Minggu, 14 Januari 2018

Kenangan kita

Selamat malem sahabat Bakul getuk Tak terasa sore menjelma senja, sajikan panorama langit berwarna jingga, bersambut semilir angin yang mulai menggetarkan bulu rona. Nuansa hari ini tak sejernih kemarin sobat, saat senyum dan candamu masih terukir di tempat ini. Masih terbayang jelas dalam ingatan tentang dialog kita di malam itu.
Kata-kata mu yang masih ku ingat “Suatu saat keadaan akan berubah, kita takkan menjadi orang yang diremehkan lagi, tak ada yang tak mungkin di dunia ini, meski harus melewati cobaan yang berat, kita menghirup udara yang sama, merasakan terik matahari dan dingin malam yang sama, kita juga berpeluang meraih kejayaan pada saatnya nanti, Itu perbincangan terakhir beberapa saat sebelum kita berpisah.
Karena hari sudah mulai gelap, aku pun beranjak dari halaman rumahmu yang kini nampak sepi.
Perkenalkan, namaku Aryi dan dia adalah sahabatku, Fanoi. Kami tinggal di sebuah perkampungan kecil dipinggiran Kota KEBUMEN. Kami adalah sahabat yang tumbuh bersama, tak terhitung suka duka yang pernah kami bagi, sejak kecil sampai penghujung masa remaja. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk merantau ke kota yang berbeda.
Tak hanya sahabatku yang pergi, bersamaan dengan itu aku juga kehilangan kekasih. Ikatan yang kami jalin selama kurang lebih dua tahun harus berakhir, karena dia lebih memilih pasangan yang lebih mapan dariku, sebuah hal yang kuanggap wajar tapi menyakitkan. Itu adalah masa yang cukup berat bagiku, kehilangan dua sumber energi yang cukup berpengaruh di tengah proses kehidupan menjadi dewasa.
Seiring masa-masa sulit yang kujalani, ternyata membuat kehidupanku berubah drastis, terutama dalam sifat dan keseharianku. Aku mulai menyadari hal-hal yang dianggap sebagian anak remaja, yang nakal, bengal dan liar itu, kini kurasa mulai jenuh membosankan.
Ada sesuatu hal lain yang membuatku lebih tertantang, yakni tentang komitmen, apa yang ku kejar dalam hidup, serta prinsip, bagaimana caraku memegang kendali atas tujuan hidupku. Sekarang bukan lagi anak laki-laki yang bersenang-senang dengan taman-teman asik bermain.
Sekarang aku Pria yang berada di tengah medan pertempuran, menahan dan membangun serangan. Hidup dari satu tantangan ke tantangan berikutnya.
Sepuluh tahun berselang, sahabatku Fano sudah berhasil menjadi pengusaha garment di Kota Surabaya, sungguh kabar yang menggembirakan.
Di malam dengan suasana yang seakan sama dengan malam kami berpisah, kami berceloteh dan mengenang kembali masa lampau, bercanda dan tertawa renyah tanpa beban yang dulu sempat mengusik.
Di penghujung malam, aku meralat ucapan yang pernah dia katakan “Kita memang mendapat anugerah yang sama sebagai umat manusia, hal yang membuat kita beda adalah lantunan doa serta komitmen dan prinsip yang kita pegang, ya gak Fan?!” Dia hanya tersenyum, dan kami pun kembali tertawa
Kiranya ini coretan Bakul getuk tentang kenangan itu buat sahabat ku moga aja kamu masih ingat

Tidak ada komentar:

PREPEGAN

– Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Prepegan ? Masyarakat Desa kebumen tentu tidak asing lagi mendengar kata Prepe...