Minggu, 29 Juli 2018

NASEHAT MBAH KAKUNG


Tak perlu mencari kebenaran, Nak, sebab yang akan Anda temui adalah kesalahan yang disepakati oleh beberapa atau banyak orang sebagai sesuatu yang benar. Carilah saja ketepatan, sesuatu yang paling layak Anda pegang sementara. Yang dianggap "bener", kata leluhur kita, belum tentu "bener" (tepat sesuai keadaan). Yang dianggap sebagai pahlawan saat ini bisa jadi akan ada saat-saat akan dianggap bajingan.
  Seiring waktu pengetahuan dan pengalamanmu terus berkembang. Apa yang Anda lakukan saat ini bisa jadi apkir waktu. Dengan begitu Anda akan mampu mengalirkan udara layaknya, tidak memberikan kesimpulan yang tergesa-gesa kepada apa saja yang Anda temui. Air itu, terus mengalir, bergerak, tidak terpaku kepada satu ruang, mampu menyediakan apa saja yang dilewatinya. Hanya dengan begitu kau bisa menjadi warga semesta, janganlah mengulangi pengalaman para pendahulumu, yang selalu tergoda untuk memiliki keyakinan, yang tidak ada henti-henti memberikan tanda di depan imannya. Selalu berikan tanda koma di depan imanmu.Bukan berarti Anda tidak bisa menggunakan iman, karena semua manusia selalu tergoda kepada iman, sebagai jenis pegangan yang sebetulnya rapuh di bumi yang goyang. Itu sesuatu yang alami. Semua manusia terlahir buta,   
   Tak perlu juga mencari dan terobsesi kebahagiaan, sebab kebahagiaan akan terus berkelit dari pencarianmu. Apa yang saat ini kamu pikir bisa membahagiakanmu bisa jadi akan saat terang akan mengecewakanmu. Carilah saja kenyamanan, apa yang paling membuatmu nyaman saat ini. Kalau kau lapar, makanlah. Kalau kau suntuk, ada hiburan, jalan-jalanlah dengan teman-temanmu, menonton film, main bola atau bepergian. Janganlah tergoda oleh banyak tukang tipu di luaran sana, yang menawarkan kebahagiaan dengan sesuatu hal atau cara tertentu. Kenyamanan itu adalah sesuatu yang sangat pribadi, seperti halnya cinta, yang tidak bisa dicampuri oleh orang lain. Begitu juga dengan Kacamata orang yang sejak mbrojol lahir memakai kacamata hijau, maka segala-galanya yang ada adalah hijau.
Orang yang tercerahkan adalah orang yang telah memakai kacamata bening. Ia melihat warna-warninya kehidupan. Ketika ia bercakap mengoreksi orang yang bersikeras bahwa bunga melati berwarna hijau bukan putih, bisa saja orang itu berkilah menuduh si pencerah itu: “Itu karena kamu memakai kacamata warna putih! Jangan pakai kacamata (seperti saya)! ”Tanpa sadar bahwa kacamatanya sendirilah yang paksa tampak hijau.
Sama juga dengan orang bigot (fanatik agama) yang menudukan seseorang terlalu banyak menggunakan pikirannya untuk menolak percaya pada apa yg diyakininya (kepercayaan sangat besar). Dengan dalih bahwa pikirannya tidak mungkin bisa mencapai ke Maha-nya Tuhan.
Ia tidak sadar bahwa apa yang dikatakan ... bahkan yang diyakininya itu ... adalah produk pikiran.
Dirinya hanya berasumsi bahwa apa yang orang orang asal bukan dari kitabnya, pasti berasal dari pikiran. Sama seperti orang yang terlahir dengan kacamata hijau itu berasumsi bahwa si tercerahkan melihat dengan kacamatanya karena ia menilai dari bingkai (frame) nya.
Seandainya pikiran itu adalah benda kongkrit, maka akan menyelesaikan masalahnya dengan menunjukkan wujudnya. Masalahnya, pikiran itu tidak berwujud. Dan hanya bisa dikenali melalui kesadaran (kesadaran). Dengan kata lain, kebebasan itu sendiri disebut apa yang disebut 'pikiran' itu dan segala macam sifat2nya. Cara keragaman yang disebut Meditasi.
Tapi pembuktian itu langsung itu pun buru-buru dihindarinya. Ser parah orang tidak mau melepas kacamatanya karena egonya yang terlalu mahal untuk secara lembut mengakui biasnya sendiri.   
   Seperti permainan orangng lugu (bangsa kita kan sebenarnya lugu, jujur, gak neko-neko) tapi kompilasi diiming imingi yang namanya surga dengan sejuta bidadari, maka harta bendanya sawah, sapi, kebo, kambing, rela dijual demi sebuah merek, bahkan mati ditempat dimana Merek tersebut diciptakan (pabriknya) dianggap sebagai sebuah rujukan oleh para bidadari yang ditempat itu juga. Sawah, sapi, kebo, kambing, entek kabeh gak popo sing penting wis iso oleh merek soko bernyanyi kuoso, betull ....
manusia itu pada dasarnya baik atau minimal ingin baik. Ideologi yang jahatlah yang menyebabkannya jahat.
Jawaban yang berbeda dari ideologi yang berbeda ... si pembuat ideologi yang jenius ... Sebaliknya, si penerima ideologi kurang wawasan ...
Pernah mendengar / membaca soal antara kaum theologiwan dengan mereka yang dari eksistensialisme?
Yang pertama ingin mengatakan bahwa dogma kebebasan kitab itu absolut, sementara yang kedua mengatakan bahwa itu relatif.
Contoh kasus yang biasanya dijadikan bahan adalah pencuri yg tidak bisa menghidupi keluarga.
Ini berarti rumit. Mengapa?
Karena kalian berdebat pada fenomena rantingnya. Sementara akarnya tidak dipahami.
Maka bila memahami apa yang saya katakan di atas bahwa setiap manusia pada dasarnya ingin baik, maka akan jelas mengapa semua itu terjadi. Dan, dengan demikian maka kita bisa jadi waspada.
MUSIBAH SI SETAN DIZHOLIMI TUHAN
Setan duduk merenung isikan ke dalam api neraka. Ia meratapi nasibnya, "Aku adalah mahluk yang paling sempurna diciptakan, malaikat tertinggi" .... "tapi nasib yang dibutuhkan dalam jurang nista ini, sungguh ini MUSIBAH besar! Aku telah dizholimi Tuhan!"
Ia merenungkan bagaimana ia paling mengerti ajaran Tuhan, dan dulu pernah mendapatkan keistimewaan di sisi-Nya. "Ini yang pasti ada konspirasi para perawan lain yang iri denganku!" demikian keluh si Setan. "Oleh karena itu, aku akan berjuang merebut kembali karomah (kehormatan) dan yang fasih untukku semenjak bumi menciptakan ini!"
Demikianlah gerutu dan caci-maki si Setan. Ia sama sekali tidak merasa menyesal. Justru sebaliknya, ia menambah semangat dan benar pada pihak yang dizholimi. Ia menyusun makar pada Tuhan. Untuk itu ia akan mempengaruhi manusia sejati untuk melawan ketidakadilan Realitas.
Ia melawan takdir dengan hak-nya.
Ia mengorikan hak-nya berdasar prasangkanya.
Kebenaran adalah apa yang diyakininya, Maka Realitas arti dijungkir-baliknya.
Rahayu!

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...