Selasa, 10 April 2018

Hari ini dan kemarin

  

Demi segala cinta yang menempati setiap sudut hati...relakan kau menjadi rumah tempat aku akan pulang nanti?!!
Kebahagiaan malam, menelan ribuan kata yang ingin ku ucap, ingin teriak, bertanya, apa kabar, kau yang di sana??
Aku bisa saja memohon pada waktu, seperti pintaku kemarin. Tapi tidak untuk kali ini, sebab kebahagiaanmu membunuh segala inginku.
Seperti yang dikatakan Kahlil Gibran
"Kau tiada kan berduka cita, sebab apa yang paling kau kasihi darinya amatlah mungkin lebih cemerlang dari kejauhan. Sebagaimana sebuah gunung yang tampak lebih agung dari tanah ngarai daratan."
Saya masih yakin nih sahabat Bakul getuk jika setiap orang pasti memiliki idealismenya sendiri-sendiri. Entah itu dalam hal apa dan bagaimana. Yang jelas orang itu akan berusaha dengan sekuat kemampuannya untuk memperjuangkan apa yang telah menjadi idealismenya itu. Setidaknya,di masa kita masih muda. Mungkin, bersama waktu yang bergulir dan berbagai sikon hidup yang bergelombang datang, tak jarang apa yang menjadi idealisme kita di masa muda pun berubah.
Begitu juga saya haruskah mempertahankan idealismenya? Apakah kita akan tetap memegang teguh idealisme itu di jaman susah seperti sekarang ini?
Karena, bagaimanapun seseorang yang berkomitmen untuk tetap memegang idealisme itu dia juga harus siap untuk menanggung konskwensinya. Entah itu pahit, sakit dan hidup melarat sekalipun.

Bagaimanakah dengan saya sendiri?
Mungkin saya masih memiliki sisi idealis itu meski cuma sekian persen saja. Nun jauh di dalam hati sana dan itu pun telah saya coba untuk mengkompromikannya dengan keadaan. Bahasa lainnya, saya mencoba untuk memperlunak sisi idealis dari dalam diri saya. Fakta yang ada di hadapan saya sekarang ya begini ini. Saya menjadi buruh migran dengan job diskripsi kerja yang tak bisa di bilang gampang. Menjadi seorang.....  Domistik Room The driver and the garden
Pekerjaan saya ini mau tak mau menuntut saya untuk senantiasa bersikap sabar, telaten, cekatan
Menjadi buruh migran Satu hal yang tidak pernah kebayang di benak saya setelah saya membulatkan niat dan tekad untuk terjun total di
movement buruh dahulu. Sekali lagi, ini merupakan bukti nyata dan pengakuan saya atas realita yang ada, bahwa ternyata idealisme itu tidak bisa menghidupiku. Ia tak mampu mendatangkan rupiah yang menyokong kelangsungan hidupku. Dan saya harus realistis!
Ahh... tapi biarlah saya begini saja dahulu. Karena bagaimanapun saya masih meyakini jika ada sebuah kekuatan yang menghendaki hidup saya seperti apa. Takdir, garis hidup yang hanya Gusti Allah saja memiliki kontrol. Untuk mengatur dan mengendalikan secara penuh diri saya. Mencoba berlapang dada, nrimo ing pandum, menerima kenyataan jika apa yang menjadi cita-cita dan keinginan diri memang tak selalu terpenuhi. Atau malah bisa saja, Dia hanya ingin menunda dan menguji tingkat kesabaran kita. Jalani apa yang ada hidup adalah anugerah....

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...