Selasa, 17 Juli 2018

Ketulusan kelamin


Kalau Cinta itu dianggap sama dengan ketulusan Sex. Kenapa waktu hendak mendekati gadis tercinta kamu , alih-alih mengatakan "Aku sungguh  cinta padamu. Maukah kau menikah denganku?".... coba katakan saja pada dia
"Say, aku sungguh SANGE padamu. Maukah kau menikah denganku?".
Kan katamu Cinta itu sama dengan Nafsu, betul?
Hari Cinta Kasih disebut Hari Sex-sexan. Ya tow?
Coba.
Coba aja.
Coba deh kalau kamu konsisten dengan definisimu.
Lha terus si Mr p, ini apa bisa berdikari sendiri itu pertanyaannya?....
"Ane kan jadi repot mbah... di suruh bobok malah mencak mencak , apakah itu yg disebut animal insting?
Tapi jangan salah arti loh...
Aku bukan tipe ja'im lho. Keliru kalau kamu memandang aku konservatif dalam hal sex.
Ini persoalannya adalah sandwich alias ekstrim dari dua kutub : ekstrim hedonis dan ekstrim sok suci. Tapi di dalam satu pribadi, seringkali dimainkan dengan cepat bertukar posisi. Dan itulah PERVERT.
Swap by ?
Gini looh kang.....disatu sisi ada yang berusaha menghalalkan sexualitas dengan kamuflase syariat agama...disisi sebaliknya mereka menghujat sexualitas. walau ada pengesahan secara syariat tapi alasannya nafsu, iya... kan ayo... ngaku!
Di satu sisi muncul ethos bahwa hubungan baru sah dengan pengesahan institusi agama, tetapi sekaligus institusi yg sama menabukan seksualitas. Lalu mereka menjalin hubungan pernikahan dengan norma ketulusan-kelamin. Kelamin setia (tapi Rohnya entah setia kemana). Asal kelaminnya cuman satu lobang dianggap sudah hebat...padahal hasilnya neraka dalam rumah tangga. Keluarga jadi penjaranya. Keluar rumah spt kuda liar lepas dari talinya betul apa betul....
Bagi yang tidak masuk dalam nerakanya sendiri pun akan muncul ambivalensi terhadap masalah sex yg selalu menjadi sentral problem hubungan mereka berdua (salah satu penyebab frigiditas, merasa berdosa, dst).
Di satu sisi..Cinta saja gak sah tanpa institusi pernikahan formal, dus dengan kata lain ...tiada Cinta tapi ada surat nikah adalah sah. Bagi saya itu beli surat pengesahan untuk sesuatu yang lain (yg bukan Cinta)....bisa karena alasan :
#Duwit
#Setatus
#Prestise
#Tampil keren
#Politik, dsb.....
Sebaliknya ada yang tanpa surat nikah tapi ada Cinta dihakimi sebagai rusak iya kan....
Padahal karena dihambat remeh-temeh identitas primordial dan urusan-urusan politikal.
Akibatnya kekerasan dalam rumah tangga, anak-anak broken home, dsb dan sisi sebaliknya : perkosaan, perselingkuhan, dsb.
Kalau orang memahami betul makna Cinta, dan masyarakatnya tidak mendogmakan "cinta", maka hal-hal demikian tidak akan terjadi.
But now...
Dokumen pengesahan di jadikan legalitas utk memperkosa
Walau negara berusaha melindungi hak hak kaum hawa (korban sex) namun ada saja aturan dogma yg dibuat sak enak e dewe.... yg nikah sirri lah yg kawin kontrak lah... padahal itu cuma akal akalan manusia busuk
Saya menangkapnya seperti itu
Itulah maka meningkat tajamnya angka perceraian. Karena masyarakat dan pendidikan, bahkan HUKUM PERNIKAHAN-nya sendiri pun sudah PERVERT (yg tak lagi mampu membendung kompleksitas dan tuntutan zaman).
Disinilah terjadi fenomena : apa yang kau agem sebagai pandanganmu ..akan menjadi PENGKONDISI bagi sekitaranmu.
Jadi mana bisa ajaranmu ajaranmu ajaranku ajaranku???
Lha wong sikap tanduk perbuatanmu mempengaruhi kita semua dan banyak pengkotbah... ceramah dg sebegitu meyakinkan-agar banyak pendengar mau jadi pengikutnya.... padahal simpel kok untuk bisa punya pengikut yg "high level" , tinggal bagaimana kita ber "budhi" dengan sekitar kita maka ndak usah di suruh atau di paksa , pasti dengan senang hati mengikuti ajaran ajaran yg di ceramahkan.
Gimana jadinya kalau kamu hidup disebuah 'keluarga' yg buat aturan begini :
Kalau kamu makan diluar berarti kamu tidak setia.
Setia artinya harus makan masakan dapur rumah.
Lapar adalah masalah perut. Yang tidak ada hubungannya dengan masalah konformitas pada masakan di rumah...apalagi masalah kesetiaan.
Tapi manakala dua hal berbeda itu di-couple (di kaitkan jadi 1 hal), maka yang terjadi adalah konflik. TInggal mau konflik di DALAM diri atau konflik d LUAR diri.
Itulah maka saya melihatnya sebagai KEJI (karena tidak menyisakan ruang-hidup untuk tidak berkonflik).
Akhirnya hanya mereka-mereka yang pandai bermain sandiwara atau cukup keras kepala untuk mengingkari keaslian gerak jiwanya sendiri, atau cukup culas/licik yang bisa survive.
Ya kalau jadi PENGKONDISI yang baik ya ga masalah. Tapi kalau jadi pengkondisi SIMULACRA JAYA?
Itu masalahnya penjajahan jiwa.
TERITORI ditukar-ganti dengan selembar PETA.
Tidak pernah ada Cinta, tapi semua teriak "Cinta"...
...dan dunia kering kerontang jadi ladang pembantaian antara satu kaum dengan kaum yg lainnya.

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...