Kamis, 26 April 2018

Belajar sepiritual

HATI-HATI DENGAN NON-DUALISME
Bagi yang tidak tahu apa arti istilah non-dualisme, maka padanan katanya adalah Monoism atau Monism atau bahasa Arabnya : TAUHID. Artinya segala sesuatu yang ada berasal dari Sang Illahi kembali pada Sang Illahi. Tidak ada pihak lainnya. Baik dan Buruk semua dari Satu Sumber. 
Ajaran Advaita Vedanta, Vajrayana, Tantra, Zen, Shinto, Taoism, dan Islam khususnya Tassawuf , yahudi dengan  Kitab Taurat sahadat Shema-nya...HaShem Elloheinu (arab: Alloh), Elloheinu Echad (arab: Ahad)...Qul Huwallahu Ahad..... semua INTI-nya mengajarkan Ketauhidan itu (Kristiani no, sorry).
Semua setuju bahwa itu adalah tahapan tertinggi. 
Masalahnya ada pepatah :
"Guru meloncat pagar dengan anggun, murid mengikuti...nJLUNGUP!"
Jelas bahwa pelajaran Kasunyatan non-dualisme ini BUKAN  untuk pemula atau murid yang tidak punya dasar wawasan maupun telah mencapai transformasi batin tertentu.
Pada tahap-tahap awal --bagai mengajari seorang anak kecil-- maka harus paham dulu apa yang baik dan apa yang buruk. Itu adalah tahap pengenalan aturan hidup di dunia. Tapi menginjak remaja, ia harus mulai tahu MENGAPA-nya : mengapa ini baik dan mengapa itu buruk. Dan di tahap itulah dia mulai belajar bahwa segala sesuatu TIDAKLAH HITAM-PUTIH. Artinya : dalam sikon-sikon kasus tertentu yang baik bisa jadi buruk, dan yang buruk bisa jadi baik.
Di tahap dewasa, ia diharapkan sudah fasih / terampil untuk menerapkan cara hidup yang BIJAKSANA : mampu memberikan kesimpulan / pertimbangan atau keputusan yang tepat terhadap masalah-masalah yang tidak bisa digeneralisasikan. Di tahap dewasa itu lah dia mulai bisa melihat RUMITNYA kehidupan. Dan ia mulai bertanya-tanya mengapa semua itu bekerja sedemikian rupa? Apakah makna dibalik itu semua? Untuk apa tujuan azasi hidup bila segalanya hanya berputar-putar bak mengejar bayangannya sendiri?
Nah, disaat itulah seseorang baru boleh mulai belajar tentang Non-dualisme. Tetapi itupun tergantung dari KAPASITAS personelnya. Bila ia tidak memiliki MENTAL BESAR (Big Heart) maka bisa dipastikan belajar non-dualisme justru akan membawanya pada kejatuhan. Itulah maka pepatah tadi di atas dikemukakan.
Adalah betul bahwa kekejaman Hitler itu PUN adalah sudah menjadi kehendak Tuhan. Tetapi kemudian anda ikut-ikut bertindak kejam karena sembarangan berpikir, "Kan tidak ada baik-buruk, semua dari Allah". Itu artinya anda sudah JATUH ke neraka terdalam.
Ada pepatah lagi mengatakan :
"Pencuri, pembunuh , pemerkosa masih dapat ditolong dan bertobat; tapi orang yang tersesat belajar Non-dualisme bahkan langit runtuhpun dia tidak bisa sadar".
Cara mengujinya mudah saja untuk orang yg sudah mengatakan dirinya mencapai tahap non-dualisme :
Kalau dia sudah bisa makan tai kucing rasanya tak beda dengan coklat silverqueen, ya dia berarti telah mencapai Realisasi Ketauhidan.
Kalau belum, apalagi masih pilih2 demi kepentingan enaknya egonya sendiri : dia adalah Setan yg menyesatkan.
Ya, jalan ke atas memang tinggi. Tapi Setan selalu mencegat di tengah perjalanan untuk melakukan tipu-daya agar engkau tidak berhasil mencapai. Cara yang paling TOP (ala syaithon) adalah memberi kamu *perasaan* telah mencapai yang paling tinggi. Dengan cara itu kamu langsung stop di tempat dan berpuas diri (semu) disitu....selamanya.
Jadi, --pesan saya-- jangan cuman sok-sokan, gaya-gayaan, nguber hebat-hebatan, tinggi-tinggian ajaran padahal senyatanya kamu masih dalam level jongkok.
Apalagi tahunya cuman baru dengar2, 'kata-katanya'....lalu menceramahkan di depan orang-orang lugu yang masih bau kencur mengajarkan "maling tidak apa-apa asal bla bla bla maka diampuniNya". Ingat! Mengajarkan Dharma pahalanya paling besar, tetapi mengajarkan dharma yang salah (adharma) dosanya paling besar pula. Anda sama saja mengajarkan umat   berbuat kesetanan. Kuatkah kau menanggungnya nanti???
Saya memahami tujuan Hadits Sahih Bukhari ini. Tapi dalam kenyataan proses sejarah yang terjadi dalam komunitasnya   sungguh memprihatinkan!!

Rahayu!

Ternyata pas banget gematrianya lihat Tanda merah lingkaran pada gambar diatas
Bunyinya

19 = Union, Eve (Siti Hawa)
The tzadik is the eighteenth letter of the alef-beit, the gematria of chai, “life,” thus symbolizing the power to enliven the fallen sparks, as represented by the kuf. The kuf, the nineteenth letter, is the secret of “Eve” (Chavah = 19; in ordinal numbering, Adam equals 1 plus 4 plus 13 = 18 = chai), whose name also derives from the root meaning “life,” as is said: .”..and Adam called the name of his wife Eve (Chavah) for she was the mother of all life.” Nonetheless, of her is said: “her feet descend into death,” for in the primordial sin of eating (the “sense” of the letter tzadik, as explained above) from the Tree of Knowledge, she was ultimately responsible for bringing death to the world. Even within the “broken” (dead) corpse, a spark of life remains hidden, awaiting the power of the tzadik, (chai, life) to reinforce its dormant potential of life and to resurrect the body to whom it belongs.
---
Perhatikan : Tree of Knowledge = Pohon Pengetahuan Baik dan Buruk ===> relevan dengan topik ini ,kan??
Kebetulan aja nurutmu?? :)

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...