Sabtu, 17 Maret 2018

Kegelisahan


Hmmm....sedari kemaren saya mendapat insight beberapa hal yang saling berhubungan menuju kesana. Barusan saja masih malas menuliskan, tetapi Okelah pada prinsipnya hakikat dosa tidak hidup sebagaimana apa adanya., karena segala yang sedemikian apa adanya adalah ciptaan Tuhan sendiri. Ketika engkau mengingkarinya maka sama saja dengan menentangNya.
Segala sesuatu kuncinya adalah Kesadaran. Baik dan Buruk diadakanNya agar kita manusia bisa bertumbuh dalam Kesadaran. Tapi ada orang-orang yang hendak membajak ajaranNya demi ambisi duniawinya. Lalu menggunakan akal-pikirannya (disebut : ilomu tafsir, hermeneutika, apologetika) untuk memilah-milah apa yang sebenarnya keutuhan tak terbagi.
Oleh karena itu, pada dasarnya mereka bisa memanipulasi akal pikirmu. Karena kita juga masih sangat intens hidup dalam mode ego. Akan tetapi, mereka tidak akan bisa menipu jiwamu. Deep inside, jiwamu TAHU. Walau awan-awan tebal pikiran kita mengingkari itu, tetapi ada tempo-tempo dimana yang dari dalam itu mencuat ke permukaan. Untuk menegur dan mengingatkan. Oleh karena itulah maka ego kita menjadi gelisah. Gelisah tetapi tak jelas karena tidak mampu mencernanya. Tak lama kemudian , ego akal pikiran membuat alasan-alasannya sendiri untuk mengubur kembali perasaan dari dalam itu. Dan sejenak lupa lagi. Dengan cara begiutlah maka orang menjadi fanatik. Karena fanatism pada dasarnya adalah pengerasan hati. Sebuah kekeras kepalaan (intransigence). Semakin meminta dihapuskan kegelisahan maka sebenarnya kecemasan eksistensial semakin kronis. Karena tidak sadar bahwa yang sedang mendoa itu si setan sendiri (ego). Ego menghendaki dihilangkannya ego (sumber kecemasan). Itu jelas bagai anjing yang sedang berputar2 hendak menangkap ekornya sendiri,.
Ternyata....
Berupaya bahkan ngoyo...
Malah ga sadar2
Nah, makin ngoyo makin buta, kan?
Makin merasa ingin baik malah makin tambah buruk. Betul?
Jelas! Karena yang melakukan itu ego. Ego atau gampangnya keinginan ingin menghilangkan keinginan. Jelas itu tidak mungkin. Akibatnya ego membuat akal2annya sendiri yg makin rumit dalam dusta2 dan kemunafikan. Itulah sangkan paraning koplak!
Karena apa saja yang dicapai dengan usaha ego selalu partial / fragmented , tidak pernah menjadi utuh.
Tapi proses itu memang harus ada, yaitu untuk belajar dari pengalaman hidup. Supaya sadar. Karena pada dasarnya kita semua masih buta, oleh karena itu hanya bisa mengandalin percaya. "Percaya" sendiri adalah suatu fenomena pikiran. Kalau gak ketatap tembok atau kejegur jurang  sampai merasakan sendiri bagaimana merananya , maka  tidak mungkin memahami untuk melampaui ego.  Dengan kepercayaan belaka maka kita manusia tidak akan mau belajar sadar. Maka proses air-api itu tetap harus dilalui oleh setiap insan.
Caranya dengan menyadari bahwa itu ego. Cobalah praktekkan step pertama ini:
Lihatlah dan amatilah bagaimana gerak-gerik ego. Itu dapat dilihat dari muncul tenggelamnya pikiran-pikiran, perasaan, persepsi, ingatan dan sensasi-sensasi tubuh dengan tanpa menilai atau menyimpulkan sama sekali. Awalnya memang seperti orang bingung melihat bergagai macam hal di dalam batin sendiri tanpa mampu memahami. Jangan coba memahami, cukup tahu / catat dalam batin hal demi hal.Jangan menyimpulkan. Kebanyakan orang menjadi terlalu dini kemudian menyimpulkan, "Ooo aku begini,,,aku begitu..." Itu adalah gerak pikiran juga. Maka ilusi juga. Cukup sadari sajalah bahwa pikiran bergerak menyimpulkan....atau pikiran (ego) ingin cepat-cepat melihat hasil. Cukup catat saja dalam batin semua itu.  Nanti dalam perjalanan waktu semakin matangnya  dalam latihan ini maka akan pelan2 mulai memahami diri. Tapi itu nanti sekali, masih jauh.
Yang jelas dalam proses itu, akan merasa melihat banyak hal yang buruk tentang diri sendiri. Tentu saja hal itu mengecewakan, menakutkan, mencemaskan, dsb. Tapi itulah ujian dariNya. Disinilah tantangan iman. Bisakah diri ini melampaui ketakutan termasuk kegelisahan eksistensial terhadap takdir kematian itu sendiri?
Hiduplah tanpa rasa takut, nikmati dunia ini hiduplah dengan enak tapi jangan seenaknya 
Ketakutan tidak akan membuat seseorang bertumbuh.  ketakutan pun harus diamati sampai melihat langsung sumbernya yaitu ego. Ego = setan. Itulah asal muasal pengertian kenapa dikatakan bahwa setan itu menakutkan. Observer is the observed. Sang pengamat adalah yang diamati.
Disinilah tantangan iman. Bisakah diri ini berserah sepenuhnya pada Tuhan untuk menerima apa adanya dan bekerja dengan modal apa adanya (diri asli pribadi ) itu? Disinilah keberserahan diri (ikhlas) dan kesabaran itu dilatih. Karena tidak boleh berupaya, bila berupaya maka itu tiada lain adalah ego lagi (dan akhirnya anjing berputar2 mengejar ekornya sendiri, lagi). Biarkan proses penggemblengan jiwa diproses oleh TUHAN sendiri.
Kita cukup tahu...tahu...tahu...catat...catat...catat...dst Sampai suatu waktu nanti bila memang jiwamu sudah menjadi lebih matang, maka ketika menengok ke belakang, barulah berasa ternyata Tuhan telah menggendong  bergerak berjalan jauh.
Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan. Tetapi aku menyadari bahwa hal ini pun adalah usaha menjaring angin,
Hikmat = Chokmah.
Pengetahuan = YADA !
"... hal ini pun adalah usaha menjaring angin,.."
That's it!
Because I do not want to believe,....I want to know....
Believing is for who do not see.
Seeing means understanding (yada).
Dua danau dengan nasib yang berbeda walau berasal dari sebuah Mata Air dan Sungai yang sama. Mengapa? Temukan jawabnya disini :
https://www.facebook.com/suchamda/videos/875812922589705/
Salam Rahayu....

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...