Jumat, 16 Maret 2018

Kesenjangan ekonomi masyarakat

Selamat malem sahabat Bakul getuk.
Mengapa kenangan terus naik dan apa yang perlu dilakukan?

Sejak dahulu kala kesenjangan selalu ada dan terus naik seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, Pada tahun 2002, konsumsi 10% rumahtangga terkaya setara dengan konsumsi 42% rumahtangga termiskin. Bahkan pada tahun 2014, naik menjadi 54%. Mengapa kita perlu khawatir mengenai tren ini? Apa penyebabnya, dan bagaimana pemerintah yang sekarang bisa mengatasi naiknya kesenjangan?
Apa saja yang perlu dilakukan?
Kesenjangan tidak selalu buruk;
ketimpangan bisa memberi penghargaan bagi mereka yang bekerja keras dan berani mengambil risiko. Tetapi ketimpangan yang tinggi itu mengkhawatirkan dan bukan hanya karena alasan keadilan. Ketimpangan tinggi bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi, memperparah konflik, dan menghambat potensi generasi sekarang dan masa depan. Contohnya, riset baru mengindikasikan bahwa secara rata-rata, ketika porsi besar pendapatan nasional dinikmati oleh seperlima rumahtangga terkaya, pertumbuhan ekonomi melambat – sementara negara bisa tumbuh lebih cepat ketika seperlima rumahtangga termiskin menerima lebih banyak.
Rumahtangga miskin bisa mengalami kekurangan sumberdaya untuk memasukkan anak ke sekolah, dan menjaga kesehatan mereka , sehingga produktivitas mereka berkurang saat dewasa. Mereka mungkin juga tidak bisa membuka usaha. Kesenjangan yang lebar dalam standar kehidupan juga bisa memicu pertentangan sosial, ketidakpastian politik dan konflik yang semakin sering. Di daerah dengan kesenjangan lebih tinggi melaporkan 60% konflik lebih banyak dibanding daerah dengan kesenjangan yang lebih rendah.
Kesenjangan dapat naik karena empat sebab utama. Pertama, banyak anak-anak dari rumahtangga miskin dan di desa, tidak memperoleh hidup yang sama dengan anak-anak dari keluarga yang lebih kaya. Akibatnya, mereka tumbuh dengan kesehatan dan keterampilan yang kurang. Sepertiga dari seluruh perbedaan pada standar hidup orang dewasa saat ini disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali mereka: pendidikan orangtua mereka, tempat mereka lahir, hanya sebagian kecil tamatan sekolah memiliki keterampilan yang berguna untuk ekonomi modern, Merekalah yang bisa memperoleh pemasukan lebih tinggi dari pekerjaan formal. Sebaliknya, sebagian besar pekerja tidak terampil terjebak dalam produktivitas rendah, gaji kecil, dan pekerjaan informal. Seiring waktu, kesenjangan pendapatan antara pekerja terampil dan tidak terampil mengakibatkan naiknya ketimpangan.
Ketiga, kepemilikan aset keuangan dan properti  semakin terkonsentrasi di tangan mereka yang paling kaya. Satu estimasi menunjukkan bahwa 50% seluruh aset dimiliki oleh 1% penduduk  Individu-individu tersebut mendapat pemasukan besar dengan memiliki berbagai aset, dan mengakibatkan ketimpangan yang semakin tinggi. Anak-anak mereka akan mewarisi kekayaan tersebut, tumbuh lebih beruntung dan mendapat manfaat dari pekerjaan yang lebih baik.
Dan keempat, hanya pegawai negeri dan keluarga kaya yang memiliki jaminan kesejahteraan juga tabungan yang cukup. Ketika terjadi guncangan – misal terkait sskit kehilangan pekerjaan, atau bencana alam – sebagian besar masyarakat terpaksa meminjam dari teman, keluarga, menjual aset matapencaharian mereka seperti ternak, atau mengeluarkan anak dari sekolah untuk menghemat pengeluaran dan membantu mencari pemasukan. Kerentanan ini berarti banyak keluarga jatuh miskin tiap tahun. Lebih dari setengah masyarakat miskin tahun ini belum lagi miskin tahun lalu.
Masyarakat umum, ketika ditanya melalui survei nasional berapa besar pendapatan nasional yang selayaknya diterima seperlima masyarakat terkaya, menjawab idelanya 28%. Namun mereka memperkirakan, kenyataannya 38%. Realitanya lebih ekstrem. Menurut data resmi, 49% seluruh konsumsi dinikmati seperlima masyarakat terkaya.
Masyarakat mendukung adanya kebijakan yang lebih baik untuk menurunkan ketimpangan: 88% responden survei setuju bahwa pemerintah perlu segera mengatasi ketimpangan, dan mengusulkan program yang bisa memperkuat perlindungan sosial, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi korupsi. Mereka kurang antusias dengan usul untuk memperbaiki sekolah dan infrastruktur, juga menaikkan pajak bagi yang kaya.
Ada sinyal yang kuat dari pemerintah Presiden Joko Widodo untuk menghentikan laju kenaikan ketimpangan. Laporan mengenai ketimpangan telah dipaparkan dalam rapat kabinet pemerintah, dan sasaran resmi untuk menurunkan ketimpangan telah dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka menengah. Beberapa tindakan penting sudah dilakukan. Sebagian besar subsidi BBM yang lebih dinikmati masyarakat mampu telah dikurangi dan dananya dialihkan untuk bantuan sosial, layanan kesehatan, dan investasi infrastruktur. Membuka lapangan kerja telah dibantu melalui regulasi usaha dan pasar tenaga kerja yang lebih sederhana. Beberapa inisiatif baru untuk meningkatkan ketaatan pajak punya potensi menurunkan ketimpangan secara langsung (dengan mengurangi disparitas pemasukan) dan tidak langsung (dengan mendanai belanja pemerintah yang bermanfaat bagi masyarakat miskin).
Masih banyak tindakan yang bisa dilakukan. Akses layanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat miskin dan anak-anak di desa sudah membaik, tetapi mereka sering menerima mutu layanan yang lebih rendah. Perlu upaya lebih banyak untuk memastikan kesetaraan akses pendidikan yang bermutu. Juga masih perlu tindakan untuk meningkatkan keterampilan mereka yang sudah bekerja, melalui peluang baru dan pelatihan kerja. Meningkatkan keterampilan pekerja saja belum cukup. Jenis pekerjaan yang lebih baik bisa tercipta melalui infrastruktur yang lebih baik. Selain itu, akumulasi kekayaan melalui cara tidak adil, apakah lewat korupsi atau nepotisme, perlu lebih diselidiki. Dan ketika pendapatan diperoleh dengan cara yang jujur, pajak yang layak perlu dibayar.
Terakhir, masih banyak yang bisa dilakukan untuk membantu masyarakat miskin dan rentan dari guncangan. Harga pangan yang tinggi bisa dikurangi dengan memperbaiki  produktivitas dan logistik pertanian,  juga mengizinkan impor untuk menurunkan harga di saat persediaan kurang. Dan jaring pengaman sosial – jaminan dan bantuan sosial – masih bisa diperkuat.
Pengalaman internasional menunjukkan bahwa strategi komprehensif yang meliputi berbagai bidang, digabung dengan kemauan politik bisa membawa perubahan besar sekarang dan di masa depan. Indonesia sedang mengambil langkah menyiapkan strategi tersebut. Membalik naiknya ketimpangan akan sulit, tapi penting bagi masa depan.

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...