Jumat, 23 Februari 2018

Kartu kuning hoax

DEMORALISASI NEOKOLIM THEOLOGI KEMUNAFIKAN BARAT-ARAB
Negeri2 bekas jajahan Roman Holy Empire (dan yg melalui proxy tangan kanan (islamisme) dan kirinya (komunisme)) tidak ada satupun yg bisa maju. Selalu berkecamuk konflik horisontal, korupsi yg merajalela dan narkoba.
Dalam ilmu perang yang dipelajari di sekolah-sekolah militer hal ini dipelajari : bagaimana cara melakukan suatu subversi. Tahap pertama dari langkah subversi adalah apa yang disebut DEMORALIZE yang artinya merusak moral penduduk suatu wilayah. Setelah terjadi kerusakan dan chaos, terutama konflik horizontal yang saling membunuh sesama saudara sebangsa, maka di tahap terakhir mereka akan tampil sebagai PAHLAWAN AGEN MORAL atau tahap Moralizing ...tentu dengan PENGGANTIAN (Replacement)...baik simbol-simbol (termasuk bendera) hingga bahasa. Atau bahasa yang sama tetapi dengan DEFINISI yang diubah (melawan yang aslinya).
Taktik-taktik Demoralizing itu banyak. Saya tidak hendak membuat daftar yang exhaustive tetapi hal-hal yang sudah terjadi dan kalian kenal terjadi di sekitar kita , a.l :
1. Menyebarkan berita, gosip, kabar angin, bahkan menulis buku-buku yang menggambarkan segala sesuatu yg ada pada obyek yg hendak dikudeta (eg. budaya, simbol, biografi tokohnya, dsb) adalah buruk. Ini bertujuan menimbulkan kegoyangan moral pada penduduk bahwa mereka "belum / tidak baik". Karena setiap orang pada dasarnya ingin jadi yang baik bahkan terbaik, maka secara tanpa disadari sudah tergiring pada umpan yang disiapkan.
2. Menyebarkan hoax, pelintiran dsb untuk mengacaukan sikon dan tatanan kemasyarakatan. Kekacaubalauan dan kegagalan akan menjadi bukti bahwa tatanan yang lama tidak baik dan perlu diubah. Padahal belum tentu mereka yang menjadi baik itu menjalankan tatanan-baru, lebih sering terjadi terangkat karena praktek nepotism atau taktik proteksi atau previlege.
3. Adanya taktik proteksi dan previlege ini secara sekunder menimbulkan suatu  fatamorgana kelas. Kelas yang diberkahi vs kelas yang dikutuk. Ini merupakan penggiringan juga dengan tujuan mendemoralize mereka yang menentang.
4. Menerapkan peraturan-peraturan dan/atau definisi moral yang baru. Ini berefek ganda : 1) menghapus budaya lama 2) menciptakan ilusi moral. Bahwa mereka yang tidak sekelompok dengan pihaknya (dari penampilan) akan mendapat stigma buruk. Otomatis orang yang mendapat stigma buruk akan lebih sulit dalam segala sesuatunya misal : dalam mencari pekerjaan, mencari pasangan hidup, pengakuan dalam masyarakatnya, penghargaan atas prestasinya (bahkan seringkali ditutup), dsb.
3) menghambat pihak tatanan lama untuk masuk ke jajaran administrasi; sebaliknya memudahkan pihak tatanan yang hendak subversi untuk bercokol dalam segenap jajaran administrative. Sebagai sebuah persiapan infrastruktur untuk penggoncangan tahap berikutnya.
5. Segala sesuatunya dilakukan baik secara sosial, psikologis, ekonomi dan politik untuk mendesak memojokkan orang-orang yang berada dalam tatanan lama. Sehingga mereka berkinerja buruk (karena dihambat, dijegal) atau sekalipun istimewa bisa tetap baik tetap saja citranya akan diburukkan. Akhirnya, kelompok orang dalam tatanan lama ini secara terpaksa harus melakukan hal-hal yang dianggap tidak baik atau terpaksa harus melakukan kejahatan untuk survive (bertahan hidup).
6. Melemahkan dunia pendidikan. Baik dengan suatu etos yang anti pendidikan maupun mengasupi para pelajar dengan informasi-informasi yang tidak akurat...yang pada akhirnya membuat secara sitematis suatu pusaran pemelorotan taraf intelegensia masyarakatnya. Hal in akan memudahkan pemeralatan (karena bodoh) maupun memurahkan harga yang harus dibayar untuk menyuap (karena semakin miskin).
7. Mengacaukan bahasanya. Bahasa sebagai sebuah pondasi dasar interaksi kemasyarakatan bila sudah dikacaukan maka suatu masyarakat akan mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan / pekerjaan secara efektif. Pada jangka panjangnya : produktifitas nasional menurun dan tingkat konflik / kriminalitas meningkat (karena inakurasi dan mis-understanding) secara berjamaah,
8. Menyebar-nyebarkan ketakutan dan ancaman. Baik melalui rumor-rumor, kisah-kisah termasuk kisah agama melalui berbagai macam media. Sebaliknya mengangkat-angkat dan menenang2kan orang-orang yang mau ikut mereka. Ini memberi kontras bahwa tatanan lama buruk dan tantanan baru baik. Disamping itu, penakut2an ini juga efektif untuk membuat rekrutan2 baru menjadi semakin bersemangat untuk memusnahkan tatanan lama "yang buruk" itu..based on their fear. Padahal yang menanamkan fear adalah tatanan baru itu, tapi sering tidak disadari.
9. Rekrutmen selektif. Bila yang direkrut adalah orang2 kaya dan sukses, sementara orang2 miskin dan berkemampuan rendah ditinggalkan (khususnya yang berlabel liyan). Maka ini akan memberi efek citra baik pada tatanan baru tersebut. Jelas saja sebagai orang kaya akan lebih mudah mengulurkan bantuan / berdana (walau sebetulnya persentasenya lebih kecil) daripada pengorbanan yang miskin. Tapi massa tidak akan melihat hal itu. Yang dilihat adalah bahwa orang2 tatanan baru itu adalah "baik-baik", "murah hati", dsb.
Dari semua itu, intinya adalah menanamkan kepercayaan bahwa ANDA BURUK...sehingga anda perlu MENGGANTI yang lama dengan yang baru. Maka dari itu jangan heran kalau mereka yang berbeda selalu dicari-cari saja kesalahannya walau benar; sementara yang dipihaknya walau salah ditutup-tutupi (slogan "jangan buka aib orang" tapi dilaksanakan secara parsial / half-truth).  Dalam pekerjaan misalnya kalau anda banyak duduk dikritik malas; tapi kalau berdiri dikritik tidak bergerak; kalau berjalan dikritik keluyuran, kalau anda protes dikatain tidak tahu terimakasih sudah ditolong, tapi kalau quit pekerjaan dikatai tidak tahu diri, dst.  Pokoknya sampai jiwa anda runtuh (karena miskin, kecelakaan, krisis, sekarat, dsb) sehingga merasa anda memang buruk, lalu datanglah mereka bak Malaikat Dari Sorga yang senyumm manis menolongmu, sembari berkata "Love never fails".
Itulah sebabnya saya tidak mau mengikuti agama kasih sayang, karena sudah terlihat jelas sekali bukan kasih sayang yang sejati, tapi sekedar permainan game politik. Roh dasarnya adalah kekejian. Kasih sayang yang sejati bagaimana? Silakan baca di banyak tulisan lama saya dijabar dijelaskan. Perbedaan dari tampak luarnya memang sangat tipis, tetapi FATAL akibatnya. Kalau jiwa anda dangkal (dan ini aspek pula dari Demoralizing), tentu akan kesulitan untuk memahaminya.
Begitulah sekilas penjelasan tentang taktik Demoralizing untuk melakukan subversi kedaulatan rakyat suatu negeri menjadi tunduk pada suatu negeri asing yang memplokothonya.

AGAGAK EMPRIT 
Do menggunakan taktik perang gagak emprit, seperti burung gagak emprit, tidak pernah membuat sarangnnya sendiri tapi telurnya dititipkan ke sarang burung lainnya. Setelah telur burung gagak emprit menetas secara naluri dia mwnyingkirkan telur lainnya dan anak burung lainnya.  Si Induk empunya nggAk sadar walhasil dia membesarkan anak dari burung gagak emprit. Nama gagak emprit merupakan nama wahyu mataram islam. Turki.

Taktik yg sama digunakan oleh pihak yg akan mengganti Indonesia menjadi negara agama. Nunut urip neng Indonesia trus menjongkengkan Indonesia.

Rahayu!
https:facebook.com/Suchamda

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...