Selasa, 22 Mei 2018

Tradisi mudik Indonesia

  

Fenomena mudik yang menjadi rutinitas tahunan di Indonesia. Umat islam setelah melakukan puasa sebulan penuh didukung dengan libur hari raya yang cukup lama, mudik telah menjadi kesadaran bersama (collective conciuness) bagi muslim indonesia, khususnya yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung,  dan kota-kota besar lainnya.
Dorongan psikologis untuk melakukan perjalanan menuju kampung halaman ini begitu besarnya, tak heran berita-berita di semua stasiun televisi selalu meliput perkembangan jalur arus mudik dan arus balik, karena begitu massifnya aktivitas ini. walaupun harus mengendarai sepeda motor dengan muatan berlebih, walaupun harus berlama - lama naik kendaraan umum, segala hambatan itu tidak menjadi penghalang bagi perantau untuk menuju tanah kelahirannya.
tujuan utama setiap kita melakukan mudik tidak lain adalah untuk re-unity (penyatuan kembali) keluarga batih yang ada di rantau. silaturahmi, melepas kangen, sekaligus saling memaafkan segala kesalahan dalam relasi selama setahun, itulah berbagai kegiatan yang dituju selama di kampung.
relasi agama dan tradisi
dari meriahnya lebaran dan mudik tadi, kita dapat mengupas relasi antar agama dan juga tradisi. tentu kita telah menyadari bahwa fenomena mudik, bahkan lebaran itu sendiri tak lepas dari tradisi keindonesiaan. Ridwan Saidi budayawan yang juga sejarawan, mengatakan bahwa lebaran (Idul Fitri) adalah tradisi yang sudah ada sejak zaman pra-Islam di kepulauan nusantra. lebih jauh ia memaparkan bahwa ucapan minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin’adalah usaha pengislaman tradisi awal. karena kalau kita tinjau dari riwayat rasul, sesungguhnya ucapan ketika idul fitri adalah taqobaollohu minna wa minkum syiamana wa syiamakum dari sisi kita dapat ,elihat begitu jelas kalau lebaran, (dengan ketupat, saling maaf-maafan, dan juga mudik) bukanlah tradisi yang bersumber dari nash-nash agama, namun tradisi nenek moyang kita yang coba dikemas secara Islami oleh para penyebar islam kala itu. Namun, tidak lah jadi masalah, karena memang Islam menoleransi adat-tradisi asalkan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.
untuk menambah wawasan kita tentang agama dan tradisi sebagai salah satu fenomena khas muslim indonesia tentunya tidaklah bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. karena sejatinya kegiatan itu memiliki maksud yang baik. namun menurut saya perlu ada beberapa hal yang harus kita garis bawahi dan koreksi, yaitu :
1. utamakan para tetangga kita dalam bermaaf-maafan.
sebagaimana kita ketahui, kita kerap berlebaran di kampung, dan saling bermaaf-maafan dengan orang-orang yang jarang berinteraksi dengan kita. padahal kalau kita mau jujur, tentunya kesalah-kesalahan kita lebih banyak dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita yaitu ; tetangga kita sendiri.
2. jangan sampai membatalkan puasa
kita sering melihat, para ‘pemudik’ dengan alasan para musafir dengan mudahnya membatalkan puasa. padahal kalau kita tilik hukum puasa adalah wajib, jadi kalau memang fisik kita tidak kuat, lebih baik mudiknya ketika pasca idul fitri. apalgi, sampai meningalkan solat juga, kalau sudah begini kita ragukan misi mudiknya, bukan lagi misi ‘rahmat’ . jadi harus kita niatkan kembali untuk melaksanakan hal-hal yang wajib demi sempurnanya kesilaman kita. apalagi teror ‘kecelakaan’ berkendara sangat tinggi, jangan sampai maut menjemput saat kita meninggalkan kewajiban. nauzubillah
3. jangan berlebihan dan boros
sudah jadi rahasia umum, kalau menjelang idul fitri toko emas ramai diserbu ibu-ibu, suuzon
saya ini adalah suatu bukti kalau idul fitri, kita ingin menampilkan kemegahan dan kemewahan. dengan membawa harta benda yang berlebihan, baju yang mentereng jelas-jelas telah menyimpang jauh dari tujuan mudik yang kita bicarakan di awal. sangat disayangkan, kalau mudik hanya dimaknai sebagai pertunjukan ‘kesuksesan’ kita selama di rantau. karena, kita sama-sama tahu orang yang paling mulia adalah yang paling taqwa, sebagaimana firman Allah ” Inna akromakum indallohi atqokum”.
Kalau kita telaah lagi, begitu maraknya mudik adalah bukti ketimpangan ekonomi di desa dan kota. kota begitu mempesona dan maemiliki daya tarik bag para penduduk desa untuk ramai-ramai mencari peruntungan di metropolitan . Oleh karena itu, berilah semangat untuk orang-orang di desa (kampung kita) yang masih tertinggal secara pengetahuan maupun ekonomi untuk bangkit dalam membangun desa kita tercinta. jangan hanya dimaknai untuk membuktikan ‘eksistensi’ diri semata. Akhirnya, semoga mudik akan mambawa dampak kemajuan bagi bangsa kita, bukan hanya rutinitas tahunan yang hampa, bahkan desturktif. semoga bermanfaat akhir kata Bakul getuk ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan trimakasih
Wasalam.....

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...