Sabtu, 27 Januari 2018

Jalan-jalan sumber inspirasi

Ketika otak buntu engga ada sesuatu untuk di tulis apa seperti gue, refreshing atau sekedar nyari udara segar diluar tentu sangat perlu, selain buat cari inspirasi juga sebagai ajang bersosialisasi sesama BMI. Berlama-lama di Rumah selalu berhadapan dengan kerja-kerja kadang membosankan, perlu suasana baru biar badan feres dan semangat kembali.
Karenanya bagi temen-temen yang kerjaannya tiap hari kerja dan kerja sesekali deh... cari hiburan buat nyari udara segar. Yang penting sendi-sendi serta otot badan tidak pegal-pegal, yang kita perlu, sekali-kali carilah hiburan, murah tetapi menyenangkan seperti jalan-jalan ke pantai atau tempat rekreasi lainnya. Begitupun gue, kalau udah ngerasa suntuk banget mesti kudu nyempetin diri gabung sama temen-temen sekedar main atau nongkrong-nongkrong di kafe terdekat.
Seperti hari ini bertemu temen dan kawan bicara atau bercanda ngalor-ngidul yang penting hepy dengan topik ringan seperti biasanya. Sampai topiknya meruncing ngomongin jalan-jalan. 
Rencana berangkat pukul sembilanpun harus delay 2 jam karena nunggu salah satu temen yang emang suka ngaret (termasuk gue juga sih). Total yang berangkat ada 5orang naik bus kota, mau berangkat ada satu hal yang sangat krusial yang kami lupakan : “Kita mau ke Pantai mana ?” . Gue sebenernya agak ragu “ emangnya ada pantai di kota ini yang bisa dipakai buat berenang ? ” soalnya sepengetahuan gue pantai-pantainya itu kayak langsung palung, enggak ada datarannya seperti pangandaran atau pantai lainnya.
Perjalananpun dimulai, sekitar jam 11 kami naik Bus Rutenya cukup mudah, dan murah waktu tempuh perjalanan memakan waktu sekitar satu jam dengan keadaan lalu lintas lancar. Memasuki jalan menuju pantaipun intensitas kendaraan terbilang sangat sepi, hanya satu dua kendaraan penduduk yang pulang pergi sekedar belanja kepuasan, karena memang hari libur. Kalau diperhatikan, jalan menuju pantai Bandar masih sejuk dan asri. Disepanjang jalan kita disuguhi pemandangan hijaunya taman kota atau sejuknya pepohonan Rimba
Kamipun tiba di Pantai Bandar, pemandangannya indah namun sepi. Terlihat hamparan karang tertutup air surut yang berkilau memantulkan cahaya mentari tengah hari. Disebelahnya mengapung sebuah Rumah-rumah air  hilir-mudik perahu-perahu membelah pantai. Ah, tenang sekali pikir gue. Suara gemuruh ombak terdengar sayup-sayup sunyi, seketika menenggelamkan penat dan gemuruh suara bising ibu kota yang saban hari gue saksikan. Kamipun berteduh di tenda sekitar sambil meneguk segarnya air kelapa muda yang dibeli dari masyarakat setempat. Belum ada yang berani menapaki indahnya pantai, suhu tengah hari pantai sementara menahan rasa penasaran kami bahkan untuk menyentuh air lautnya saja. Termasuk gue yang masih bertanya-tanya dalam hati : “ tempat berenangnya sebelah mana nih, kok gak ada orang yang main air.. “.
Entah sok atau memang gak sabar, satu dari kami memberanikan diri membuncah air laut pantai bertelanjang kaki menusuri hangatnya pasir pesisir. Sontak kamipun tercambuk untuk melakukan hal yang serupa, berkeliling melihat-lihat keindahan laut sekitar.
  Capenya kami terobati dengan banyaknya ikan-ikan yang berenang disekeliling wilayah karang. Kami berusaha menangkap ikan-ikat tersebut, sayangnya di sekitar pantai enggak ada jasa penyewaan alat buat nangkap ikan. Salah satu teman gue berinisiatif menggunakan bajunya sebagai media penangkap ikan. Awalnya kami menyangka itu akan efektif, kenyataan dilapangan lain. Sangat susah dan useless. Selain banyak ikan-ikan kecil, di sekitar karang juga banyak ditemukan bintang laut dan binatang gak bertulang belakang lainnya yang setiap kami berjalan melewati karang pasti keinjak saking banyaknya.
Berjam-jam sudah kami bermain dengan hewan-hewan tersebut, kamipun merapatkan diri meninggalkan gerak gemulai ikan yang tak kunjung kami dapatkan menuju pinggir-pinggir pantai. Sesekali kami membaringkan diri dihamparan karang. Airnya hangat, tanda mentari belum mau mengakhiri hari. Masih sepi, dan sepertinya hanya kami yang dan beberapa pengunjung lain yang asyik dengan gemercik air. Terlihat semakin siang semakin banyak pengunjung memenuhi tenda-tenda peristirahatan.
Dipinggiran pantai ternyata bukan hanya ikan-ikan kecil saja yang kita temukan, banyak sekali ditemukan keong atau umang-umang berukuran kecil sampai sedang disana. Kamipun menemukan mainan baru, balap umang! Go go!
Dan ini keasyikan kami bermain dengan umang-umang tersebut, seakan lupa kami sudah berkepala dua.
Hari mulai sore, sebelum terlalu sore kami puas-puasin bermain air disana. Berjalan lebih jauh, kami menemukan sebuah batu karang besar dengan tempat mirip selokan disekelilingnya. Tempat yang bagus untuk berendam. Daripada enggak ada sama sekali. ya kan.
Di ujung karang tersebut terdapat sebuah lubang yang menghubungkan ujung satu dengan ujung lainnya. Kamipun sepakat untuk membuat sebuah tantangan, yang gak bisa melewati lubang itu maka fix, dia copo! Beberapa dari kami ada yang berani mencoba, yang lainnya tidak. Gue harus bilang ini tantangan yang enggak penting banget. Tapi itulah hiburan, kita emang gak dapet apa-apa, seenggaknya kita bisa ketawa bareng-bareng, seneng bareng-bareng. Kalau Patrick Star bilang :
Meskipun lubangnya sempit, tapi teman gue yang badannya paling gede tetep aja bisa masuk. Entah apa motivasinya ngelakuin hal yang gak penting yang bisa ngebuat badannya nyelip diantara karang-karang. Mungkin udah passion nya dia sih.
Begitupun gue, terpancing untuk menaklukan tantangan ‘gak penting’ ini. Daripada mereka meragukan kejantanan serta kepiawayan gue dalam melakukan hal-hal gak penting, mending gue jabanin aja ini tantangan. Dan hasilnya sungguh membanggakan, gue akhirnya lolos juga. Yatta~
Dari atas kita bisa melihat pemandangan yang sangat menabjukan karya Sang Maha Semesta. Hamparan laut luas membiru terlentang horizon tanpa batas. Deburan ombak yang saling bercumbu dengan karang mengingatkan kita bahwa benda lentur seperti airpun bisa menjadi kuat saat bersama-sama dengan jenisnya. Kami takjub, ternyata kami enggak ada apa-apanya dibandingkan samudra ini, terkadang kami berfikir lantas untuk apa kami bersombong. Jika dibandingkan dengan milyaran kubik air laut ini, kami hanya setitik air mani hina yang berbentuk dan membesar seiring waktu.
Sebagai oleh-oleh terakhir, kamipun menyempaktkan diri untuk foto bersama. Sebagai kenang-kenangan bahwa kami pernah mengalami pengalaman yang menyenangkan bareng-bareng. Dan karena suatu saat gue pasti bakalan kangen masa-masa seperti ini, makannya gue berniat istiqomah nulis pengalaman lewat blog seperti ini. Kenangan emang gak bakal hilang, namun manusia adalah tempat lupa. Bukankah saat tua nanti yang kita ingin ingat adalah masa-masa yang menyenangkan ?
Sekian dulu trimakasih udah mau ngebaca, salam dari Rantau
Bakul getuk.

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...