih untuk tidak ikut merayakan hari Valentine. Memberikan kasih sayang pada orangtua, saudara, sahabat dan kekasih, tidak perlu menunggu datangnya hari Valentine kan? Bukannya baiknya kasih sayang itu ada di setiap hari, setiap saat, dan setiap waktu.
Terimakasih salam dari bakul getuk.

Senin, 12 Februari 2018

GENERASI PENUH WARNA


Indahnya generasi Yang lahir Tahun 1960-80an
(yg usianya skrg 30an - 50an tahun)
Sekedar anda tahu.
Kita yg lahir di tahun 1960-70-80an, adalah generasi yg layak disebut generasi paling beruntung.
Karena kitalah generasi yg mengalami loncatan teknologi yg begitu mengejutkan di abad ini, dg kondisi usia prima.
✌✊
Sebagian kita pernah menikmati lampu petromax dan lampu minyak, sekaligus menikmati lampu bohlam, TL, hingga LED
Kitalah generasi terakhir yg pernah menikmati riuhnya suara mesin ketik.
Sekaligus saat ini jari kita masih lincah menikmati keyboard dari laptop kita.
Kitalah generasi terakhir yg merekam lagu dari radio dg tape recorder (kadang pitanya mbulet) kita.
Sekaligus kita juga menikmati mudahnya men download lagu dari gadget.
Kitalah generasi dg masa kecil bertubuh lebih sehat dari anak masa kini, karena lompat tali, loncat tinggi, petak umpet, gobak sodor, main kelereng, karetan,sumpit2an, galasin adalah permainan yg tiap hari akrab dg kita.
Sekaligus saat ini mata dan jari kita tetap lincah memainkan berbagai game di gadget .
Masa remaja.
Kitalah generasi terakhir yg pernah mempunyai kelompok/geng yg tanpa janji, tanpa telpon/sms tapi selalu bisa kumpul bersama menikmati malam minggu sampai pagi.
Karena kita adalah generasi yg berjanji cukup dg hati.
Kalau dulu kita harus bertemu untuk tertawa terbahak-bahak bersama.
Kini kitapun tetap bisa ber "'wkwkwkwk"
Di grup Facebook/whatsApp .
Kitalah generasi terakhir yg pernah menikmati lancarnya jalan raya tanpa macet dimana-mana.
Juga bersepeda onthel / motor menikmati segarnya angin jalan raya tanpa helm di kepala
Kitalah generasi terakhir yg pernah menikmati jalan kaki berkilo meter tanpa perlu berpikir ada penculik yg membayangi kita.

Kitalah generasi terakhir yg pernah merasakan nikmatnya nonton tv (ada yg cuman hitam putih layarnya) dg senang hati tanpa diganggu remote untuk pindah chanel sana sini rame rame satu kampung dengan powersupl aki yg jika strumnya akan hbs layarnya tv ciut tinggal separo 
Kita adalah Generasi yang selalu berdebar debar menunggu hasil cuci cetak foto, seperti apa hasil jepretan kita.
Selalu menghargai dan berhati2 dalam mengambil foto dan tidak menghambur hamburkan jepretan dan mendelete-nya jika ada hasil muka yang jelek.
Saat itu hasil dengan muka jelek kita menerimanya dengan rasa ihklas.
Ihklas dan tetap ihklas apapun tampang kita di dalam foto.
Tanpa ada editan Camera 360 photoshop atau Beauty face.
Betul2 generasi yg menerima apa adanya.

Kitalah generasi terakhir yg pernah begitu mengharapkan datangnya Pak Pos menyampaikan surat dari sahabat dan kekasih hati. 
Kita mungkin bukan generasi terbaik. Tapi kita adalah generasi yg LIMITED EDITION.
Kita adalah generasi yg patuh & takut kepada OrTu (meskipun sembunyi2 nakal & melawan) tp kita generasi yg mau mendengar & komunikatif thd anak cucu.
Itulah kita.... selalu bersyukur atas nikmat nyg telah kita terima
Anda di generasi itu?...
Maknanya kita sudah sama-sama tua. Sekian trimakasih udah mau membaca semoga ingat masa masa indah dulu

Minggu, 11 Februari 2018

CINTA SEJATI


Cinta sejati tidak ada lawan katanya.
Benci bukanlah lawan dari Cinta.
Mungkin banyak orang tidak tahu artinya, dikira saya cuman sedang lebay berpantun ria melebih-lebihkan.
Untuk bisa memahami pernyataan "Cinta tidak mempunyai lawan kata" anda harus bermeditasi untuk melihat langsung. Saya pernah membabarnya, tapi banyak orang yg tidak pernah bermeditasi jadi kebingungan.
Maka saya berikan sebuah contoh sederhana dari pengalaman langsung sehari-hari :
Ibu mencintai anaknya.
Adakah bila anaknya mengecewakannya, menyakiti hatinya,...kemudian dia jadi benci / memusuhi anaknya?
Atau....
Seseorang yang mengasihi pacarnya secara sungguh-sungguh. Bila pacarnya berselingkuh kemudian dia jadi membencinya? Apakah itu cinta sejati? NO! Itu mah NAFSU !
Kalau nafsu anda tidak terpenuhi maka anda jadi benci.
Sebaliknya, bila ada seorang kekasih yang kau tinggalkan menikah dengan orang lain tapi dia tetap setia menjadi sahabatmu (dengan menjagamu agar kamu tetap setia dengan suami/istrimu demi kebaikan / kesehatan jiwa anak2mu), itulah Cinta Sejati !
Anda memang merasa sakit pedih ditinggalkannya, tetapi tidak menjadi benci. Rasa Kasih anda lebih besar untuk mengalahkan kepedihan ego anda. Itulah yang namanya benar-benar cinta dia, bukan cinta diri anda sendiri yang berselubung 'cinta-dia'.
Tapi kita semua masih hidup dalam batasan dimensi. Maka jangan minta/ menuntut berlebihan! Dalam artian, kalau dia keras padamu, mungkin sedikit pelit, atau banyak pertimbangan, menasihati, kritik, tapi selidikilah bahwa sangat mungkin di dalam lubuk hatinya dia benar-benar mengasihimu!
Jadi, bila anda berpandangan lebay (berlebihan) terhadap ideal "Cinta Sejati" PUN anda tidak akan mungkin mengenal apa itu Cinta Sejati. Sampai pemahaman yang cukup. Selebihnya adalah jebakan dua sisi bila seseorang mengajak anda mengenal ajaran Kasih tapi kemudian menyerang anda karena anda tidak setuju? Bahkan memutuskan tali komunikasi dengan anda (ini konteks diluar ruang kelas ini ya!)  mengatakan bahwa kau telah menyakitinya padahal anda masih dalam hubungan kekeluargaan dekat? karena kau menolak "ajaran kasihnya" lalu menjelek2kan namamu diluaran (tentu dengan nada terbalik, seolah menyesalkan / mengasihimu yg telah disurupi oleh setan/ kuasa gelap)?
Apakah anda percaya bahwa dia telah mengenal Kasih?
Atau cuman jualan agama (walau dia bersikeras meng-KLAIM ajarannya bukan agama)???
Tentu RASA tidak bisa menipu, tapi kata-kata bisa DIBOLAK-BALIK. Itulah mengapa orang2 tidak suka...lalu dikatakan memusuhi...lalu dirinya bermain victim-play...dan tiba2 andalah yang jadi tertuduh!
Seseorang yang neurotik pada "iman"nya adalah suatu tanda rasa takut dan kecemasan yang besar. Dan dalam jiwa yang seperti itu tidak akan mengenal Cinta Kasih. Cinta Kasih hanya bisa muncul dari batin yang keberanian seorang Ksatria yang Merdeka Jiwa.
Maaf, saya harus mengemukakan dengan contoh REAL, karena dengan cara penuturan "filosofis" (sebenarnya BUKAN filosofis, tapi : Self-inquiry / meditasi nyawang-karep) kalian tidak mudeng-mudeng! (Sementara kekejaman berlangsung terus diluaran sana semakin mengerikan dan mengancam masa depan anak bangsa kita dan keselamatan NKRI rumah kita! -- ini akan dibahas pada topik lain mengapanya). Problem muncul dari cuman sebelah pihak. Bagaimana bunyi dari bertepuk sebelah tangan??.
Percaya adanya SOUL-MATE, tapi saya tidak percaya bahwa pernikahan harus selamanya. "Cinta" (tandakutip) datang dan pergi untuk menggembleng jiwa-jiwa menjadi matang. TIdak ada penempaan besi menjadi baja tanpa api. Jadi STOP lying (berbohong) bahwa kelanggengan pernikahan adalah ukuran Cinta. Luarbiasa banyak yang saling menyiksa untuk mempertahankan gengsi di mata orang lain. Responsibility memang jadi issue, tetapi belajarlah melihat Greater responsibility.
SOUL-MATE kadang kala tanpa harus dalam hubungan pernikahan. Atau bahkan kadangkala tidak harus berbeda jenis. Tentu, saya tidak mengartikan itu sebagai sex. Sex is out of the equation kalau bicara soal SOUL. Tapi saya bukan menabukan sex. Sex termasuk paket dari play of Life yang membakar itu. Orang yang tanpa sex, animal-soul / nefesh-nya tidak bisa bertumbuh meningkat. Tapi juga orang yang telah mencapai (realized), sex bukan hal penting lagi (dan juga tidak terlalu nikmat lagi dibanding spiritual-bliss). Seringkali merasa bahwa tubuh manusianya yang hidup dialam hubungan yg memerlukan sex adalah sebuah siksaan.
Hubungan ikatan pernikahan yang saling menyiksa ini menurut saya juga salah satu kekerasan akibat dogma. Plokotow yang tidak saja membuat jiwa2 menjadi tandus (anak2 muda menyebutnya : jutek), keras dan penuh kepalsuan tetapi juga merusak masyarakat luas, karena manakala ideal itu yang digadang-gadang, maka mereka yang NATURAL (tidak bersolek roh. Kalau mentingin solekannya jangan heran disebut anak buat Ibu Germo / Mother Harlot) mendapat penghakiman yang keji...padahal merekalah yang sedang dalam proses menuju CInta Sejati.
Masyarakat harus dikembangkan untuk bisa menerima ketidak-idealan (kecacatan)  hidup tanpa menghakimi sesamanya berdasar rumus2 dogma apa pun. Belajarlah hidup dengan FLOWING yang tulus dan --setidaknya-- berani jujur kepada diri sendiri (apa pun konsekwensinya). Ini adalah salah satu sikap tanggap kekinian (here-n-now) untuk membawa setiap problem menjadi pelajaran jiwa untuk terus bertumbuh..
Rahayu!

SUKA DUKA PENULIS BLOG

Selamat malem sobat Bakul getuk, kabar baik sehat selalu menyertai, Mudah-mudahan selalu dalam lindunganNYA amin...
Tahukah sobat belakangan ini penulis lepas atau freelance writer untuk artikel atau konten blog jadi pilihan profesi yang cukup menarik. Apalagi buat yang kreatif menulis bercerita. Situs web dan blog butuh konten menarik begitu juga media massa cetak konvensional, di tengah makin hiruk-pikuknya bermacam media sosial butuh pengisi konten dari orang-orang di balik layar yang kadang terlupakan bahkan jadi pahlawan tanpa nama.
Pasti ada suka dukanya. Kadang tiap kesulitan menjadi online content writer tertutupi oleh hobi kita merangkai huruf, angka, dan simbol demi menjadi kata, kalimat dan paragraf yang bermanfaat dan menarik.
Bagi beberapa orang, menulis itu butuh mood. Seperti pekerja seni. Idealisme masih memengaruhi. Tapi di sisi lain, deadline menanti. Harus profesional. Belum lagi antrean order. Lima hingga 10 posting berkualitas per hari. Yang memutuskan menerima multitopik bakal makin pusing kalau kurang akrab dengan tema yang diminta. Ibarat pelajaran fisika tapi muridnya jurusan sosial. Padahal naskah mesti orisinal. Supaya jadi konten yang punya ciri khas dan unik. Alternatifnya, jangan cari borongan kejar setoran. Jaga kualitas untuk bidang-bidang yang memang dikuasai. Atau kerja sama dengan teman yang memang menguasai topik tersebut. Jika sudah tuntas, kirim via surel atau email.
Editor akan memilah dan meninjau hasil karya kita. Kredibilitas sebagai kontributor dipertaruhkan. Naskah ditolak? Itu biasa. Mungkin tidak cocok dengan selera penyunting. Atau tulisan kita memang kurang berbobot dan tidak memenuhi syarat. Bisa karena pemakaian ejaan, terlalu kaku untuk target pembaca, tidak lolos perangkat lunak plagiarisme atau kurang SEO (optimal bagi mesin telusur). Jangan menyerah. Coba lagi.
Jika lolos review penyunting, artikel pun tayang dan uang ditransfer. Karya kita jadi milik pemesan. Sesuai kesepakatan dengan penyedia jasa layanan konten. Tidak ada nama kita tercantum. Bahkan terganti oleh nama penulis lain. Konsekuensi ghost writer .
Bayaran tertunda? Bahkan tidak dibayar?
Bisa jadi pertimbangan untuk memilih bergabung dengan agen artikel dan perantaranya atau murni bekerja sendiri.
Kerja di depan laptop, komputer bahkan ponsel Android dan dibayar. Bisa full time atau hanya paruh waktu. Hobi yang menghasilkan. Lumayan untuk mengganjal isi dompet. Apalagi akhir bulan. Tidak perlu masuk kantor tiap hari. Bekerja secara
ubiquitous . Fleksibel waktu, tempat dan cara. Yang doyan travelling malah dapat ongkos akomodasi. Yang gemar makan malah dibayar untuk sebuah kesannya. Yang suka touring malah diundang pabrikan motor tiap launching produk baru.
Makin banyak portofolio, relasi dan jaringan, reputasi meningkat, nilai jasa juga bertambah. Seringnya, resign dari kantor supaya lebih fokus menghadapi banjir job tulisan.
Jangan lupa manfaat belajar menyampaikan sesuatu secara terstruktur. Yang ini lewat tulisan. Punya potensi dalam pengembangan diri. Makin tekun menulis, makin lihai. Latihan posting karena tuntutan sebagai online freelance writer juga bisa jadi salah satu alasan ngeblog .

Jumat, 09 Februari 2018

MOTIVASI MENGENAL TUHAN YME

Sejak kecil, dan barang kali tepatnya sejak kami menduduki sekolah TK, kita sudah mulai diperkenalkan tentang adanya Tuhan pencipta yang memiliki berbagai sifat kesempurnaan; Mahakuasa, Mengetahui, memiliki surga dan neraka dan lain sebagainya.
Motivasi merupakan penggerak utama bagi seseorang untuk melakukan hal-hal yang sejalan dengan moto aslinya. Karena upaya untuk mengetahui dan mengenal Tuhan Pencipta alam semesta ini tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya motivasi dan dorongan yang bersemayam di dalam jiwanya.  Tiga faktor utama yang mendorong seseorang untuk mengenal Tuhan:Motivasi Akal,  Motivasi Fitri dan Motivasi Kasih.   

 1.Motivasi Akal
    Tidak seorang pun yang tidak mencintai kesempurnaan. Setiap insan pasti mencintai kesempurnaan dirinya, karena cinta kepada kesempurnaan merupakan bagian dari naluri setiap insan. Hanya saja, setiap orang berbeda-beda dalam memandang dan menilai kesempurnaan dirinya. Yang jelas, pada umumnya dan kebanyakan manusia memandang kesempurnaan diri terletak pada hal-hal yang bersifat material dan fisikal, seperti berbadan sehat dan bugar, memiliki harta kekayaan yang cukup, menduduki jabatan yang terhormat, keamanannya terjamin dan lain sebagainya. Motivasi semacam ini disebut sebagai “naluri mencari keuntungan dan menghindari kerugian”. Berdasarkan pandangan ini, manusia melihat bahwa dirinya memiliki tugas untuk menyikapi secara serius hubungannya dengan segala hal yang bertalian dengan nasibnya di masa kini dan mendatang.
     Pada umumnya, cinta kepada kesempurnaan, cenderung kepada keuntungan, baik yang bersifat material maupun spiritual, dan upaya menghindari segala bentuk bahaya dan kerugian, akan mendorong seseorang untuk mengadakan penelitian. Dorongan tersebut bersumber dari akalnya. Dengan kata lain bahwa akal pikirannya akan mendorongnya untuk mengadakan penelitian dan perhitungan; sejauh mana kemungkinan keuntungan itu dapat diraih, atau bahaya dan kerugian itu dapat menimpa dirinya. Semakin tinggi adanya kemungkinan untuk memperoleh keuntungan, atau menerima bahaya dan kerugian, maka penelitian atas persoalan tersebut semakin dianggap penting.
     Tidak logis, jika seseorang merasa yakin terhadap adanya kemungkinan tentang suatu persoalan penting yang sangat menentukan nasibnya di masa mendatang, sementara ia tidak merasa tertarik untuk meneliti dan mengadakan analisa atas perkara tersebut.
    Misalnya, ketika orang-orang yang tinggal di bawah kaki gunung merapi mendengar informasi dari sebagian orang yang tinggal di kota yang jauh dari gunung tersebut, bahwa gunung merapi yang bertengger di atas kepala mereka, kemungkinan besar -beberapa bulan lagi-  akan memuntahkan api dan meletupkan lahar panasnya.
      Mendengar informasi yang mengancam jiwa raga dan harta ini, mereka yang akal pikirannya sehat, dapat dipastikan akan bertanya-tanya, meneliti dan melakukan analisa; dari mana sumber informasi tersebut? Siapa yang membawa berita itu? Sejauh mana kebenaran berita yang disampaikannya? Selama sekian tahun ini, sudah berapa kali gunung merapi itu meletus? Dan seterusnya. Apabila ternyata informasi tersebut meyakinkan, dan kemungkinan besar akan terjadi letusan yang dahsyat dari gunung tersebut, maka dapat dipastikan mereka akan bergegas dan segera meninggalkan tempat tersebut demi menyelamatkan diri, keluarga dan harta benda mereka.  
     Misal lainnya adalah, seperti orang-orang yang tinggal di tepi pantai laut, seperti orang Jkt pinggiran sungai Ciliwung, Ketika mereka menerima informasi dari orang-orang akan terjadi bencana alam, seperti pasangnya air laut dan bahaya banjir di musim hujan, pasti mereka akan meneliti kebenaran informasi tersebut. Dan ketika mereka percaya dengan berita tersebut, pasti mereka semua akan segera pindah mengungsi ke tempat yang lebih aman demi menyelamatkan diri dan anak-isteri mereka dari bencana yang dimungkinkan akan segera menimpanya. Hanya orang-orang dungu dan kurang waras akalnya yang tidak merasa tertarik untuk meneliti, menganalisa dan bergerak lari dari ancaman bencana tersebut.
    Begitu juga orang yang tinggal di desa ketika menerima informasi tentang adanya pekerjaan dengan gajih yang besar, atau perdagangan yang menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda di sebuah kota. Secara logis, mereka pasti merasa tertarik  dan kemudain mengadakan penelitian sejauh mana kebenaran informasi tersebut, sebelum mereka pergi ke kota untuk tujuan memperoleh keuntungan demi masa depan yang menjanjikan.
        Ketika para utusan Tuhan, Nabi, muballig, Ulama, Pendeta, dan Brahmana, menyampaikan dakwah mereka kepada umat manusia tentang adanya balasan surga bagi orang-orang yang beriman, saleh dan taat menjalankan agamanya, juga ancaman  neraka bagi mereka yang berbuat jahat dan mengingkarinya, maka akal sehat akan mendorong mereka untuk meneliti dan mengkaji kebenaran dakwah tersebut.  Jika dakwah dan seruan itu benar, maka akal sehat pun akan mendorong mereka untuk menerima dan mentaatinya.  Lebih dari itu, karena iman kepada Tuhan Pencipta dan pengkajian agama, merupakan perkara yang niscaya. Sebab, teks-teks Alkitab, Kitab-kitab suci agama dengan jelas memuat persoalan-persoalan yang berhubungan dengan nasib baik-buruk perilaku manusia yang berhubungan erat dengan iman.
      Untuk menjelaskan masalah ini, Misalnya ketika seseorang berada di persimpangan dua jalan. Di sini dia menghadapi tiga pilihan: tetap berdiri selamanya di tempat itu, berjalan menuju ke arah A atau ke arah B.
     Ketika tetap berdiri di tempat itu bukan saja tidak ada manfaatnya, tetapi malah akan membahayakan dirinya, sementara salah satu dari dua jalan yang ada di hadapannya itupun mengancam keselamatan jiwanya dan yang satunya lagi menjanjikan kebahagiaan dan keuntungan yang abadi. 
Maka pada kondisi seperti itu, dituntut untuk meneliti dua jalan tersebut dan berusaha mencari indikasi-indikasi dan bukti-bukti untuk keduanya. Karena mengabaikan kedua-duanya adalah bertentangan dengan akal sehatnya. Apabila hasil penelitian dan analisa akal sehatnya menyimpulkan bahwa tetap berdiri di tempat itu dan memilih jalan ke arah A tidak membawanya kepada kebahagiaan dan keselamatan, sementara jalan B menjanjikan keselamatan dan kebahagiaan yang sejati, maka pasti akal sehatnya segera mendorongnya untuk melangkah dan meniti jalan B.
Meskipun jalan B yang ia tempuh itu -berdasarkan hasil penelitiannya- masih bersifat kemungkinan besar, belum sampai kepada tingkat yakin. Hal ini sesuai dengan kaidah akal: “menghindari kerugian yang dimungkinkan” merupakan turunan dari motivasi akal. Tentu saja, kaidah logika ini tidak ditujukan kepada mereka yang enggan menggunakan argumentasi logis. Sebab, apabila kaidah ini ditujukan  kepada orang-orang yang keras kepala, pongah dan fanatik, pasti tidak bermanfaat dan tidak ada gunanya untuk mereka.
   
2. Motivasi Kasih
     : “Manusia adalah hamba kebaikan”,atau “Dengan perbuatan baik, hati akan tertaklukkan”. Ungkapan lainnya yang hampir senada dengan itu, sebagai sebuah nasihat yang cukup berharga: “Lakukan kebaikan kepada siapa saja, niscaya engkau menjadi tuannya.
      Apabila kita renungkan dengan seksama pesan-pesan semacam itu dan yang semisalnya, dapat kita pahami bahwa sebenarnya pesan-pesan tersebut sejalan dengan akal pikiran yang sehat dan naluri setiap insan. Karena secara logis setiap hati orang pasti akan takluk kepada siapa saja yang telah berbuat baik kepadanya dan akan murka kepada siapa saja yang berlaku buruk kepadanya
     Perbuatan baik dan berkhidmat kepada orang lain, pasti si penerima kebaikan itu akan memiliki kecendrungan untuk mengenal pelakunya dan berterima kasih kepadanya. Bahkan lebih dari itu, ia akan berpikir dan berusaha untuk melakukan balas jasa atas kebaikan tersbut. Semakin tinggi nilai sebuah kebaikan, maka akan semakin takluk hati si penerimanya dan semakin tinggi pula keinginannya untuk mengenal pemberi kebaikan tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwakonsep berterimaksaih kepada pemberi kebaikan, terlebih dahulu diakui oleh rasa kasih, sebelum dibenarkan oleh mahkamah akal sehat.
     Coba mrenungkan beberapa pertanyaan dan ungkapan berikut ini, karena dengan cara itu, akan lebih dapat merasakan. Tahukah sobat berapa harganya diri kita yang tersusun dari dua unsur; unsur materi dan ruhani?  Pernahkah Sobat bertanya kepada dokter spesialis mata; berapakah harga kedua biji mata itu?  Bersediakah kita menukar kedua bola mata itu dengan sebuah istana yang megah lengkap dengan isinya, tetapi menjadi buta? Jika kita mencoba menghitung dan menjumlah -secara materi-  nilai dan harga seluruh anggota dan organ-organ tubuh, kemudian kita diminta oleh si pemberinya untuk mambayarnya seluruhnya, berapakah harga yang layak untuk diberikan kepadanya? Mampukah kita memberikan semua itu?  Hingga saat ini, pernahkah kita ditagih dan dimintakan uang untuk membayar sewa atau pajak dari penggunaan semua anggota tersebut?
       Apabila telah di pahami dan ketahui betapa tinggi nilai diri kita dan berbagai kenikmatan yang diberikan kepada kita selama hayat ini, logiskah jika kita merasa enggan atau tidak peduli untuk mengetahui dan mengenal siapa yang memberikan semua kenikmatan itu kepada kita?.....  jika si pemberi berbagai kenikmatan tersebut akan meminta pertanggung jawaban dari kita atas penggunaan yang kita lakukan selama hayat di kandung badan?   Apabila kita diberi hadiah sebesar seratus juta dolar -misalnya- oleh seseorang, bagaimana cara kita berterimakasih kepadanya?  Setiap orang yang mendapatkan hadiah sebesar itu, pasti akan berusaha mengenal siapa pemberinya, dan berpikir bagaimana caranya berterimakasih kepadanya.  
     Apabila hal itu telah kita pahami dengan baik,, bahwa selayaknya bahkan seharusnya manusia yang telah menerima berbagai kenikmatan ini berusaha mengenal si pemberinya dan penciptanya. Dialah Tuhan YME pencipta alam semesta ini.
 
3. Motivasi Fitri
      Manusia, di samping memiliki sarana akal dan pikiran untuk menjalani bahtera kehidupan di muka bumi ini, juga dibekali dengan berbagai perasaan hati.  Terkadang manusia -berbeda dengan binatang- melalui perasaan hatinya yang dalam dapat mengerti dan memahami wujud dan hakikat sesuatu. Artinya, tanpa melalui studi, pengkajian, bimbingan atau pemikiran rasional, dapat memahami atau menilai sesuatu. Perasan insan di dalam lubuk hatinya yang dalam itulah disebut fitrah insani. Pengetahuan secara fitrah artinya pemahaman dan pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui perasaan lubuk hatinya yang dalam dan tanpa melalui proses belajar, mengkaji dan berpikir.  Misalnya secara fitrah setiap manusia mencintai keindahan, suka perdamaian dan membenci kezaliman. 
       Ketika kita melihat sebuah pemandangan yang indah, atau sekuntum bunga yang semerbak mewangi dengan warnanya yang mempesona, pada saat itu kita merasa tertarik dengannya. Rasa tertarik dan cinta kepada keindahan tersebut timbul dari lubuk hati kita yang dalam. Apakah kita perlu belajar atau berpikir untuk tertarik dan mencintai keindahan tersebut? Jawabnya tentu saja tidak. Karena cinta keindahan merupakan persoalan fitri dan merupakan salah satu dari sekian banyak kecendrungan transendental jiwa manusia.
     Upaya untuk mengenal Tuhan Pencipta alam semesta ini, bukan hanya merupakan perasaan esensial yang ada di dalam hati setiap manusia, lebih dari itu ia merupakan dorongan fitrah yang paling kuat yang bersemayam di dalam relung jiwa setiap insan.   
    Oleh karena itu, umat manusia sejak masa purba hingga sekarang dan juga pada masa akan datang, senantiasa berupaya untuk mengenal dan mengetahui Tuhan Pencipta yang telah mewujudkan diri mereka dan alam semesta ini. Munculnya rasa keberagamaan dan mencari sembahan sejati, sejalan dengan fitrah insani tersebut.
      Setiap orang yang membaca dan mengkaji dengan cermat perjalanan dakwah para utusan Tuhan, dapat memahami dengan baik bahwa dasar risalah mereka adalah memerangi kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala-berhala buta, dan mereka tidak mengedepankan pembuktian wujud Tuhan Pencipta. Mengapa demikian? Jawabnya, karena masalah wujud Tuhan Pencipta telah tertanam di dalam lubuk hati setiap manusia sebagai persoalan fitri. Dengan kata lain, bahwa manusia tidak menuntut pembuktian wujud Tuhan Pencipta untuk ditanamkan pada lubuk hati mereka. Karena persoalan wujud Tuhan Pencipta merupakan hal fitri setiap insan.  Oleh karena itu, para utusan Tuhan tersebut lebih banyak mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk membunuh hama dan belukar yang acapkali membuat kering dan layu pokok keyakinan fitri tersebut, lalu menyiraminya dengan air budi pekerti yang luhur dan terpuji.
     Di samping rasa tertarik dan cinta kepada keindahan, rasa ingin tahu dan cinta kepada pengetahuan pun merupakan persoalan fitri bagi setiap manusia. Rasa ingin tahu inipun merupakan pendorong yang kuat bagi setiap insan untuk mengenal Tuhan Pencipta alam raya ini.
      Apakah seseorang yang menyaksikan sistem yang  menakjubkan di dalam dirinya dan di alam semesta yang luas ini, tetapi ia tidak merasa tertarik untuk mengenal pencipta sistem tersebut?
Akal setiap insan menuntut dan menuntun mereka untuk mengenal dan mengetahui Tuhan Pencipta alam semesta ini. Rasa kasih akan menarik mereka kepada keinginan tersebut  dan fitrah insaniakan mendorong mereka untuk bergerak ke arah-Nya. Dengan jelas, telah di uraikan mengenai berbagai motivasi yang mendorong manusia untuk mengenal Tuhan Pencipta.  Karena kebahagiaan dan perdamaian yang sejati dan hakiki akan terwujud dengan jalan tersebut.
Sekian dan terima kasih semoga bermanfaat
Amin....

Kamis, 08 Februari 2018

Rohani



Di dunia ini manusia dapat menemui banyak macam agama, aliran dan berbagai macam jenis spiritualitas. Itu semua diperkenankan untuk mengada karena Tuhan adalah Tuhan yang Maha Pengasih-Penyayang sekaligus Maha Tahu. Tahu bahwa karakter tiap manusia tidaklah sama. Tahu bahwa kapasitas, kemampuan, bakat, ketertarikan, budaya dan cara mengada tiap-tiap manusia tidaklah sama. Tidak sama bukan karena kecelakaan rohani, tetapi justru adalah karena KehendakNya. Ada yang mau membantah ini? Silakan.
Mengapa perbedaan diciptakanNya?
Tiada lain tiada bukan adalah agar proses penempaan rohani itu dapat berlangsung di atas muka bumi ini. Bila semuanya sama dan hanya karena keterpaksaan, maka jiwa manusia tidak akan dapat tumbuh alami berseri secara sejati apa adanya. Bagai batu-batu alam yang baru ditambang, semuanya hanyalah bongkahan kasar yang berdebu, tetapi karena digosok secara telaten dan lama, berubahlah jadi batu permata yang bernilai tinggi. Begitulah pula manusia, perbedaan diadakan olehNya agar terjadi proses gosok-menggosok yang mendewasakan jiwa manusia. Tidak hanya mendewasakan, tetapi juga mentranmutasi bahan baku itu terangkat menjadi suatu yang secara substansial lebih luhur.
Perbedaan itu terjadi, karena tiap-tiap jiwa diberikan alur perjalanan hidup yang berbeda-beda melalui banyak kehidupan sebelumnya. Jiwa-jiwa yang dulunya tertindas akan cenderung menuntut Keadilan. Jiwa-jiwa yang terkoyak perang dalam kehidupan masa lalunya akan cenderung menjadi anti-perang atau bisa juga salah kedaden sebaliknya muncul nafsu yang besar untuk berperang (membalas dendam). Jiwa-jiwa yang dulunya makmur berkelimpahan, maka impuls utama batinnya lebih cenderung pada ajaran-ajaran yang bersifatkan Kasih dan Memberi.
Semua tumpukan karma masing-masing inilah yang dilihat oleh beberapa cenayang sebagai roh-roh di alam baka yang memanggul beban bekalnya masing-masing. Ada yang membawa bungkusan besar, ada juga yang hanya menenteng kecil. Ada yang terlihat kaya raya, ada yang seperti roh gelandangan.
Ketika mereka kembali turun ke bumi, maka life-quest dan kemampuannya (kapasitasnya) pun berbeda-beda. Ada yang mudah menerima ajaran kebijaksanaan, ada yang tidak mudhengan. Tapi bukan berarti lebih buruk, barangkali jiwa-jiwa yang sederhana itu justru lebih kuat memanggul pelajaran melalui laku-praktek bhavana (meditasi, puasa, tarak, dsb) atau melalui pelayanan2 sosial kepada masyarakat (voluntir, sukarelawan, pekerja sosial, dsb), ada juga yang melalui bhakti kepada negeri / bangsa, dll.
Masing-masing sesuai karakter bawaannya. Karakter jiwanya itu akan menimbulkan rasa cocok atau tidaknya dengan sesuatu. Mereka yang cocoknya di Jnana Yoga (jalur analitikal intelektual) akan merasa cepat bosan dan akhirnya quit bila dipaksa hanya menerima cekokan2 hapalan "pokoknya begini". Tapi sebaliknya mereka yang cocoknya di Bhakti Yoga (jalur pengabdian) maka akan merasa sangat berat untuk diajak berpikir mendalam.
Itu baru dari segi jenis karakternya. Dari segi kapasitasnya juga bisa bermacam-macam.
Mereka yang berkapasitas "small" merasa cukup dengan asal patuh dan menjalankan apa yang sudah diperintahkannya. Tetapi mereka yang berkapasitas "medium" mungkin butuh sesuatu yang lebih besar. Mereka tidak cukup hanya terima perintah dan patuh, tapi menuntut untuk paham mengapa harus melakukan ini dan itu. Sementara mereka dengan kapasitas "Big" tidak cukup hanya berhenti sampai pada tahap paham saja, tetapi juga mendobrak keluar untuk mencari terobosan baru melebihi dari apa yang sudah ada menemukan yang paling inti : satu anak kunci yang dapat membuka semua pintu.
Masih banyak lagi parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk cara memandang perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam spektrum realitas kejiwaan dan budaya manusia di atas muka bumi ini. Tetapi semua itu hanyalah ILUSI. Ya betul, saya katakan ilusi karena perbedaan itu sejatinya bukanlah sesuatu yang nyata. Dirasakan "nyata" hanyalah karena faktor kejatuhan (fallen-ness) manusia ke dalam individualitasnya masing-masing. Bila bisa keluar dari kungkungan individualitas itu, maka perbedaan-perbedaan itu mencair. Apa yang tadinya ia begitu yakin lihat benar2 "ada" disitu, sekarang disadarinya hanyalah sebagai sebuah momen transien (kesementaraan) dari faktor-faktor pengkondisi yang membentuk  ke-ada-an itu.
Untuk menjelaskan di atas, saya beri sebuah alegori kisah sbb:
Seorang Raja mengirim anaknya untuk dibesarkan jauh diluar istana. Suatu ketika menjelang saatnya, maka ia perlu mengundang putranya kembali ke istana. Tetapi karena banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai putranya, maka ia perlu menguji manakalah yang asli putra  terkasihnya.
Oleh karena itu ia mengumumkan pada rakyat bahwa siapa saja yg merasa putra sah hendaknya dapat datang menemuinya di istana. Untuk itu ia menciptakan ilusi-optik di taman istananya. Lalu ia menginstruksikan para pengawalnya untuk mengantar setiap orang yang datang untuk berjalan melewati taman-ilusi itu.
Yang pertama dan kedua datang bersamaan masuk melalui taman itu dan dengan segera melihat adanya dayang-dayang kraton yang cantik-cantik muda imut sedang bermain-main bercanda ria dengan tanktop. Orang yang pertama segera ia tergiur dan berpikir, "Ahh inilah surga yg sebenarnya, ternyata tidak jauh2 amat".  Temannya yang disampingnya tidak tertarik dengan itu, ia meneruskan langkahnya masuk semakin ke dalam taman. Tiba-tiba ia melihat pundi-pundi perak berkilau. Ia terkejut melihat itu dan segera hatinya berbunga2 timbul serakah dengan segera mengumpulkan kepingan2 perak itu untuk dibawa pulang. "Bertemu dengan Raja belum tentu berhasil, lebih baik ambil ini saja sudah cukup".
Orang  yang ketiga datang melewati ilusi dayang dan perak itu, hatinya tetap tak bergeming. Tetapi ketika berjalan lebih ke dalam lagi , ia melihat adanya kepngan2 emas yang menumpuk tinggi. Dengan segera matanya jadi "hijau" dan ia mulai sibuk mengumpulkan itu untuk dibawanya pulang, sembari bergumam,  "Mungkin sang raja hendak mengundang saya hendak memberi ini". ...
Orang yang keempat terhenti ketika dalam perjalanannya di taman-ilusi ditawari sebagai pejabat istana. Ilusi kekuasaan. Orang yang kelima terhenti ketika melihat cahaya pengetahuan  berpendar2 berputar abstrak sedemikian indahnya diiringi musik indah dan gemericik air jernih,...perhentian pengetahuan...perhentian ketenangan... dan seterusnya.
Hingga terakhir giliran putranya sejati yang melewati taman-ilusi itu. Tapi karena kecintaannya yang sejati, maka ia tidak peduli dengan semua "intermediate-gain" (perolehan di-antara) itu, dan terus melaju berjalan untuk menemui ayahandanya di istana. Tiada hal lain yang lebih besar daripada kerinduannya pada Ayahandanya.
Demikianlah pula dunia in adalah Taman Ilusi tersebut. Berbagai agama, aliran dan jenis-jenis spiritual mengajak jalan pulang tetapi perhentiannya tidak sama. Semua memang mengklaim membicarakan "Yang Akhir", tetapi dalam praktek senyatanya tujuan-tujuan intermediate itu seringkali yang menjadi motif utamanya. Itulah yang menyebabkan adanya orang yang tuntas pada masa kehidupan kali ini, tapi jauh lebih banyak yang harus melanjutkan pelajaran di kehidupan selanjutnya manakala telah 'naik-kelas' (kapasitasnya jadi lebih besar).
Rahayu!

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...